Eps 15: (Alysia & Lavelyn)

831 56 0
                                    

... Happy reading 🥰...

Saat Alysia membuka mata, sebuah perasaan gelisah, takut, sedih, benci dan dendam bercampur menjadi satu, berkecamuk di dalam dada.

Hatinya terasa sangat sakit, tubuh Alysia bergetar dengan hebat. "Apa yang terjadi?"

Tidak ada siapapun. Semuanya terlihat sangat gelap gulita. Alysia di kelilingi oleh genangan darah. Lehernya tercekik, tidak bisa bernapas. Alysia kehilangan kendali atas tubuhnya.

Hingga akhirnya, Alysia pikir, ia mulai berhalusinasi...

"Lavelyn?" Panggil Alysia.

Ia berbalik. Menatap Alysia dengan tatapan mata yang menusuk tepat ke jantung. Alysia menarik nafas, berusaha untuk tetap tenang.

Namun, bukan sosok Lavelyn yang ia kenal. Melainkan sebuah penampakan yang sangat mengerikan.

Angin berhembus kencang, sebuah darah mengalir deras dari leher yang di gorok habis hingga menyisakan luka yang sangat besar. Kepala itu hampir saja putus. Tulang berwarna putih lah yang membuatnya masih tersambung.

Alysia bergidik ngeri. Mundur beberapa langkah. Menghindarinya. Tapi, sialnya. Kini ia justru muncul tepat dihadapan Alysia.

"BALASAN DENDAMKU!"

Alysia menggeleng. "Aku tidak mau!"

Tiba-tiba sebuah tangan mencekik kuat lehernya.

Dengan matanya berwarna merah pekat, ia tersenyum dengan bengis. "MATI!"

"Ahk!" Alysia berteriak. Nafasnya tercekat. "BALASKAN DENDAMKU!"

Lavelyn terus berteriak. Mengulangi kata-kata yang sama. "BALASKAN DENDAMKU!"

Lalu dengan kejam, Lavelyn mendorong Alysia, masuk ke dalam lubang hitam yang sangat besar dan gelap.

~~~~

"AMPUNI AKU BIBI! AKU MEMANG BERSALAH, TAPI AKU MOHON. TOLONG JANGAN BUNUH AKU!"

Dengan bibir yang bergetar, Lavelyn memohon, meminta ampunan. Tapi, semua itu berakhir sia-sia. Karina sama sekali tidak menggubris permintaan maafnya itu.

Dengan kejam, Karina mencekik leher Lavelyn dengan kuat lalu membenturkan kepala Lavelyn beberapa kali ke tembok.

Darah mengucur deras dari kepala Lavelyn. Lavelyn terhuyung hingga akhirnya ia terjatuh, tergeletak di tanah.

Lavelyn Menangis. Tidak ada yang bisa dilakukannya. Menatap nanar, tidak bisa berbuat apapun dan berakhir dengan pasrah dihadapan bibinya sendiri. Karina Frans.

Tapi, lain halnya dengan Karina Frans. Tanpa belas kasih, Ia menjambak kuat rambut Lavelyn, memaksanya untuk tetap membuka matanya.

Lavelyn terisak-isak. Memegangi rambutnya yang terasa sangat sakit. "M-maaf..."

BRAK
Tubuh Lavelyn membentur tembok dengan keras. Seolah belum puas melihat Lavelyn tersiksa, dengan kejam, Karina menjambak rambut Lavelyn lalu menyeretnya ke sebuah bak berisikan air.

"Aku punya hadiah yang pantas untuk keponakan ku tersayang." Ujar Karina dengan senyuman puas yang terukir di wajahnya.

BYURRR!
Berkali-kali Karina memasukkan kepala Lavelyn ke dalam bak berisi air. "T-tolong!" Lavelyn meronta-ronta.

Lavelyn tidak bisa bernapas. Dan lagi, lagi kepalanya dipaksa masuk ke dalam bak berisi air.

Selang beberapa menit kemudian, Karina melepaskan cengkraman tangannya dari rambut Lavelyn.

Lavelyn or Alysia Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang