Mengagumimu di Bawah Bulan

478 36 13
                                    

〜 || Paid Wife - 8 || 〜

"Sudah selesai mukulnya?"

Mark bertanya dengan nada remeh setelah kepalan tangan Jaemin tak lagi memukul dadanya.

"Diam!", ketus Jaemin melengos.

"Aku hanya bertanya."

"Pertanyaan Bapak bikin saya tambah kesal!"

"Mark...."

Jaemin menaikkan alisnya tanda ketidaktahuannya. Mengerti arti mimik wajah Jaemin, Mark pun melanjutkan kalimatnya yang ia urungkan tadi, "Panggil aku Mark."

"Bapak saja," ucap Jaemin menolak.

"Itu terlalu tua, Jaemin."

"Biarkan! Memangnya Bapak masih muda untuk saya panggil dengan nama saja? Perlu saya ambilkan cermin? Kalau bisa yang besar sekalian biar Bapak bisa lihat keriput dan uban di kepala Bapak."

"Asal belum punya cucu ya belum tua. Sudahlah panggil Mark saja, selisih usia kita tidak terlalu jauh."

"Memang umur Bapak berapa?"

Mark menegakkan tiga jarinya untuk menjawab pertanyaan Jaemin.

"Tiga puluh ya? Berarti selisih banyak sama saya...eum sekitar sebelas tahun. Ya, sebelas tahun...", ucap Jaemin memutar bola matanya seolah tengah berhitung dalam kepalanya. Oh, si manis rupanya tengah mencoba mengelabui Mark.

Mark terkekeh kecil lalu berujar, "Sebelas dikurang enam...", yang dibalas oleh Jaemin dengan setelah menghitung hasilnya, "Lima...?"

"Ya, lima tahun. Umur kita tidak terpaut terlalu jauh."

"Kok bisa begitu Pak?", tanya Jaemin setelah Mark menebaknya dengan benar. Padahal mereka belum kenal sejauh itu. Jaemin tidak tahu saja kalau bosnya sudah membaca seluruh identitasnya terlebih dahulu.

"Tiga belas Agustus tahun 1998, betul?"

Jaemin mengangguk kecil sembari berpikir, 'Bagaimana bisa Pak Mark tahu tanggal lahirku?'

"Nama lengkap Na Jaemin, tinggal di Desa XXX, tidak memiliki saudara kandung alias anak tunggal, tidak memiliki riwayat penyakit semasa hidupnya, pernah bersekolah hingga tamat SMA-"

Ucapan Mark terhenti sejenak kala mendapati raut wajah Jaemin berubah menjadi murung.

"Kau kenapa?" Tanya Mark khawatir.

"Bapak pasti mau menghina saya seperti staf yang lain," cicit Jaemin merundukkan kepalanya.

Mark terdiam kaku dengan susah payah mencerna kalimat Jaemin.

"Bilang saja kalau saya cuma lulusan SMA...", tutur Jaemin dengan nada yang semakin turun. Dirinya merasa sangat rendah kala Mark mengungkit tentang masa sekolahnya.

Ah! Mark tahu sekarang, sepertinya Jaemin agak sensitif dengan riwayat pendidikan. Entah karena pergaulan atau lingkungan sosialnya yang membuat ia menjadi seperti itu.

Tapi untungnya Mark tidak mengungkit hutang piutang Jaemin yang tercatat di pembukuan perusahaan. Bisa-bisa harga diri Jaemin semakin merosot dibuatnya.

Paid Wife | Markmin [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang