𝐏𝐔𝐑𝐍𝐀 𝐓𝐔𝐆𝐀𝐒

24 5 3
                                    

•••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•••

Seperti yang dikatakan Alsya tempo hari, organisasinya akan mengadakan sebuah acara purna tugas, dan sekarang merupakan hari pelaksanaannya. Di depan ruangan, sebuah banner besar bertuliskan—Selamat Purna Tugas Abang dan Kakak Senior. Terima Kasih atas Segenap Dedikasinya untuk Alnilam—terpasang dengan rapi.

Sesuai dengan judulnya, acara ini memang dilaksanakan untuk melepas belasan anggota mereka yang telah selesai masa pengabdiannya. Semua anggota berasal dari kelas sebelas. Meski telah dilepas ikatannya dari organisasi, tapi mereka tetap bisa berkunjung kemari. Baik itu hanya melihat-lihat atau ingin berdedikasi lebih sebagai tutor untuk para juniornya.

Oleh ketua organisasi, mereka yang telah tiba masa akhirnya ini diberikan segenap cinderamata. Di antaranya ada sertifikat penghargaan dan sedikit bingkisan. Sesi formal berakhir setelah kegiatan tersebut, berlanjut dengan situasi santai yakni makan bersama di ruang organisasi mereka.

Alsya dan Ghazi memilih untuk duduk bersama. Mereka duduk bersebelahan di balik sebuah meja panjang. Sembari menyantap makanan, obrolan-obrolan ringan pun mengalir begitu saja.

"Nggak sampai setahun lagi, kita udah lulus," ucap Ghazi pada awalnya. Alsya hanya mengangguk, karena mulutnya masih penuh dengan makanan.

"Lo rencana mau kuliah dimana?" Lanjutnya kemudian. Alsya berdeham sebentar, kemudian meletakkan jarinya di dagu seolah-olah tengah berpikir keras. Beberapa saat kemudian, ia tersenyum ke arah Ghazi dan menggeleng pelan.

"Loh? Maksudnya apa? Nggak tahu atau nggak mau kuliah?" Ghazi kaget bukan main.

"Nggak kuliah," jawab Alsya santai.

"Kenapa? Lo tuh punya peluang ikut SNMPTN, loh. Masuk dalam deretan siswa eligible udah pasti banget." Latar belakang mereka adalah anggota inti dari klub olimpiade. Sepak terjangnya di lingkup nasional sudah banyak membuahkan hasil. Kemudian, mereka juga juara di kelas masing-masing. Golden tiket untuk masuk di jajaran siswa eligible memang telah berada dalam genggaman.

"Gue pengin masuk TNI."

Jika tadi hanya kaget, sekarang Ghazi sampai tersedak mendengar jawabannya.

"Yang benar aja lo?!"

Alsya mengangguk lagi. Memilih untuk tidak kuliah adalah sebuah keputusan sulit dalam hidupnya. Keluarganya sendiri bahkan sempat mempertanyakan pilihan ini. Alsya kuat di akademik, karenanya sangat disayangkan jika dia tidak lanjut ke bangku kuliah. Namun, setahun belakangan minat Alsya memang berbelok ke angkatan bersenjata itu. Terlebih posisinya juga sebagai atlet, membuatnya semakin tertarik pada bidang yang lebih mengedepankan fisik.

"Benar, Ji." Jika sedang memanggil nama sapaannya, maka Z pada nama Ghazi seketika akan berubah menjadi J. "Tapi nanti kalau semisal nggak lolos di TNI, gue kuliah kok. Cuma mesti gapyear dulu setahun."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 08 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

𝐋𝐈𝐍𝐓𝐀𝐍𝐆 𝐃𝐇𝐀𝐍𝐀Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang