Trauma Thorn.

220 25 0
                                    

"Fan, pinjam bahumu," Tanpa basa-basi, si kakak pertama menyenderkan kepalanya ke bahu Taufan, yang mana tinggi mereka hanya berselisih 1 cm.

Taufan?, terkejut pastinya. Kakak sulung para elemental yang dikenal galak dan mulut cabe / omongannya menyakiti, sedang bersandar di bahunya.

"Eh?, Tiba-tiba?. Bang Hali sakit kah?," Taufan membiarkan, matanya masih terpaku pada buku matematik katanya ada ulangan.

"Elemental tak mungkin sakit Fan," Nadanya terdengar judes, tapi Halilintar masih bersandar pada Taufan yang mode kebingungan.

"Halo abang-abang Solar yang kece badai, pada lesu. Kaya mukanya Si Blaze," Tanpa perasaan, melompat ke pangkuan Taufan. Taufan menghela nafas, dirinya jadi di gelayuti kecebong absurd merah kuning.

Gempa?, anak ke tiga itu terkekeh kecil. Sebelum mengambil tempat berdiri di belakang Taufan yang sedang duduk, dia memeluk tubuh Taufan dari belakang.

Seakan tenaga unlimited yang dia punya tersedot habis, si Taufan hanya pasrah.
"Kenapa kalian ada disini?, kelas kan sudah dimulai. Kalian bolos?,". Taufan sungguh heran, dengan tingkah absurd saudaranya.

"Kami kena hukum seperti kamu kak, Blaze jelaskan aku ngantuk," Ice langsung mengelar selimut dan tidur, memeluk kaki Taufan yang menjulur ke bawah.

"Bukan adikku, btw Solar aku dengar ya apa yang kamu bicarakan. Huft, dihukum karena para guru ngak percaya kalau kita semua adalah Boboiboy. Mana PR Ingris cuma di tas kak Gempa, dan itu di lempar sama kang buli," Blaze dengan mood buruknya menghambur untuk memangku Taufan, tidak peduli pada Ice yang masih memeluk kaki Taufan yang sedikit keangkat dari tanah.

Plak..
"Kalau mau angkat gua tuh bilang- bilang dong kompor!," Pekik Taufan, yang jantungnya sudah dag dig dug.

Halilintar walau sempat terjungkal karena sandarannya ilang, menatap datar tapi dirinya duduk bersandar ke lengan Blaze. Blaze tidak masalah, itung - itung dekat sama sang kakak pertama.

Gempa menghela nafas, dia kehilangan Taufan tapi tangannya memeluk tubuh Blaze yang berjengkit kaget.

"Anjir, rupanya bang Gempa kirain jurig," Blaze menoleh kebelakang, dan terkekeh tanpa dosa.

Plak
"Coba ngomong kasar lagi, Gempa jamin ngak ada makanan selama satu minggu," Walau marah, Gempa masih memeluk Blaze yang kelabakan karena ancaman tak elite dari Gempa.

"Udah Gem, kepala Ufan nyut-nyutan," Akhirnya mereka diam menikmati sepoi-sepoi angin, ah sebelum ada suara tangisan yang menganggu.

"Huwaaa sunshine, Thorn di cap pembohong peniru hiks huwaaa," Taufan sedikit bersyukur, bocil kematian hijau melompat ke Solar yang buru-buru meletakkan HP ke saku.

"Abang Thornie jangan gitu, kalau Sunshine jantungan gimana?," Solar kaget, jantungnya dipaksa berdetak terlalu cepat.

"Maaf sunshine,".

"Jadi begitu ya?," Suara yang datar terdengar, itu Halilintar. Anak itu sudah duduk tegak, lalu berdiri dan mereka menatap bingung kakak elemental mereka.

"Mau kemana kak?, kita kan disuruh keluar oleh guru IPA," Iya, mereka bertiga sekelas. Dan kelas mereka adalah kelas asli Boboiboy belajar, Halilintar tidak menjawab. Dan itu membuat mereka kesal kuadrat.

"Susul?," Taufan yang jengah di peluk - peluk abang dan adeknya membuka suara.

Kali ini Gempa berpihak pada Taufan, akhirnya mereka berenam menyusul arah Halilintar tuju.

Brak...
Pintu yang tidak bersalah didobrak menggunakan kaki, sehingga engsel pintu lepas. Siapa lagi kalau bukan Halilintar sang pelakunya.

"Boboiboy jaga sikapmu, aku akan bilang ke cikgu papa tentang ini nanti, " ucap guru bk yang berdandan menor.

"Anda ini guru Bk, kenapa anda membentak adik saya. Jika dia mengalami gangguan otak karena anda, Hali tidak akan segan - segan untuk meneror keluarga anda," Halilintar emosi saat adiknya menangis seperti itu, tidak apa kalau yang dihina dirinya. Kalau adiknya beda lagi, Halilintar meninggalkan ruang bk.

"Bu, kali ini jaga kepercayaan Halilintar. Hali tidak akan tinggal diam, kalau ibu mengusik adik - adik saya," Halilintar berucap setelah berhenti di pintu, lalu pergi.

Guru bk itu?, keringat dingin. Baru kali ini dirinya melihat sosok menyeramkan dari sisi baik Boboiboy.

"Menurut cikgu papa, budak Boboiboy memang punya kuasa Elemental. Dan yang bernetra merah marah, karena aku menyinggung adeknya yang bernetra hijau. Kalau tidak salah namanya adalah Thorn, okey sepertinya aku punya rencana pada budak hijau tu," Guru Bk menghiraukan ancaman Halilintar pada saat itu.

Di parkiran
"Loh Solar?, kok sendiri. Mana Thorn?," Gempa mengernyit bingung.

"Solar juga nggak tau kak, setelah guru IPA menyuruh mengembalikan buku - buku itu ke perpustakaan. Kak Thornie nggak balik lagi, aku khawatir kak," Solar sangat gelisah, Halilintar yang baru datang langsung berbalik menuju perpustakaan.

Dia ingat guru Bk yang berdandan menor selalu di perpustakaan, jantungnya berdegup cepat. Hatinya berdoa untuk keadaan Thorn di dalam sana, yang menangis samar-samar terdengar.

"Sial,".
Brak
Halilintar menendang pintu, dan berlari menuju Thorn yang dalam keadaan bertelanjang.

Dengan wajah murka, Halilintar menendang guru bk yang telah menodai adik hijaunya.

"Huwaa kak Hali, Thorn takut," Thorn masih memeluk tubuh kakaknya, Halilintar membungkus sang adek dengan kain yang ia temukan di ruangan perpustakaan.

"Kau terlalu jauh bertindak jalang, heh! Kekurangan jantan. Jalang kek lu menjebak adek gua?, Taufan Gempa bawa Thorn keluar. Biar dia jadi urusan saya," Tanpa perintah 2 kali mereka langsung pergi dari sana.

"Sampai mana kamu menyentuh tubuh adek saya," Sangat mengerikan, akhirnya kejadian itu terulang lagi dan pihak wanita benar-benar di ambang keputus asaan.

Pagi hari tiba.
Rumor bahwa guru bk itu keluar menyebar luas, dan banyak spekulasi jika guru itu gila karena keluarganya diteror malam kemarin.

"Kak, Thornie takut jika kejadian kemarin sore terulang," Tangan Thorn memegang erat seragam Halilintar.

"Tidak akan terulang lagi, kita akan bergabung jika Solar tau solusi dari jam kita,".

"Jangan sedih, Thornie masih kesayangan kami semua. Kami tidak pernah merasa jijik ataupun marah pada Thorn,"

"Terimakasih,".

Ya, mereka suatu saat akan kembali. Entah itu menghilang selamanya dari bumi atau mereka bertujuh berhasil bergabung.

Halilintar menghela nafas, saat tau kejadian itu kembali masuk melalui mimpinya.

"Kenapa masuk ke mimpi juga?, apa akan terjadi sesuatu?. Ayo berfikir tenang,".

"Yang mulia anda tadi ketiduran di kereta kuda saat kembali, dan Raja yang mengangkat yang mulia ke kamar ini," Halilintar terdiam, apa tadi. Raja menggendongnya?, kalau di liat tubuh ini sudah lumayan berotot. Pipinya memerah karena malu.

"Dan, raja menyuruh saya untuk memeriksa keadaan anda,".

"Tidak perlu, aku baik-baik saja. Kamu boleh pergi,". Halilintar menghela nafas lega, sebenarnya apa sih yang mempengaruhi raja untuk melakukan itu padanya.

"Hm, mencurigakan,".

Reinkarnasi Menjadi Mantan putra mahkota (S2 END).Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang