Eps 48: Nasib yang serupa

172 16 0
                                    


🥀 Happy reading 🥀

"Ugh..."

Perlahan-lahan mata itu terbuka. Alysia terbangun dari pingsannya. Melihat keadaan sekitar. "Gelap sekali."

Tidak ada penerangan ataupun sedikitpun cahaya di tempat ini. Alysia memegangi kepalanya yang terasa sakit. "Ahkkk!" Alysia meringis tidak hanya kepalanya, seluruh tubuhnya juga terasa sakit.

Dapat Alysia rasakan darah mengalir deras dari kepalanya yang terluka. Alysia berdecak. "Lagi dan lagi aku kembali terluka di kepala. Semoga saja lain kali aku tidak amnesia."

Alysia berusaha untuk berdiri. Kakinya bergetar. "Untung saja aku masih sanggup untuk berdiri dan sepertinya beberapa tulang rusukku patah."

Alysia tertawa kecil merasa ironis. "Hal ini mengingatkan ku akan masa lalu. Tapi, mau bagaimana lagi? Lagipula aku sudah terbiasa menerima luka seperti ini. Dan sebaiknya aku segera mencari jalan keluar dari tempat ini. Sebelum Duke sialan itu menemukanku." Pikir Alysia.

Alysia menghela nafas panjang saat mengingat pengorbanan yang dilakukan oleh nona Bella. "Dasar bodoh!"

Alysia tidak habis pikir apa yang ada di dalam benak anak tersebut. "Kenapa dia menyelamatkanku? Tidak, mungkinkah dia berusaha membunuhku? Bagaimana pun juga orang normal seharusnya mati saat terjatuh dari ketinggian."

"Meski begitu. Aku berharap dia tidak melupakan janjinya pada ku." Alysia memejamkan matanya dan melanjutkan perjalanan.

Mata berwarna hijau yang menatap Alysia dan senyuman yang ditujukkan padanya. Hingga akhirnya semua itu menghilang, berubah menjadi rasa takut. 

~~~~

Entah sudah berapa lama Alysia terus berjalan menyusuri tempat ini. Sembari terus memegangi kepalanya yang terluka. "Ku pikir, aku telah kehilangan begitu banyak darah." Alysia bertumpu pada dinding saat merasakan pusing yang hebat melanda dirinya.

Suara dengungan yang melengking terdengar. Mampu membuat Alysia merasa ketakutan akan kematian. Rasa sakit ini terus menggerogoti tubuhnya. Detak jantung yang berpacu dengan sangat cepat membuat Alysia sedikit demi sedikit tenggelam kedalam keputusasaan.

"Apa yang sebenarnya ku lakukan? Padahal awalnya aku hanya ingin bertahan hidup dan pergi sejauh mungkin dari orang-orang. Tapi sekarang lihatlah. Aku justru terjebak di antara persaingan politik."

"Dan kenapa nona Bella begitu percaya kepada saya? Andaikan saja anak itu tahu niatku yang sebenarnya, dia pasti sangat membenciku."

"Aku mendekatinya dengan tujuan tertentu. Sebelum kedatangan ku kemari. Aku sudah memperkirakan Duke Alberto pasti akan memperkenalkan seseorang padaku."

"Awalnya aku hanya berencana untuk mendekatinya dan menggali informasi penting darinya. Lalu pada suatu hari hal itu membawaku pada sebuah kebenaran. Sebuah fakta dimana aku dan anak tersebut adalah orang yang sama."

Hari itu Alysia terbangun karena lapar dan menyelinap masuk ke dapur untuk mengambil beberapa cemilan. Namun, secara tidak sengaja Alysia mendengar beberapa pelayan yang sedang bertugas tengah membicarakan nona Bella.

Inti dari pembicaraan tersebut adalah mengenai bagaimana seluruh anggota keluarga Wilston memperlakukan nona Bella dengan buruk. Termasuk Duke Alberto sendiri.

Selama ini nona Bella mendapatkan tekanan dari segala penjuru. Baik secara fisik maupun mental.

Dan semuanya menjadi jelas pada hari dimana Alysia secara diam-diam mengikuti nona Bella pergi ke kamarnya.

Ternyata Duke Alberto sudah menunggu kedatangan nona Bella dengan memegang sebuah rotan panjang di tangannya. "Dari mana saja kamu?" Tanya Duke Alberto.

Nona Bella yang melihat Duke Alberto pun ketakutan hingga menceritakan apa yang terjadi dengan jujur. Terkecuali satu hal, yaitu alasannya pergi.

Duke Alberto berdiri lalu mencengkram kuat bahu nona Bella.

PLAK!
Wajah nona Bella di tampar dengan keras. Nona Bella hanya terdiam, menerima kekerasan dari Duke Alberto. Iya tidak menangis, hanya menutup mata. Berusaha menahan rasa sakit.

Baju yang di kenakan dilepas dengan kasar lalu di buang sembarangan.

Sebuah rotan panjang tipis di hentakan beberapa kali dengan kuat ke punggung nona Bella hingga mengeluarkan darah.

Nona Bella hanya bisa menggigit bibir, menahan agar tidak mengeluarkan suara.   

Sudah berlangsung cukup lama bahkan hingga seluruh punggung tersayat mengeluarkan darah, tetap saja Duke Alberto tidak kunjung berhenti.

Alysia terus menatap semuanya dalam diam. Apa yang dilakukan oleh Duke Alberto kepada nona Bella membuat Alysia teringat akan masa lalunya.

Alysia memejamkan mata, Merenung. "Anda sama seperti saya..." Batin Alysia.

BRAK!

Nona Bella yang sudah tidak kuat menahan siksaan keji tumbang dan terjatuh.

Namun, bukannya iba. Duke Alberto justru semakin menyiksanya. "BANGUN!" Teriak Duke Alberto.

Nona Bella menangis lalu bersujud di kaki Duke Alberto. "Maafkan Bella ayah. Bella salah, tapi Bella mohon tolong berhenti. Ini sangat sakit ayah..."

Duke Alberto tertawa terbahak-bahak. "Lalu kamu pikir saya peduli?"

Plak
Duke Alberto kembali menampar nona Bella dengan kuat. Bahkan kali ini Duke Alberto menjambak rambut nona Bella lalu menyeretnya ke cermin. "Kamu adalah milik saya dan saya bisa melakukan apapun yang saya mau."

Nona Bella terdiam. Napasnya tercekat. Mata mungil itu kini sudah tidak sanggup untuk menahan air mata agar tidak keluar.

🥀 Bersambung 🥀

🥀Jangan lupa untuk vote dan komen kalo kamu suka kisah "Lavelyn or Alysia" ya🤗

Lavelyn or Alysia Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang