Happy reading..
..
.
.
.
Ketika Sasuke berbalik pergi meninggalkannya, Sakura hanya bisa menatap punggung itu perlahan menjauh, dengan telapak tangan yang terangkat menyentuh dadanya, Sakura merasakan detak jantungnya. Terasa berdebar keras.
Untuk sesaat hatinya juga juga terasa kosong melihat punggung yang dulu selalu ingin ia raih itu meninggalkannya, namun genggamannya tangan dari seseorang yang ada di sisinya terasa memenuhi hati Sakura.
Swushh
Angin malam berhembus, udara dingin menerpa wajahnya, tetapi anehnya Sakura tak merasakan dingin. Sebuah tangan yang sejak tadi memeluknya, menyebarkan rasa hangat. Membuatnya merasa tenang.
"Sakura ...." Gaara memanggilnya, suaranya lembut mengalun halus masuk ke dalam telinga Sakura.
Membuat Sakura menoleh, menatap Gaara. Senyum kecil terpatri di wajahnya, ia merasakan degup jantungnya menggila kala sosok berambut merah itu tersenyum tulus padanya, rasanya seolah-olah Sakura tenggelam dalam Jade itu.
Sakura menatap Gaara dengan intens, matanya menelusuri setiap detail wajahnya seperti ingin mengukirnya dalam ingatannya selamanya. Kilasan rentetan kejadian berputar di kepalanya, ketika Gaara bersamanya Sakura merasa senang, ketika ia terluka ia teringat Gaara, dan ketika Gaara datang padanya, Sakura merasa aman.
Saat Gaara tersenyum padanya, menghiburnya saat sedih, dan selalu ada di sisinya dalam kesulitan, Sakura merasakan getaran emosi yang mengguncang jiwanya.
Dalam keheningan yang menyelimuti mereka, Sakura merenungkan perasaannya dengan seksama. Hingga akhirnya dengan berani, Sakura mengambil kesimpulan.
Benar, ia telah jatuh cinta pada Gaara.
"Sakura, mari kita kembali." Gaara menepuk pelan bahu Sakura, menyadarkan Sakura dari lamunannya. "Kita harus segera memeriksa keadaan calon anak kita."
Tangan Sakura reflek menyentuh perutnya, benar ia belum tahu apa yang sepenuhnya terjadi. Kemudian mata Sakura beralih menatap Karin yang sejak diam memunggungi dirinya, menatap pada pepohonan tempat Sasuke menghilang.
"Karin," panggil Sakura.
Karin menoleh, ia menatap Sakura.
"Ceritakan semuanya dan juga luka ini." Nada Sakuran penuh dengan desakan yang tak terbendung.
Karin mengigit bibirnya, membenarkan letak kacamatanya ia menatap Sakura dengan penuh kejujuran. "Sasuke awalnya memang menyuruhku untuk melakukannya, tapi melihatnya yang ragu, aku menundanya. Aku juga tidak tega melakukannya."
Kemudian Karin menunduk. "Entah apa yang Sasuke pikirkan saat itu, tiba-tiba ia bilang hanya untuk membuat goresan di perutmu. Seolah-olah anakmu telah ia lenyapkan. Tapi setelah mendengar apa yang ia katakan tadi, aku mendapatkan kesimpulan. Nyatanya ia tak bisa menyakitimu lebih dalam."
Karin menghela nafas kemudian menatap Sakura. "Kalau begitu aku pergi juga, tak ada yang perlu dikhawatirkan. Kau bisa ke rumah sakit untuk memeriksanya."
Setelah itu Karin pergi dari sana, meninggalkan lima orang itu di tengah hutan yang gelap.
"Jadi, sekarang apa?" tanya Shikamaru sambil menguap.
Naruto menatap mereka sekilas. "Aku akan menyusul Sasuke, ada sesuatu yang harus aku bicarakan! Kalian kembalilah lebih dulu. Gaara, jaga Sakura-chan!" Setelah mengatakan itu Naruto melompat dan berlari menebus kegelapan malam.
•°•
Di tengah malam yang gelap, Gaara dan Sakura berjalan di hutan yang sunyi. Cahaya bulan menyinari jalan setapak yang diliputi oleh rimbunnya pepohonan. Di belakang mereka ada Shikamaru dan Sai, Shikamaru terus saja menguap seolah ia sangat mengantuk.
Gaara melirik Sakura. "Sakura? Kau lelah?" tanya Gaara dengan sorot mata khawatir, bagaimanapun Sakura saat ini sedang hamil. Gaara pernah mendengar jika ibu hamil sering kelelahan. Apalagi mereka sudah berjalan cukup lama.
Dengan ragu Sakura mengangguk, ia memang agak merasa kram di perutnya. "Aku merasa sedikit kram di perutku," ucap Sakura sambil menyentuh perutnya.
Mendengar itu rasa khawatir Gaara naik dua kali lipat. "K-kalau begitu, kita istirahat dulu." Gara melirik ke sekitarnya, kemudian ia menunjuk sebuah pohon yang tak jauh dari mereka. "Kita istirahat di sana saja."
Sakura hanya bisa tersenyum kecil saat Gaara menggiring dirinya menuju ke bawah pohon. Sedangkan Shikamaru dan Sai hanya mendesah melihat bagaimana sikap Gaara yang tampak tak biasa.
"Benar-benar bucin, eh?" ujar Shikamaru.
Sai mengedikan bahunya. "Kau juga sama," ujarnya sembari mengambil tempat untuk beristirahat juga. Tak terlalu jauh dari Sakura dan Gaara.
Di sisi lain Sakura telah beristirahat dengan Gaara di sampingnya, kepalanya ia jatuhkan pada bahu kokoh Gaara sedangkan matanya memandang bulan yang bersinar terang. Sangat cantik.
"Malam ini bulannya indah, ya," bisik Sakura, matanya tak lepas dari bulan yang menggantung di langit gelap.
Gaara menatap bulan dengan tatapan kosong sejenak, seolah merenungkan sesuatu yang dalam. Kemudian, perlahan ia alihkan pandangannya pada Sakura. Wajah Sakura terangkat oleh cahaya bulan yang pucat, menyoroti kecantikannya dengan lembut. "Ya, sangat indah," ucap Gaara dengan suara yang hampir seperti bisikan angin malam.
"Sakura."
"Hm?"
"Apakah kau mencintaiku?" tanya Gaara, ia menatap Sakura.
Sakura merasa dunia seakan berhenti berputar. Napasnya terhenti sejenak, dadanya terasa sesak oleh keragu-raguan yang memenuhi hatinya. Dia memandang Gaara dengan lembut, membiarkan tatapannya menembus kedalaman jiwa. Setelah beberapa saat yang terasa seperti selamanya, dia akhirnya menjawab, "Iya, Gaara. Aku mencintaimu."
Gaara senang tapi, "Tapi, kau juga mencintai Sasuke." Ucapan Gaara terdengar seperti pernyataan dan itu adalah fakta yang tak terelakkan.
Untuk sesaat Sakura terdiam. "Benar, Sasuke adalah cinta pertamaku, bertahun-tahun aku selalu mengharapkannya." Sakura bisa merasakan bahu Gaara merosot.
Namun, sedetik kemudian Sakura melirik Gaara. "Tapi, hanya denganmu hatiku terasa penuh." Sakura menjawabnya dengan senyuman, sukses membuat bahu tempat ia menyandarkan kepala terasa kembali tegap.
Gaara tersenyum lega mendengarnya, setelah itu ia menatap Sakura dengan sungguh-sungguh. "Terimakasih, Sakura. Aku tahu Sasuke ada di hatimu, tapi aku pastikan nantinya hanya aku yang akan menguasai hatimu. Bahkan sampai di lubuk yang terdalam."
"Maka dari itu, biarkan aku menunjukkan betapa besarnya perasaanku padamu." Suaranya mengandung kepastian yang menggetarkan hati.
Sakura merasa getaran emosi yang tak terbendung merambat di dalam dirinya. Matanya berkaca-kaca, dan ia bisa merasakan denyut jantungnya mempercepat. Dia membiarkan kata-kata Gaara menembus perasaannya, memenuhi setiap sudut hatinya dengan kepastian yang tak terbantahkan.
"Mari menikah ketika kau sudah siap untuk menerimaku," ujar Gaara dengan suara yang penuh dengan tekad dan kehangatan yang tak tergoyahkan.
Sakura mengangguk, ia hapus air yang ada di sudut matanya. Sepertinya itu tidak akan lama.
Kemudian mereka saling berpegangan tangan di bawah sinar bulan, senyum bahagia terukir di wajah mereka, menandakan awal dari sebuah perjalanan yang penuh dengan cinta.
Bersambung....
KAMU SEDANG MEMBACA
Sakura: Embun Di Padang Tandus ✓ END [ GaaSaku ]
Fanfiction•GaaSaku Fanfiction [COMPLETED] Malam pernikahan Naruto yang menjadi malam bahagia untuk semua orang, malah berubah menjadi kekacauan bagi Sakura ketika besok paginya ia terbangun dengan tubuh tanpa busana bersama Gaara yang memeluknya. Meski bersam...