𝐒𝐀𝐋𝐀𝐇 𝐏𝐀𝐇𝐀𝐌

30 5 2
                                    

Sebuah hubungan yang kandas, harusnya tak perlu berimbas ke manapun. Singkatnya, itu adalah prasangka yang bisa Alsya yakini sebelum kejadian ini terjadi. Kejadian yang dalam sekejap mata, bisa mengubah nasib pertemanannya.

Mari ingat kembali, bahwa Alsya berteman baik dengan tiga orang di kelasnya. Mereka adalah Geya, Sekar, dan Erina. Dari ketiga gadis yang disebutkan, Geya adalah yang pertama kali mengetahui bahwa hubungan Alsya dan Naren telah selesai. Maka dalam kejadian ini, Geya pula yang pertama kali menciptakan kehebohan.

Keanehan dalam pertemanan mereka dimulai sejak Geya dan Sekar terkesan menjauh dari Erina. Meski masih kumpul berempat, tapi mereka seringkali mengacuhkan dan tak jarang menyindir gadis itu. Alsya sendiri tak pernah paham kemana arah topik mereka, dan sayangnya belum pernah ada waktu untuk membahas itu.

Hingga akhirnya, pagi ini menjadi puncak kejanggalannya. Bermula saat Alsya baru saja memasuki kelas, ia melihat Geya sedang berbisik-bisik dengan Sekar. Pembahasan yang awalnya seolah begitu asyik, seketika terhenti saat Alsya mendekati mereka.

"Bahas apa seru banget?'" Mau tak mau Alsya pasti menanyakan hal ini.

"Heem, ada deh," balas Geya sok misterius. "Nanti aja kita bahas waktu Erina udah datang. Biar lebih mantap," sambungnya. Kali ini Sekar bahkan ikut mengiyakan. Tak ingin begitu memperpanjang, Alsya hanya mengangguk kemudian duduk di samping Geya.

Hanya berselang menit sejak saat itu, Erina pun tiba dan memasuki kelas. Alsya merasa heran, saat Geya dan Sekar langsung menghujami Erina dengan tatapan tajam alih-alih menyambutnya dengan senyuman ramah.

"Berangkat sama siapa lo hari ini?" Tanya Geya saat Erina baru meletakkan tasnya di atas kursi.

Erina menatap aneh. "Kenapa nanya?"

"Ya, nanya aja. Susah banget, kah, pertanyaan begituan untuk dijawab?"

Erina terlihat sedikit gelisah, tapi akhirnya bisa menjawab dengan lancar. "Gue naik ojol."

"Ojolnya sekolah di sini juga?" Sekar menimpali, nadanya tak kalah sinis dari Geya. Alsya semakin bingung karena tingkah mereka.

Melihat Erina yang terdiam, Geya tertawa ringan. "Sejak kapan Naren kekurangan duit sampai harus jadi ojol? Penumpangnya modelan lo lagi."

Dan saat itulah puncak keterkejutan sekaligus kebingungan Alsya. Saat nama mantannya mulai dikait-kaitkan, ia mulai tak tahan lagi. Apakah hanya dia, yang merasa tak diajak pada topik ini.

"Naren? Kok bawa-bawa Naren? Ada apa?" Tanya Alsya, menuntut penjelasan.

Geya menghela nafas panjang. Tatapan prihatin ia arahkan kepada Alsya.

"Mungkin kabar ini bakal menyakitkan banget buat lo, Sya. Erina sama Naren, sekarang pacaran," ucap Geya dengan hati-hati.

"Sebenarnya kita udah tau sejak lama, tapi milih diam dulu, karena awalnya kita juga ngira ini nggak mungkin. Tapi siapa sangka, mantan sahabat sendiri ternyata emang menggoda," lanjut Sekar sambil menatap Erina dengan sinis. Erina sendiri kini hanya bisa tertunduk dan tidak mengatakan apa pun.

"Sejak kapan?" Alsya membalas singkat.

"Seminggu setelah kalian putus," jawab Geya. "Awalnya gue lihat Erina sama Naren di kantin. Gue kira cuma sekadar ngobrol biasa. Tapi, info dari teman sekelasnya Naren, mereka udah pacaran aja."

"Benar gitu, Erina?" Alsya menanyakan ini karena tak ingin ada asumsi-asumsi liar yang bersebaran.

Erina mengangguk pelan. Ia langsung menatap Alsya dan menggenggam kuat tangan gadis itu.

"Sya, walau hubungan ini terjadi dekat jaraknya dengan masa kalian putus, tapi sumpah, gue nggak mencoba rebut Naren dari lo. Gue akui, gue suka Naren dari dulu. Tapi saat kalian masih pacaran, sama sekali gue nggak pernah dekatin Naren. Kalau memang hubungan gue sekarang bikin lo sakit hati, gue minta maaf, ya, Sya."

𝐋𝐈𝐍𝐓𝐀𝐍𝐆 𝐃𝐇𝐀𝐍𝐀Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang