"Apa yang kamu inginkan, Nak?."
Eliot hanya tersenyum sembari melihat sekeliling. "Apa ayah hidup dengan enak, Di sini?."
Devon hanya terkekeh, "Semua ini?." Ujarnya dengan merentangkan tangannya sembari melihat sekelilingnya. "Ini semua di dapat dari kecerdikan. Ayah akan mengajarkan semuanya kepadamu."
Eliot hanya tersenyum miring. Apa pria tua di depannya ini sangatlah bodoh?.
"Bolehkah aku bertanya?."
Devon terhenti dalam mengagumi hasil dari kerja kerasnya, Menundukkan kepalanya, Kemudian ia menatap Eliot lekat. "Apa itu?." Tanyanya bingung.
"Apa kamu benar benar bisa langsung percaya dengan apa yang aku katakan?." Eliot berujar dengan polosnya.
"Apa maksudmu?."
"Bagaimana kalau aku berbohong?."
"Berbohong?."
"Ya, Tentang aku adalah Putramu. Atau tentang kekayaan itu. bagaimana menurutmu?."
Devon terdiam, Berusaha mencerna maksud dari perkataan Eliot. Tetapi Akhirnya dia tidak terlalu mempermasalahkan. Dari Kebiasaan dan gerak tubuh Dari Eliot Yang tampak Halus dan berwibawa, Dia sudah tau kalau Bahasa tubuhnyan tidak pernah berbohong. Butuh kebiasaan dari Penguasalah yang memiliki Bahasa tubuh yang seperti itu.
Kalau soal menjadi putranya?. Ntah lah, Ini tidak masalah percaya atau tidak, Karena Dia sudah sangat yakin tentang itu. Tetapi ada suatu hal yang aneh yang dari tadi membuatnya bertanya tanya, Aura yang di keluarkan dari dalam terasa lebih mengerikan daripada di luar, Hal itu mengingatkannya kepada seseorang.
Dulu, Waktu dia menjadi menantu keluarga Frans, Dia cukup mengerti tentang itu, Karena Keluarga Frans naik tidak hanya mengandalkan Kekayaaan dan kekuataan. Mereka juga pandai menggunakan kecerdasan mereka, Siapa lawan yang mudah di tangani siapa lawan yang lebih baik di waspadai.
Tetapi sayangnya, dia tidak mempelajari sampai sejauh itu.
"Tidak usah khawatir, Ayah percaya dengan itu." Ujarnya tiba tiba.
"Alasannya?."
"Insting, Pertalian darah tidak pernah berbohong." ujarnya yakin.
Eliot menganggukan kepalanya mengerti. "kalau begitu, Tidak akan ada yang akan jadi masalah lagi kan?. Toh, Aku keturunan dari Ayah yang brengsek seperti anda."
Bangkit dari duduknya ia pun mulai mengeluarkan Pistol yang ia apit di antara celana dan pinggangnya, dan mengarahkannya ke arah kening Devon.
Devon membulatkan matanya sempurna, Tiba tiba saja ia berkeringat dingin, Apakah ini yang di pancarkan oleh aura yang kuat tadi?.
Dengan terkekeh pelan, mencoba mengontrol emosinya, Devon mengangkat kedua tangannya. "nak, Apa apaan ini?."
Eliot hanya tersenyum. "Aku Benci perselingkuhan. Yang membuatku terkadang bertanya tanya, Apa hukuman terbaik dari itu. Menunggu karma?. Mau sampai kapan?. Kenapa tidak di hukum sendiri saja?."
Devon mengerutkan keningnya, Apa maksud dari perkataan Bocah di hadapannya ini?.
"Anda tahu, Ayah?. Aku lebih membencimu."
Devon dengan wajah santai, Mengontrol emosi yang terpancar di wajahnya sembari terkekeh pelan, lalu kemudian ia berbalik. Seolah olah pistol yang di todongkan kepadanya tidak akan menimbulkan masalah besar. Dengan bersandar di meja kerjanya, Ia menatap Eliot dengan memangku tangan. "ayah baik baik saja dengan itu. Kalau kamu membenci ayah karena menelantarkan ibumu dan kamu. Memang seharusnyan begitu, tetapi percaya atau tidak. Ayah mengumpulkan semua ini untuk menjemput kalian Supaya kita bisa tinggal bersama."
Eliot terdiam, lalu kemudian terkekeh sinis. Muak dengan omong kosong yang di ucapkan pria di hadapannya ini. "Mulut anda memang sangat manis, Tidak heran kalau ibu saya benar benar terpedaya."
Eliot kembali menyimpan Pistol yang tadinya ada di genggamannya, lalu mulai melangkah. berdiri tepat di hadapan Devon, Eliot tersenyum.
Wushh!
Dengan menyalipkan pisau kecil di antara genggaman tangannya, Eliot pun mulai menggoreskan leher Devon dengan itu. Darah segar mulai menampakkan dirinya, Turun dari bekas luka yang terlihat, merembes keluar sepoerti Pipa air yang bocor.
Dengan spontan, devon pun langsung memegang lehernya ketika perih mulai terasa, lalu menjauhkan sedikit Tangannya, melihat tangan yang sudah di penuhi oleh darah, Ia sedikit panik.
"Kedua, Aku pembenci pembohong seperti anda, Ayah."
"Apa yang sedang kamu lakkan kepada ayah mu sendiri, large!." Devon berujar panik sembari menekan bel yang ada di meja kerjanya.
Eliot hanya tersenyum denganwajah polosnya. "Sudah ku bilang, Aku akan menghukummu. Seharusnya ayah berterimakasih., Karna aku tidak menyayatnya terlalu dalam. Kalau itu adalah pistol yang sempat aku keluarkan tadi." Eliot menujukkan dada Sebelah kiri devon dengan telunjuknya. "Mungkin Pelurunya sudah bersemayam di sini. Dan ayah akan langsung mati. Bukankah aku masih bisa di sebut anak baik, sekarang?. lagian perihnya menggelitik, Bukan?. Aku pernah merasakannya, Jadi aku ingin membuat ayah juga merasakannya."
"Tidak ada anak baik yang melakukan ini kepada ayahnya. Menggelitik?. Apa kamu gila?."
Eliot mengangguk sembari terkekeh. "Benar juga, Ayah benar. Tapi, Ayah.. Kalau ini balas dendamku, Aku akan melakukan sesuatu yang lebih bergairah.. contohnya seperti Mengendap ngendam, menghukum Ayah secara Elegan. Atau bahkan kita akan melakukan pertemuan yang mengahraukan, Sampai ayah menangis darah di sekujur tubuh Ayah."
Devon dengan masih memegang lehernya, Menahan Darah untuk tidak lagi keluar pun berujar. "Apa maksudmu." Sesekali pria itu mendecih, Bel yang ia bunyikan tadi seolah olah tidak berpengaruh apa apa. Siapapun yang berada di luar tidak ada masuk untuk menampakkan dirinya.
"Ayah, Aku sudah menjadi anak yang baik sekarang. Aku tidak melakukan Hukuman seperti yang di ajarkan padaku. Contohnya, seperti mengikat tubuh Ayah, lalu Ayah akan berusaha untuk memberontak, Menarik kaki ayah untuk di jadikan pel di tepi jalan. Ayah akan menggigit trotoar dengan gigi ayah, lalu aku akan memantulkan kepala ayah ke trotoar itu berencana untuk membantu, setelah ayah mulai lemas, Aku akan menembak dada ayah Tiga kali, untuk membuat pertanda. Walaupun Ayah sudah mati, tenang saja. Aku akan membuat tubuh ayah tetap berguna, bagaimana?. Kurang baik apa lagi aku?.."
Devon membulatkan matanya sempurna, Semua yang di katakan Large Membuat dia terbayang akan step demi step dari pembunuhan itu. "Siapa kamu sebenarnya.?"
Eliot terdiam, Lalu ia tergelak. "Ayah, Sudah aku bilangkan, Aku putramu."
"jangan bohong, step Step dari Pembunuhan yang kamu katakan tadi bukan yang biasanya di lakukan di indonesia. Benar, kan?"
Elioat terdiam. "Benarkah?. Apa ada semacam perbedaan?."Tanyanya.
Huk!. Dengan nafas yang mulai terputus putus dan batuk mulai menyerangnya. Devon masih Menatap Eliot penuh nyali. "Itu Pembunuhan Ala Mafia, Tidak mungkin di indonesia ada yang seperti itu!. Karena di indonesia, Hukk!.. Negara Hukum yang tidak akan membiarkan Manusia seperti itu ada di sana."
Eliot diam sembari mengetuk ngetuk dagunya, benar juga. pantas saja kroco yang dia lawan tidak pernah membangkit semangatnya, Bahkan dia tidak pernah terluka dari setiap pertarungan itu. Jadi apa di indonesia ada?. mana mungkin tidak ada kan?. Karena di setiap negara, Tindak kejahatan yang seperti itu seharusnya ada. Hanya saja mereka lebih mahir menyembunyikan diri.
"Ayah, Anda bisa mati lebih cepat loh, Kalau terus berbicara seperti itu." Eliot berujar dengan ekspresi khawatirnya.
"Berisik, Saya tidak akan mati semudah itu."
Eliot mengangguk, Itu benar.kalau tidak, mana mungkin dia masih ada di sini sekarang.
Eliot tersenyum miring, menatap Devon sebagai mangsa yang ingin ia buru."Baiklah, Itu jauh lebih baik. karena aku tidak bisa melakukan banyak hal kalau ayah mati lebih cepat.. Karena Bagaimanapun, aku adalah seorang pemula yang masih belum pernah melakukan pembunuhan."
TBC
+100 Vote dan +20 komen, Lanjut Lagi!!
![](https://img.wattpad.com/cover/357644837-288-k824260.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
[BXB] TRANSMIGRASI DOMINANT S2 : El & Al's new world! [END]
FanficDunia Maya sedang di hebohkan dengan Munculnya skandal dari Aktor terkenal Yang sedang naik daun saat ini. Dia large, Pria Brengsek dan Manipulatif penyuka seks Tiba tiba masuk rumah sakit Dengan Kepala belakang Di hantam Kuat dengan vas Bunga besar...