017 :: Sebuah Alasan [2]

62 16 1
                                    

"Bagi seseorang yang telah ditinggalkan, kesendirian adalah teman

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Bagi seseorang yang telah ditinggalkan, kesendirian adalah teman. Dan bahagianya cukup sederhana, dengan menilik kembali kenangan."

Sejak malam di mana Bagas pergi meninggalkannya bersama Mentari di mall, Sekar sontak tidak menganggap perasaannya dalam keadaan yang baik-baik saja

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sejak malam di mana Bagas pergi meninggalkannya bersama Mentari di mall, Sekar sontak tidak menganggap perasaannya dalam keadaan yang baik-baik saja. Mengingat punggung Bagas yang sengaja menjauh dari pengawasan kedua netranya, membuat rasa nyeri aneh kembali menggerayangi dadanya. Padahal, semula dirasanya baik-baik saja. Sekar sudah berniat mengubur perasaannya yang tidak seharusnya ada di antara ia dan Bagas.

Sebelum Sekar jatuh pada jurang patah hati, ia sudah tahu bahwa perasaan semacam itu akan lebih baik jika dimatikan saja. Sebisanya, Sekar sudah menghilangkan rasa simpatinya selama ini terhadap cowok itu. Namun, semua usaha itu usai kala kedua netranya menatap Bagas yang sibuk terpaku mengamati pigura kecil di sudut ruang tamu.

Bahu yang biasanya terlihat tegap dan kokoh, kini sudah hilang. Pada kenyataannya, Bagas tidak pernah setegar itu. Kedua netra cerah dan bening yang biasanya menatap dirinya tajam dan tegas kini terlihat meredup tidak bercahaya. Sekar tahu, Bagas merindukan keluarganya. Rasa itu mungkin terasa sedikit lebih pedih daripada patah hati yang dialaminya saat ini. Sekar tahu, Bagas masih berjuang keras mengobati lukanya sendirian. Luka yang Sekar tahu, pasti sangat menyakitkan.

Bagaimana bisa Kak Bagas menjaga senyumannya selama ini?

Sekar membiarkan suara bising dari halaman depan rumah itu mengisi seluruh gendang telinganya. Ia mendengar tawa-tawa yang terasa begitu merdu dan tulus. Menyiratkan rasa gembira dari sebuah kebersamaan yang tidak bisa dinilai dengan apa pun. Sekar hanya seorang Sekar, yang menyukai kebahagiaan orang lain.

"Lo nggak gabung sama yang lain?"

Sekar merasakan tubuhnya yang dingin itu meremang kala suara berat milik Bagas menyeruak dalam rungunya. Yang didapatinya hanya seorang Bagas yang berdiri di sampingnya, sama-sama menghadap jendela seraya menatap langit malam yang tampak sedikit cerah.

"Aku pengin lihat bintang dari sini," ujar cewek itu lembut.

Bagas mengulas senyum mendengar suara lembut yang beberapa hari ini ia rindukan.

BaskaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang