Bab-12

8.2K 713 28
                                    

Happy reading.

____________

Dewa memeluk Nindy dengan erat, untuk menguatkan gadis mungil didekapnya ini yang masih terisak sedari tadi, memang Dewa lah yang mengantar Nindy ke rumah sakit.

"Ibu gue Kak!" ujar Nindy dengan suara parau. Dewa merasa iba dan sakit ketika melihat keadaan gadis ini. "Ibu lo pasti baik-baik saja!" balas Dewa sembari mengelus punggung Nindy.

Nindy takut kehilangan ibunya ketika mendengar bahwa ibu Nindy memiliki penyakit jantung koroner, penyakit yang termasuk sangat berbahaya karena bisa mengakibatkan kematian mendadak. Walaupun bukan ibu kandungnya, tapi Nindy sudah sangat menyayangi ibunya itu seperti ibu kandungnya sendiri.

Ceklek pintu IGD terbuka menampilkan seorang dokter. Nindy pun langsung menghampiri dokter tersebut begitupun dengan Dewa.

"Bagaimana keadaan ibu saya Dok?" tanya Nindy.

Sebelum menjawab dokter tersebut menghela nafas pelan. "Keadaan ibu anda kritis, penyakit jantung koroner yang diderita selama tiga tahun ini sudah parah dan tidak bisa di sembuhkan lagi, sisa waktunya mungkin hanya beberapa menit saja."

Dewa yang melihat Nindy hampir tumbang pun ia langsung menahan tubuh gadis itu.

"Ti-tidak mungkin, Dokter pasti berbohong kan!" Nindy menggeleng keras, dia disini tidak punya siapa-siapa kecuali ibunya, ia tidak mau jika sang ibu meninggalkan dirinya.

"Maaf Dok, apakah boleh kita kedalam untuk menjenguk pasien?" tanya Dewa yang dibalas anggukan oleh dokter.

"Ibu hikss" ujar Nindy terisak dan langsung memeluk ibunya ketika sudah masuk kedalam ruangan.

"Jangan menangis!" suara parau ibunya membuat Nindy semakin terisak, ia takut, sangat takut kehilangan ibunya. Sedangkan Dewa hanya diam dengan kedua tangannya mengepal erat, hatinya merasa tak nyaman dan tersiksa ketika melihat Nindy begitu.

"Ibu jangan tinggalkan Nindy hiks!"

"Tatap mata i-ibu sayang!" titah ibu Nindy yang langsung membuat Nindy melepaskan pelukan itu.

Nindy menatap ibunya dengan sedih, ia berkali-kali menyeka air matanya agar tidak terus keluar.

"Jangan sedih, maafkan Ibu yang sudah tidak bisa merawatmu lagi Nak--"

"Nggak-nggak, Ibu nggak boleh berbicara seperti itu!" Nindy memotong tegas ucapan ibunya.

Ibu Nindy tersenyum tipis, air matanya juga tak ayal keluar sendiri ketika melihat anaknya seperti itu, ia juga sebenarnya ingin selalu bersama Nindy, tapi takdir berkata lain. Dia hanya bisa sampai disini menemani gadis cantik yang sudah ia rawat selama 13 tahun ini.

"Ada hal yang i-ingin Ibu katakan padamu, sebenarnya kamu bu-bukan anak kandung Ibu." ungkap ibu Nindy, yang membuat Nindy menegang kaku, begitupun Dewa yang terdiam mendengar penuturan ibu Nindy.

"Ma-maksud Ibu?"

"Maafkan Ibu yang menyembunyikan hal ini Nak, 13 tahun yang lalu Ibu menemukanmu tergeletak di---"

"Argh!" Ibu Nindy tak bisa melanjutkan ucapannya itu, karena merasakan sakit luar biasa pada jantungnya.

"Hiks Ibu, kak Dewa hiks Ibu aku." Nindy terisak kencang melihat Ibunya yang begitu, sedangkan Dewa yang paham pun langsung memencet tombol yang tersedia untuk memanggil dokter.

Protagonist Girls [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang