𝐒𝐄𝐌𝐔𝐀 𝐀𝐃𝐀 𝐌𝐀𝐊𝐍𝐀𝐍𝐘𝐀

22 4 5
                                    

•••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•••

Setelah melewati hari yang panjang, bel tanda kepulangan di kawasan Alnilam akhirnya berbunyi juga. Naren keluar dari kelasnya, cepat-cepat menghampiri motornya di lokasi parkir. Ia sempat duduk disana sebentar, menanti Erina yang belum menampakkan dirinya. Benar seperti yang digosipkan, dua sejoli itu memang berangkat bersama hari ini.

Lima menit berlalu, Erina pun tiba di sampingnya. Tatapan datar milik Naren tetap bertahan meski Erina telah menyuguhkan senyum terbaiknya. Tangan Naren bergerak, mengambil helm yang niatnya akan diberikan kepada pacar barunya itu. Namun, kalimat Erina seketika menghentikan gerakannya.

"Aku mau ngomong sesuatu dong, Ren," ucapnya dengan tatapan yang sulit diartikan. Sendu iya, kecewa juga mungkin iya.

"Apa?" Balas Naren tak acuh.

"Kamu masih secinta itu, ya, sama Alsya?" Pertanyaan ini, jelas buntut dari tragedi siang tadi. Saat Naren dengan begitu yakin mengejar Alsya tanpa memedulikan Erina yang juga ada di sana.

Naren menghela nafas panjang saat kalimat itu terdengar oleh telinganya. Ia sudah lelah karena sebelumnya sempat ribut bersama Geya, kenapa sekarang Erina juga mempersoalkan sesuatu yang mirip?

"Iya, dan lo tau itu dengan jelas," jawab Naren terus terang, tanpa sedikitpun mempertimbangkan perasaan Erina.

Erina tersenyum getir. "Tapi, Alsya cuma masa lalu kamu. Sekarang yang jadi pacarmu, kan, aku."

"Dari awal udah gue bilang, kan, Na? Masa lalu nggak semudah itu dilupain. Terus, gue nggak minta lo buat jadi pacar gue, kan?" Katakanlah bahwa Naren memang lelaki brengsek yang tak pandai menjaga perasaan orang lain. Ucapan tajamnya dengan mudah keluar dan menyakiti hati Erina. Tapi di balik itu semua, Naren sendiri juga frustrasi dengan kesialan ini.

"Benar kata teman lo, Na. Dari sekian banyaknya cowok, kenapa lo harus suka gue? Kenapa harus mantan sahabat lo sendiri?" Tanya Naren, sesuai dengan apa yang diasumsikan Geya siang tadi.

"Rasa suka itu nggak bisa dikontrol, Ren. Mau mantan sahabat atau pacar sahabat sekalipun, kalau jatahnya emang suka, ya suka aja. Ayo lah, Ren, udah saatnya kamu lupain Alsya. Pacar kamu sekarang itu aku, bukan dia," ujar Erina dengan nada sedikit memohon di kalimat terakhirnya.

"Lo sendiri yang bilang perasaan itu nggak bisa dikontrol. Itu juga berlaku di gue, perasaan gue ke Alsya nggak bisa lo atur-atur. Kita bikin simpel aja deh, Na."

Naren menjeda ucapannya, lelaki itu lebih dulu mengatur nafasnya.

"Mari kita selesaikan aja hubungan ini. Toh, dari awal gue nerima lo cuma karena diceng-cengin Jean. Bukan karena gue punya perasaan ke lo."

Benar, terjalinnya hubungan yang Naren anggap sial ini tak lepas dari peran teman dekatnya, Jean. Pada saat itu, mereka tengah duduk tenang di kantin, hingga Erina datang dan secara blak-blakan mengatakan bahwa ia mencintai Naren.

𝐋𝐈𝐍𝐓𝐀𝐍𝐆 𝐃𝐇𝐀𝐍𝐀Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang