Chapter 30 (Hello, masa depan)

1.9K 126 7
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.
.
.

-MASA DEPAN-

Thomas bisa mendengar kesunyian, dan merasakan suhu dingin, sepertinya ruangan berAC yang diatur dengan suhu rendah, dan pastinya itu ruangan steril. Ia bisa merasakan tangan halus mengenggam jemarinya. Ia membuka matanya dan berusaha untuk beradaptasi dengan cahaya dari lampu ruangan, dan saat itu ia sadar ia terbaring diatas tempat tidur kamar rumah sakit dengan selang oksigen dihidungnya. Ia ingat terkahir kali ia dan teman-temannya kecelakaan. Ia melirik ibunya tertidur sambil mengenggam tangannya, ibunya selalu disisinya dan menunggunya untuk sadar

“mama….” gumam Thomas, suara Thomas mampu didengar oleh James, wajah cantiknya yang kini nampak sendu karena terus menangis khawatir akan kondisinya membuat Thomas tak tega ibunya seperti ini

“sayang?! Kau sudah sadar? Kau sungguh sadar” senang James melihat anaknya sadar setelah hampir sebulan dinyatakan koma

“mama maaf…”

“jangan bicara dulu, dokter akan segera datang” James menyentuh surai rambut anak tunggalnya itu

“Thomas!” Net yang tertidur diruang tunggu masuk kedalam kamar karena mendengar suara istrinya, ia nampak lega dan senang melihat Thomas sudah kembali sadar.

.
.

Zee tak tega melihat istri dan kedua anak kesayangannya, ia hanya mampu melihat karena sudah mengusahakan segala cara agar kedua anaknya siuman dari koma namun semuanya gagal. Nunew bahkan tak bisa tidur, setiap detik ia ketakutan akan kehilangan kedua anaknya. Dia hanya bisa menangis dan berdoa, bagaimana tidak? Disebelah kanannya anak sulungnya Namping terbaring dan disebelah kirinya anak bungsunya Kongjiro juga sama dalam kondisi koma, ia tak ingin dan tak akan bisa kehilangan satupun anaknya.Bila ia bisa menukar, ia ingin ia saja yang terbaring disana.

Namping dan Kongjiro bisa mendengar tangis tertahan dan ia yakin itu tangisan ibunya, Zee bisa melihat jemari Kongjiro mulai bergerak

“Jiro!” Zee kearah Kongjiro sedangkan Nunew bisa melihat Namping mulai membuka matanya begitu juga dengan Kongjiro

“papa” Kongjiro bisa melihat wajah khawatir ayahnya dan bisa melihat ayahnya yang selalu tegas itu menangis

“mama maaf…” Namping merasa bersalah melihat ibunya yang nampak frsutasi karena mengkhawatrikan mereka berdua, Nunew terkejut dan sangat senang ia mengenggam kedua tangan anaknya

“terima kasih sudah kembali….terima kasih” gumam Nunew berkali-kali diantara tangisnya

.
.

“sayang, kau belum makan apapun” Max khawatir, Nat sudah nampak pucat

“bagaimana aku bisa makan? Bagaimana aku bisa tidur? Nyawa anakku sekarang sedang terancam? Dokter malah tak bisa apa-apa” sendu Nat, ia tak sanggup melihat Keng yang hampir sebulan memejamkan matanya

“aku juga sedih Nat, dia putraku, tapi dia akan sedih saat ia sadar, kau seperti ini”

“aku hanya ingin dia bangun, aku tak mau apapun lagi, aku hanya ingin dia hidup” sedih Nat dan kembali menangis memeluk putranya

“Aku mohon bangun, apa kau tak mendengar mamamu lagi? Aku memohon padamu setiap hari untuk bangun” tangis Nat, Max tak sanggup melihatnya. Namun, Nat terkejut saat pelukkanya dibalas oleh Keng

“maaf ma…” Max menoleh saat mendengar suara putranya dan Nat langsung menganggkat kepalanya melihat Keng tersenyum dibibir pucatnya

“Keng! Kau membuatku khawatir!” tangis Nat, ia memeluk erat anaknya

.
.

Yim menatap Teetee yang terbaring, trauma kehilangan anakpun kembali ia rasakan, tangan putihnya bahkan masih bergetar pelan, sedangkan mata sipitnya tak berhenti mengeluarkan air mata. Ia tak sanggup kehilangan lagi. Kemarin saat anaknya dinyatakan koma dan beberapa kali detak jantungnya nyaris terhenti membuatnya juga hampir mati dan menagis histeris tak peduli siapapun yang mencoba menangkannya, dan dengan teganya para tenaga medis itu memintanya untuk menyerah saja karena kondisi anaknya hanya dipaksa hidup oleh alat-alat medis

“aku akan mempertahankan anakku” ucap Yim melihat alat pedektesi jantung Teetee melemah setiap harinya

“ya kita akan terus mempertahankannya, aku percaya pada Teetee, anak nakal ini tidak akan pernah meninggalkan kita” Tutor mengenggam tangan kanan Teetee

“aku tidak bisa lagi kehilangan anak, aku tidak bisa…” ucap Yim ketakutan dan Tutor tau itu, saat dimana Yim mulai putus asa untuk memiliki anak lagi, tiba-tiba mereka diberi keajaiban dengan kehadiran Teetee, ia bisa mengingat betapa bahagianya Yim saat tau bahwa ia masih bisa memiliki anak, ia masih mengingat jelas bagaimana Yim menangis memeluknya dengan erat saat 15 tahun lalu Teetee terlahir dengan sehat

“kita tidak akan pernah kehilangannya sayang” Tutor menengkan, ia juga berharap besar agar putranya pulih kembali

“aku akan menjadi ibu yang paling bodoh karena tidak bisa menjaga anak-anakku dengan baik, aku selalu saja mencelakakan mereka, yang satu meninggal sebelum dilahirkan karena kebodohanku, dan sekarang Teetee harus seperti ini karena aku tak becus menjaganya pada hal dia bersamaku setiap hari” sedih Yim menyalahkan dirinya

“jangan berkata seperti itu Yim, kau ibu yang terbaik dan melakukan segalanya demi Teetee” ucap Tutor

“Teetee” Yim menangis mengenggam tangan pucat anaknya, sampai mereka medengar alat pedeteksi jantung milik Teetee berbunyi normal menandakan detak jantungnya normal kembali.

Teetee bisa mendengar alat pedeteksi jantung itu berbunyi dan bisa mendengar tangis ibunya juga suara ayahnya, ya dia kembali. Ia mencoba membuka matanya dan beradaptasi dengan cahaya lampu kamar rumah sakit

“mama….”

“Teetee!” Yim refleks memeluk anaknya itu, dan Teetee tersenyum karena bisa merasakan pelukan ibunya lagi.

.
.
.

Tbc

Berikan vote :')

Child From The Future Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang