Extra Chapter 2

489 13 0
                                    

Happy reading...
.
.
.
.


.

Pagi hari datang, Sakura bangun dari tidurnya ia mendesis ketika rasa pegal dan sakit mendera semua tulang di tubuhnya. Ia membuka mata dan menemukan jika matahari telah naik, terbukti dari cahaya yang masuk melalui jendela kamar hotel ini

"Jam berapa ini?" tanya Sakura sambil mencoba untuk duduk. Ia melihat jam di nakas dan ternyata sudah jam 9 pagi. "Hah ..." Sakura mendesah, merasa seperti waktu berlari begitu cepat tanpa disadari.
Ketika Sakura memandang sekelilingnya, ia tak melihat sang suami di sini. Ia menjadi heran ke mana perginya Gaara.

"Di mana Gaara?" gumam Sakura sambil menyibak selimutnya, ketika selimut yang menutupinya itu tersingkir alis Sakura bertautan dalam kebingungan ketika ia menemukan dirinya dalam kondisi bersih dan memakai baju tidur.

Mengingat apa yang mereka lakukan semalam, seharusnya ada sisa-sisa bau keringat atau cairan yang melekat di tubuhnya, tapi ini tidak ada. Tak mungkin juga ini secara ajai terjadi kecuali,
"Apakah Gaara yang melakukannya?" tanya Sakura lagi, tangannya menyentuh baju tidur berbentuk gaun bewarna putih itu.

Mendadak, senyum merekah di wajah Sakura. Sejak dulu, Gaara selalu perhatian padanya, dan tindakan ini hanya menguatkan keyakinannya pada cinta mereka.
Krieet

Pintu terbuka dan secara spontan Sakura menoleh, di sana ia menemukan Gaara yang membawa sebuah nampan dan paper bag yang tergantung di lengannya.

"Gaara!" seru Sakura, suaranya penuh kegembiraan dan rindu.

"Kau sudah bangun," ujar Gaara dengan lembut, langkahnya mendekati ranjang Sakura. Dia duduk di sampingnya, menempatkan nampan berisi makanan di atas kasur.

"Aku membawakanmu makanan," katanya, suaranya lembut namun penuh dengan rasa hangat. "Dan juga pakaian ganti." Gaara menambahkan, senyum tipis melintas di bibirnya, mengirimkan kehangatan yang tak terucapkan pada sang istri.

Sakura membalas senyum Gaara dengan senyuman menggoda. "Padahal kau bisa memesan layanan kamar," celetuk Sakura sambil memakan sarapannya. Ia benar-benar lapar.

"Aku hanya ingin melakukannya, aku juga memilih makanan yang baik untuk ibu hamil." Tangan Gaara terangkat untuk menyentuh pipi Sakura dan mengelusnya.

"Maaf, aku berlebihan semalam." Nada Gaara terdengar penuh penyesalan, ia masih teringat betapa lemahnya Sakura tadi pagi, ketika dia membersihkan tubuhnya dengan penuh kehati-hatian. Sakura bahkan tak terbangun karena terlalu lelah.

Sakura menggeleng pelan. "Bukan masalah, aku istrimu, bukan?"

"Ya, tetap saja. Aku tak ingin membahayakan anak kita." Tatapan Gaara turun pada perut Sakura, matanya menyiratkan kekhawatiran.

"Tenang saja, bayi kita sehat. Dia kuat, sama seperti ayahnya." Sakura memberikan kata-kata dan juga senyum menenangkan pada Gaara dan itu berhasil, Gaara jauh lebih rileks.

Sakura tersenyum kecil, hatinya hangat melihat sisi lembut Gaara yang tersembunyi di balik wajah datar yang selalu Gaara tampilkan pada orang lain. Meskipun tampak dingin di luar, Gaara memiliki kelembutan yang membuatnya merasa aman dan dicintai. Itulah salah satu alasan mengapa dia jatuh cinta padanya lebih dalam setiap hari.

~~~

Setelah menyandang status sebagai Istri Gaara, mau tak mau Sakura harus meninggalkan desanya juga dan pindah ke Suna. Hari pindah pun tiba dan Sakura kini tengah berada di kamarnya, mengemas barang-barang miliknya yang akan ia bawa ke Sunagakure.

Gaara berada di ruang tamu, bersama kedua orang tuanya. Tadinya Gaara hendak membantu tapi Sakura menyuruh Gaara untuk berbicara dengan ayahnya saja, hal kecil seperti ini Sakura masih bisa melakukannya.

"Hahaha." Dari dalam kamarnya terdengar suara tawa ayahnya, Sakura tak tahu lelucon apa yang ayahnya lontarkan pada Gaara. Tapi ia juga mendengar suara Gaara yang berbicara.

Sakura menggeleng kepala lalu menatap kotak yang akan ia bawa, ah bukan ia yang akan membawa ini tapi sebuah kereta kuda, ia juga tak akan berlari ke Sunagakure karena tentu saja Gaara tak akan mengizinkannya. Ia dan Gaara juga akan naik kereta kuda, meski memakan lebih banyak waktu. Tapi Gaara berpikir itu akan lebih aman untuk kondisi Sakura yang tengah hamil.

Gaara tak mau ambil resiko, ia sangat protektif pada Sakura dan bayinya.

Tok
Tok

Terdengar suara ketukan pintu dan Sakura segera menyahut. "Masuk."

Pintu kamar terbuka dan ternyata itu Gaara, Sakura memberikan senyuman sebagai sambutan. "Kau tak perlu mengetuk pintu, kamar ini jadi kamar milikmu juga," ucap Sakura.

"Ah, maaf. Aku tak terbiasa." Gaara menjawab.
Sakura tertawa kecil. "Jadi, apa yang kalian bicarakan?" tanya Sakura. Merujuk pada perkumpulan Gaara dan orang tuanya tadi.

"Bukan apa-apa, aku hanya mendapat sedikit wejangan dari ayah dan ibumu. Ia bilang padaku untuk menjagamu dengan baik." Gaara tak bohong orang tua Sakura memang mengatakan hal itu, tapi ada beberapa amanat lainnya juga seperti, "Sakura itu tak bisa memasak!" "Sakura itu keras kepala!" Atau, "Sakura itu suka meletakan sandalnya sembarangan."
Tapi Gaara tak akan mengatakannya.

"Ah, seperti itu."
"Jadi hanya ini yang akan kau bawa?" tanya Gaara menatap dua kotak persegi panjang yang akan mereka bawa nanti.

Sakura mengangguk. "Ya, hanya ini."
Kemudian Sakura menatap mejanya lagi tatapannya terpaku pada foto di mejanya, gambar yang menghadirkan kenangan manis dan pahit dari masa lalu.  Sakura mengambil figura itu dan menatapnya sambil tersenyum.
"Kau akan membawa itu?" tanya Gaara.

Mata Sakura bergulir pada suaminya dengan kebingungan yang mendalam. "Bolehkah?" tanya Sakura ragu, mengingat ada foto Sasuke di sana. Sakura tak ingin membuat Gaara kecewa.

Gaara tersenyum hangat, namun ekspresinya sarat dengan pengertian yang dalam. "Tentu saja, mereka adalah orang yang berharga bagimu. Kau boleh membawanya."

Dalam sekejap, Sakura melompat dan memeluk Gaara dengan erat, tak mampu menahan rasa terima kasih yang meluap-luap di dalam dirinya. "Terima kasih, Gaara," bisiknya dengan suara yang penuh dengan emosi.

"Apapun untukmu," jawab Gaara, sambil mengelus lembut punggung Sakura, mencoba menghapus setiap ragu-ragu yang masih tersisa dalam hati istri tercintanya.

Bersambung...

.

.

.

Sakura: Embun Di Padang Tandus ✓ END [ GaaSaku ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang