037:: Dandelion dan Angin

92 10 24
                                    

"Ketika angin berembus pada pucuk dandelion, ia akan terbang mengudara menuju kebebasan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ketika angin berembus pada pucuk dandelion, ia akan terbang mengudara menuju kebebasan."

Shaka berjalan menyusuri koridor sekolah yang ramai

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Shaka berjalan menyusuri koridor sekolah yang ramai. Suasana istirahat kedua di kantin pasti akan padat oleh anak-anak kelaparan. Oleh karena itu, ia melipir ke kelas si calon ketua osis baru—Rendi.

Omong-omong, cowok yang sering Shaka katai 'es batu' itu beberapa hari lalu memang mencalonkan diri dengan kesadaran penuh. Mentari belum tahu masalah ini, jika kabar tersebut sampai di telinganya, sudah pasti cewek itu akan galau berat. Mau bagaimana lagi, pasti sang pujaan hati akan banyak yang naksir. Saingannya jadi semakin banyak. Jadi, misi rahasia Shaka kini adalah menjaga mulut asbunnya itu agar tetap tertutup rapat.

Dan juga, karena anggota osis sudah sampai di akhir masa jabatannya, Shaka dan Rendi beberapa hari ini memang menjadi sibuk rapat sana-sini. Waktu bermain mereka jadi sedikit terpangkas, ditambah lagi rencana mengenai festival sekolah yang merupakan puncak event tahunan sekolah mereka. Banyak sekali yang harus dipersiapkan.

Shaka sudah sampai di depan kelas Rendi. Ia melangkah pelan menuju baris meja paling depan, tentu saja milik sahabatnya, si bocah ambis itu. Berbeda dengan di luar, keadaan kelas saat itu tampak sepi, hanya ada beberapa orang yang sibuk bermain ponsel. Namun, mengabaikan itu, satu adegan menggelikan mampu ditangkap oleh kedua netra Shaka. Ia lekas mendekat lagi pada meja milik Rendi.

"Bukan maen! Tangan lo kena asam urat apa gimana, Ren? Makan doang pakai disuapin segala. Alay!" cibir Shaka dengan suara keras saat mendapati Mentari sudah duduk di depan Rendi dan menyuapi si tersangka dari kotak bekalnya.

Rendi yang masih mengunyah makanannya pun nyaris tersedak karena terkejut. Kemudian, Mentari menoleh pada Shaka dengan tampang kusut mirip keset.

"Sirik aja lo, jones!" sentak cewek itu galak. Ah, adegan romantisnya dengan sang pujaan hati jadi rusak karena kehadiran cowok itu.

Rendi terbatuk, "Ngapain lo ke sini?"

Shaka tak ingin ambil pusing untuk menjawab pertanyaan tidak berguna dari mulut Rendi barusan. Ia menarik kursi lantas duduk di dekat dua sahabatnya yang saling memasang wajah kesal. Cowok itu memang sudah biasa cosplay jadi obat nyamuk di antara Mentari dan Rendi yang akhir-akhir ini terlihat sedang kasmaran berat.

BaskaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang