Setelah perjodohan Gilliant dan Bella, kini mereka masih kompak dan baik baik saja, nampak seperti "bestie". Bahkan mereka juga kerap melakukan travelling berdua. Jadi meski mereka tak sejalan dengan kisah cintanya, mereka masih saling kisah yang lain entah kisah seputar bisnis orang tuanya, kehidupdan glamour mereka dan lainnya.
Hari belalu begitu saja berganti menjadi tahun. Begitu pula dengan perdebatan Gilliant dan ayahnya. Semua sudah seperti sedia kala. Mereka memang kompak dan sejalan dalam menjalankan bisnis keluarga yang cukup besar itu.
"Gilliant, apakah kau bisa menggantikan ayah pekan depan pergi ke London? kita harus menanda tangani perjanjian penting. Namun Ayah sudah katakan bahwa anak Ayah Gilliant Cho yang akan melakukannya, tidak keberatan bukan?".
"Tidak ada acara perjodohan lagi? Tentu saja atur saja sesuka Ayah hubungi aku kapan pun, akan segera bersiap". balas Gill
"Tidak ada perkenalan wanita kali ini hanya urusan bisnis".
Cinta pertama Gilliant Cho
Hari yang disepakati itu telah tiba. Gill sampai di sebuah perusahaan mode fashion ternama di London, dan hasil meetingnya bahwa perusahaan Gill menyanggupi untuk membuatkan majalah, design dan seluk beluk lainnya.
"Hello? apa kau anak dari Vincent Cho? saya Emily Hill putri dari Martin Hill yang aka membantumu untuk mengurus semuanya".
Gill yang sedang memberi kabar Ayahnya lewat ponsel itu, menoleh kebelakang karena ia memunggungi wanita itu.
"Ah, maafkan saya, baru saja memberikan kabar kepada Ayahku perihal hasil kesepakatan hari ini Saya Gilliant Cho senang bertemu dengan mu nona".
Gill sedikit terpaku, tertegun bahkan jantungnya pun berdebar matanya berbinar.Ia bahkan tak mengedipkan matanya pada perempuan bermata biru kristal itu, berparas anggun dan juga lembut sekali kata yang terucap dari bibirnya. Mereka pun saling berjabat tangan dan berbicara santai mengenai keadaan hari itu.
"Emily boleh kah saya meminta kartu namamu? mungkin untuk bertukar kabar mengenai perkembangan yang telah disepakati, boleh kah?". spontan Gill menanyakan kontak untuk menghubungi Emily, ini reaksi yang berbeda ketika ia dengan Bella. Terlihat seperti mengambil langkah untuk mengenal lebih jauh.
"tentu boleh, seharusnya saya yang melakukannya, ini kartu nama saya, ada email dan nomor telfon, kau bisa menghubungi salah satu," Emily menyodorkan kartu namanya.
"terima kasih Emily , apakah ada panggilan dari ponselmu?" ternyata Gill langsung melakukan tes panggilan telfon saat itu juga.
"ya, tertera disini.. aku akan menyimpannya, maafkan aku, disaat yang bersamaan ini Ayah ku juga menelfon jadi sepertinya kita sambung lain waktu". Ujar Emily meminta izin dan juga berpamitan.
"Terima kasih kau sudah menyempatkan bertemu denganku hari ini"
Mereka pun berpisah, Gilliant pergi ke apartemenya sementara Emily mungkin memeriksa dokumen sembari melakukan diskusi dengan Ayahnya melalui telfon.
Di apartemennya membereskan badan dan juga bersiap istirahat, namun ia terus memandangi cermin diruangan kamarnya dan juga terus membentuk simpul senyuman kecil di ujung bibirnya. Ia masih terbayang dengan pesona Emily. Siapapun mungkin akan jatuh cinta juga, karena Emily memiliki bentuk tubuh yang indah, tinggi semampai, auranya menenangkan suaranya yang lembut oh tidak bisa digambarkan lagi Emily memang sempurna bak dewi yunani kuno, namun berpenampilan dengan fashion modern.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dibalik Kamera
RomanceCarissa Widjaya wanita yang selalu menyimpan perasaanya bertahun tahun kepada cinta pertamanya itu, selalu bertanya kemana saja pria yang ia kagumi, yang pada akhirnya mereka dipertemukan kembali. Namun apakah Carissa masih bertahan dengan hubungan...