Eps 2: Awal mula (2)

1.8K 90 0
                                    

...Happy reading 🥰...

Sudah selama 3 hari Alysia terkurung dan di siksa dengan keji di ruang bawah tanah ini. Tidak peduli meskipun Alysia sudah meronta-ronta merasa kesakitan, mereka terus menerus mencambuk punggungnya.

Dan Alysia?
Hanya bisa pasrah, menerima perlakuan keji dari mereka. "Ugh!" Alysia merintih, menahan rasa sakit.

Sesaat kemudian suara langkah kaki terdengar. Alysia mendongak, menatap wajah algojo yang telah menyiksanya.

Ia tersenyum sinis.

Alysia menghela nafas. "Sepertinya, ia akan kembali menyiksa ku." Batin Alysia.

"Keluar!" Teriak algojo tersebut.

"Kamu menyuruhku keluar dari sini?" Tanya Alysia.

"Iya!" Jawabnya.

Alysia pun berdiri dan berjalan mendekati Algojo tersebut. Algojo itu pun membuka pintu sel jeruji besi yang mengurung Alysia selama ini. "Ikuti aku!" Perintah algojo itu dan Alysia pun mengikutinya.

Walaupun jujur saja, saat ini punggungnya masih terasa luar biasa sakit. Kaki Alysia pun luka-luka dan tubuhnya terasa sangat lemas.

Alysia menatap tajam punggung algojo yang telah menyiksanya. Sembari terus membatin, "Suatu hari nanti, akan ku balas semua penyiksaan ini lebih kejam dari apa yang orang gila ini lakukan padaku!"

Begitu Alysia berhasil keluar dari ruang bawah tanah, sinar matahari langsung menyilaukan matanya.

Alysia memandang kebelakang. Melihat tempat di mana ia di siksa. "Ruang bawah tanah ini berada di bagian belakang taman, di dekat air mancur." Batinnya sembari memperhatikan sekitar. Karena entah kenapa, Alysia merasa informasi ini akan berguna suatu hari nanti.

Algojo yang melihat Alysia terus berdiam diri langsung menampar wajah Alysia dengan keras.

PLAK!
Alysia memegangi pipinya yang terasa perih.

"Apa yang kamu lakukan, hah!" Algojo itu berteriak marah. Ia memaki Alysia dengan kasar. "Andaikan kamu tidak dibutuhkan oleh mereka, mungkin saja saat ini aku sudah melahap dua buah dada mu yang montok itu." Ujarnya sambil menatap tubuh Alysia dengan penuh nafsu.

Alysia menunduk, merasa geram dan sakit hati atas pelecehan ini. Ingin sekali ia tampar wajah Algojo itu dan merobek mulut kotornya itu. Namun, apalah daya, saat ini ia tidak memiliki kekuatan untuk melawan Algojo tersebut.

"Sebaiknya aku tidak membuat keributan dengannya."

"Maaf..." Ujar Alysia.

Algojo itu mendengus marah, lalu kembali berjalan. Melihat hal itu, Alysia pun terpaksa kembali berjalan dengan rasa sakit di sekujur tubuh.

Setelah beberapa menit terus berjalan, algojo pun berhenti.

Alysia melihat sekitar, berusaha untuk mengingat sesuatu.

"Bukankah, ini adalah tempat pertama kali aku terbangun?" Batin Alysia sembari terus berpikir.

Sementara Alysia yang masih terus berpikir, pintu terbuka. Terlihat beberapa pelayan yang berjalan ke arah Alysia. Tiba-tiba dengan paksa,
mereka menariknya masuk.

Dan begitu mereka berhasil membawa Alysia masuk, dengan kasar mereka semua mendorongnya hingga Alysia terjatuh.

Alysia menggenggam erat tangannya. Merasa geram, ia mendekati salah satu dari mereka dan berbisik. "Ingatlah satu hal ini. Suatu hari nanti akan ku penggal kepala kalian semua dan aku gantungkan di depan rumah keluarga kalian!"

Tapi, mereka tidak peduli dan justru tersenyum remeh. Karena kesal, tanpa berpikir panjang, Alysia menarik tangan salah satu dari mereka dan mendorong nya hingga terjatuh. Tidak sampai disitu. Alysia juga menginjak-injak wajah salah satu pelayan itu dengan membabi buta. "Siapapun, tolong selamatkan aku!" Teriak pelayan itu.

Para pelayan lain sontak saja langsung menjambak kuat rambut Alysia, berusaha menghentikan. Hingga salah satu dari mereka, mengambil sebuah vas bunga besar dan memukul kepala Alysia dengan keras.

PRANGGG!
Vas bunga itu pecah.

Alysia pun memegangi kepalanya yang terasa pusing. Kini pandangannya menjadi kabur dan dapat ia rasakan darah mengalir keluar.

Belum puas melihat Alysia tersiksa, mereka juga menginjak-injak tubuhnya.

Alysia tergeletak di lantai sembari terus menerima perlakuan keji dari mereka semua. Lalu kemudian, suara tepukan tangan terdengar.

Alysia menatap tajam wanita paruh baya itu. Tubuhnya bergetar hebat menahan rasa amarah.

Wanita paruh baya itu berjalan mendekat. "Sudah cukup." Ujarnya.

Para pelayan pun seketika berhenti menyiksa Alysia dan berjalan menjauh.

Kini wanita paruh baya itu berdiri tepat hadapan Alysia sembari memandangnya dengan remeh.

Ia tersenyum miring dan mengulurkan tangannya.

Tentu saja Alysia langsung menepis tangan itu dengan kasar dan berusaha untuk bangun sendiri. Namun sayangnya, tubuhnya sudah tidak kuat dan ia kembali terjatuh.

Melihatnya, wanita paruh baya itu pun tertawa, di iringi dengan para pelayan yang juga ikut menertawakan Alysia yang sedang menderita.

"Hahahahahahaha!"

Alysia menggenggam kuat tangannya. "Penghinaan yang aku alami saat ini, akan ku pastikan terjadi pada kalian semua suatu hari nanti!" Batin Alysia dengan perasaan yang penuh akan kebencian terhadap mereka semua.

Lavelyn or Alysia Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang