**
Matahari masih belum menampakkan sinarnya saat Afka mulai menggeliat di ranjangnya. Bibir Afka mengeluarkan ringisan pelan kala kelopak matanya terasa susah terbuka. bawah matanya sedikit membengkak ternyata. dengan pelan, Afka mendudukkan diri di ranjang, berusaha memfokuskan pandangannya yang masih buram, kemudian melirik ke arah jam.Pukul lima lebih empat puluh menit. menit. Afka beranjak bangun, namun, belum sempat satu langkah ia menjauh dari ranjang, kakinya tertusuk oleh sesuatu. Afka memekik kaget, tubuhnya langsung kembali terduduk di ranjang. Afka memeriksa kakinya, berdarah. dengan satu pecahan kecil beling tampak tertancap di sana.
Netra Hazelnya melirik ke bawah, Afka membelalakkan mata melihat banyaknya pecahan beling yang tersebar di lantai. otaknya memutar tentang kejadian semalam, terdiam sejenak mengingat tentang ia yang mengalami sesak napas, menangis, lalu berakhir tertidur di pelukan sang kakak. ya, pelukan Yesa.
Afka menghela napas kasar. Merasa sangat canggung untuk bertemu Yesa lagi nanti. namun, Afka juga harus bangun. maka, dengan perlahan Afka mencabut pecahan beling yang menancap di kakinya. segera Afka melangkah ke luar kamar secara hati-hati. guna menghindari kakinya terkena lagi puluhan pecahan beling yang masih tercecer di lantai kamarnya itu.
Suasana rumah masih terlihat sepi, Afka memutuskan untuk ke dapur terlebih dulu mengambil satu kantung plastik. kemudian kembali ke kamarnya dan mulai membereskan pecahan beling bekas semalam sendirian. rasanya sangat sunyi, Afka sesekali bersenandung untuk menghilangkan sepi.
"Aish! sakit.. kenapa, sih, harus mecahin gelas? Afka bodoh!" Makinya pada dirinya sendiri. Afka beranjak dari duduknya, melangkah mengambil sapu kecil beserta seroknya di pojok kamar. mulai menyapu pecahan beling yang ukurannya sangat kecil. setelah semua pekerjaannya rampung, Afka pergi ke dapur lagi. kali ini membawa handuk serta seragam sekolahnya.
sepuluh menit kurang lebih Afka habiskan di kamar mandi maid untuk membersihkan diri. saat keluar, tubuhnya sudah berbalutkan seragam hari ini. Afka mengambil roti di meja dapur, memakannya dua lapis tanpa menggunakan selai. sembari termenung di atas kursi meja makan, Afka menghabiskan waktu sepuluh menit hanya untuk makan.
sebelum memakai sepatu, Afka membalut terlebih dahulu lukanya dengan plester. yang jelas ia temukan dalam kotak obat di dapur. Afka berangkat pada pukul setengah tujuh pagi, tidak sama sekali ia membangunkan atau mengusik Yesa di kamarnya. entah anak itu sudah bersiap atau belum, Afka merasa malu jika harus bertemu dengan kakaknya untuk sekarang.
**
Gapura SMA Adinata sudah nampak si depan matanya, Afka mempercepat langkah menuju kelas. memegangi erat tali tasnya, menunduk mengabaikan berbagai tatapan dari beberapa siswa yang memandanginya. dada Afka berdegup kencang, rasa tidak nyaman menyelimutinya perlahan.
"Hei!" Lengan Afka di senggol seseorang, yang ternyata Julian. Afka menghembuskan napasnya lega mengetahui bahwa bukan orang asing yang di tabraknya. jemari Afka di tarik pelan, dengan pasrah Afka membiarkan tubuhnya di bawa ke kelas oleh Julian.
"Lo liat, gak?" Tanya Julian begitu sudah duduk nyaman di bangkunya. Afka yang baru meletakkan tas menggeleng, memilih duduk bersandar ke tembok seraya mengatur napas.
"Apa?" Tanya Afka penasaran.
"Tadi Ayah sama Bunda lo nganterin Kara," ujar Julian pelan. Afka diam sebentar, matanya menatap Julian aneh.
"ya.. emang kenapa?" Alis Afka mengerut saking bingungnya atas informasi Julian.
"Lo sama si Yesa gak ikut mereka?" Tanya Julian heran. Afka menggeleng acuh, memilih membuka tasnya dan mengeluarkan buku novel yang selalu ia bawa di tasnya setiap hari.
KAMU SEDANG MEMBACA
Home For Afka [✓]
Teen Fiction[SUDAH DIBUKUKAN!] "Ketika laramu tak kunjung menemukan tempat untuk berlabuh, maka beristirahatlah sejenak." -Afkalio Shaqueel Prawira. ** Afka ingin rumah, yang lebih menenangkan dari makam sang Bunda. *** warn! sickstory friendship no romance! [s...