Eps 27: Tuan Raff (3)

548 47 1
                                    

... Happy reading 🥰....

"Sekarang adalah waktunya melaksanakan rencana kedua. Yaitu mencoba berbagai wahana liburan yang ada."

Setelah beberapa saat berkeliling, akhirnya mereka menemukan wahana yang layak untuk di coba.

"Tidak ku sangka. Di masa sekarang, sudah ada rumah hantu."

"Visual mengerikannya juga terlihat sangat meyakinkan sekali, seperti sungguhan. Sangat layak untuk di coba!"

"Alysia, apa kita akan benar-benar masuk ke rumah ini? Aku tidak yakin itu adalah ide yang bagus." Ragu Tuan Raff.

"Tentu saja! Ini adalah wahana yang bagus. Sangat disayangkan jika kita melewatkan nya!" Jawab Alysia dengan sangat yakin.

"Dan, jangan berharap kamu bisa kabur. Kamu sudah berjanji, loh!" Ujar Alysia sembari menggenggam erat tangan tuan Raff agar tidak bisa kabur.

Tuan Raff pun menghela nafas panjang. Wajahnya sedikit mengkerut.

Setelah transaksi jual beli yang cukup membuat bingung. Akhirnya Alysia berhasil mendapatkan tiket masuk.

"Meskipun ada sesuatu yang janggal terkait dengan penjaga loket tadi."

"Karena ketika selesai melakukan transaksi, tiba-tiba ia tersenyum miring. "Selamat menikmati liburannya."

"Tapi, yang lebih anehnya lagi, setelah memberiku tiket masuk. Penjaga loket itu berjalan mundur dan menghilang dari pandangan."

Alysia yang melihatnya hanya mengangkat bahu. Tidak terlalu memikirkannya. "Mungkin saja itu adalah sebuah trik konyol."

Tapi, lain halnya dengan tuan Raff. Wajahnya terlihat sangat pucat seperti mayat hidup.

"Ayo, kita masuk!" Ajak Alysia.

Alysia menghela nafas melihat tuan Raff yang justru terus terdiam. Menatap tempat penjaga loker tiket tadi yang menghilang menembus tembok.

Tanpa berbasa-basi lagi, Alysia langsung menarik tangan tuan Raff, masuk ke dalam rumah hantu. "Jangan terlalu dipikirkan. Itu hanyalah sebuah trik konyol saja!"

Tuan Raff menatap Alysia. Mengangguk.

"Huh, dasar pria penakut!"

~~~

Alysia tersenyum puas. Lalu memandang tuan Raff. "Benar-benar keputusan yang tepat, masuk ke dalam rumah hantu itu."

"Wah, bulu kudukku bahkan berdiri saking menyeramkannya rumah hantu itu. Apa Raff lihat tadi?"

"Seorang wanita menusuk perutnya sendiri. Oh, jangan lupakan saat seorang pria menebas leher para warga yang terkurung. Apakah Raff merasakan apa yang aku rasakan? Sungguh mengerikan sekali. Lututku bahkan sampai terasa lemas."

"Dan adegan yang paling favorit adalah saat pria besar itu memakan kakinya sendiri. Aku benar-benar bergidik ngeri, merasa ngilu saat melihatnya." Ujar Alysia dengan penuh antusias.

Sementara itu, tuan Raff terlihat tidak baik-baik saja. "Raff, apakah kamu baik-baik saja?" Tanya Alysia.

Tubuhnya bergetar hebat, pandangannya juga terlihat kosong. Tuan Raff menoleh dan menatap Alysia. "Aku harap begitu."

Alysia mengkerut kan dahi dan menepuk pelan pundak tuan Raff. "Jangan takut. Semua itu hanyalah rekayasa pemilik rumah hantu tersebut. Tidak mungkin yang kita lihat tadi adalah sungguhan, kan?"

"Eh, tuan Raff?"

BRAK!
Tuan Raff terjatuh, tidak sadarkan diri.

Alysia menutup mulut tidak percaya. "TUAN RAFF!" Teriak Alysia panik. Alysia menggoyang-goyangkan tubuh tuan Raff dengan cepat. Berharap ia segera sadar. Tapi, nihil. Tidak ada hasil.

Alysia menepuk dahi, tidak percaya kalau tuan Raff ternyata sepenakut itu.

"Apakah benar-benar terlalu menakutkan, ya?"

"Namun, mari lupakan rumah hantu itu untuk sejenak."

"Sekarang aku harus berpikir. Bagaimana caranya membawa tuan Raff pergi dari sini."

"Tidak mungkin aku meninggalkan tuan Raff sendirian di sini. Tapi, di sisi lain. Aku juga tidak mungkin sanggup mengangkat tubuh tuan Raff yang lumayan besar ini."

"Di tambah lagi, aku merasa lapar."

Tapi, untung saja. Tidak lama kemudian seorang kakek tua lewat. Alysia menghampirinya. "Maaf mengganggu waktunya. Tapi, apakah boleh saya membeli gerobak kakek? Tenang saja. Saya akan membayar mahal."

Kakek tua itu langsung mengangguk, terlihat senang.

Alysia langsung merogoh kantong dan membayar gerobak kakek tua itu. "Ini dia. Terima kasih. Senang berbisnis dengan kakek." Ucap Alysia dan mulai mendorong gerobak tersebut. Namun...

"Apa yang kalian berdua sedang lakukan di tempat ini?" Tanya kakek tua.

"Kami sedang menikmati wahana rumah hantu yang ada di sana." Jawabku sambil menunjuk rumah hantu di seberang sana.

Mendengarnya, kakek tua itu mengeyitkan dahinya. "Itu bukan wahana rumah hantu. Rumah itu merupakan saksi bisu peristiwa mengerikan yang melibatkan beberapa pembunuhan di masa lalu. Jadi, saya sarankan jangan masuk ke dalam rumah itu." Peringat kakek tua tersebut.

Mendengarkan penjelasan kakek tua, Alysia tertegun. "Jadi, yang tadi kami lihat adalah..."

Alysia langsung berbalik dan berjalan cepat ke arah tuan Raff.

"Tapi tadi, ka-" saat Alysia berbalik, kakek tua itu sudah menghilang.

Alysia terdiam mematung, berusaha mencerna sesuatu.

"Sebenarnya apa yang sedang terjadi?"

Alysia menggeleng. Memutuskan untuk mengabaikan peristiwa aneh tadi.

Setelah bersusah payah, akhirnya Alysia berhasil memindahkan tubuh tuan Raff ke dalam gerobak. "Fiuh, akhirnya selesai!"

Namun, tiba-tiba ia teringat perkataan kakek tua tadi.

Alysia merogoh saku, memutuskan untuk melihat tiket masuk yang  dibelinya tadi.

Alangkah terkejutnya Alysia, saat melihat tiket tersebut tiba-tiba berubah menjadi daun kering.

Alysia memandang rumah hantu itu. Seketika bulu kuduknya berdiri, merinding.

Lalu menatap tuan Raff yang masih tidak sadarkan diri.

"Luar biasa!
Menakjubkan sekali!"

Alysia tertawa senang dan melompat dengan ruang gembira.

Untuk pertama kalinya dalam hidupnya, Alysia mengalami kejadian horor seperti ini.

Alysia mencium daun kering tersebut. "Benar-benar momen yang tidak akan pernah terlupakan!"

... Bersambung...

...Jangan lupa untuk vote dan komen kalo kamu suka kisah "Lavelyn or Alysia" ya😘....

Lavelyn or Alysia Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang