22

72 11 0
                                    

Saat Margaret kembali, Kenneth baru saja bangun tidur. Ia duduk di depan perapian sembari meminum teh. Lelaki itu terkejut mendapati Margaret datang dengan jubah tebalnya.

"Kau dari mana, Permaisuri?" Tanyanya cepat. Margaret spontan merebahkan diri di sebelahnya. Ia meletakkan kepalanya di paha Kenneth.

"Aku baru saja menemui Xavier di Wisma Kerajaan."

"Xavier? Untuk apa?" Kenneth terkejut dua kali.

"Semalam sebelum Mary tidur, aku menanyainya mengenai alasannya murung akhir - akhir ini. Ia memang tak mengatakan apa - apa, tetapi ia menanyakan Xavier, Yang Mulia. Tiba - tiba saja ia berkata bahwa ia tak menyukai Xavier. Itu sangat aneh sekali. Bagaimana Mary bisa tahu Xavier padahal mereka saja tidak pernah bertemu? Aku tak tahan bermain petak umpat dengannya sehingga aku memilih bertanya langsung pada Xavier. Namun jawabannya persis seperti prediksiku. Xavier tidak tahu apa - apa karena Xavier bahkan tak mengenal Mary. Aku heran. Ada apa dengan Mary?" Margaret menggerutu dengan cepat, tetapi Kenneth mendengarkannya dengan teliti.

"Baiklah, aku akan mencoba bicara lagi dengan Mary. Apa kita perlu mendatangkan filsuf konsultan psikis remaja?"

"Tak perlu, Yang Mulia. Kau tahu sendiri Mary itu seperti apa. Ia tak mau bicara pada orang yang tidak ia kenal."

"Benar juga. Ya Tuhan, ini rumit sekali." Kenneth menguap pelan sembari menutupi mulutnya. Jarang sekali lelaki itu menguap sehingga Margaret segera menoleh padanya.

"Tidurlah bila kau masih mengantuk, Yang Mulia."

"Tidak, aku harus mengecek keadaan Viktor. Ia sedang sakit. Aku barusan diberitahu sore ini. Kata tabib Beth, kondisinya sudah parah. Kau mau ikut?"

"Tidak." Margaret menolaknya mentah - mentah. Ia bangkit begitu saja dari paha Kenneth.

"Baiklah, kau bisa tidur sebentar. Aku akan kembali sebelum makan malam."

"Ya." Margaret mengecupnya singkat lalu beralih dari sofa. Wanita itu melangkah ke kamar, mengganti bajunya sebelum pergi tidur.

***

Kenneth datang untuk pertama kalinya ke Burrow dalam setahun terakhir. Semua pelayan berjajar untuk menyambut kedatangan Sang Raja. Lelaki itu datang dengan tenang, tak ada amarah sama sekali dari wajahnya.

Viktor terbangun ketika pintu kamarnya terbuka. Kenneth muncul disana bersama jajaran pelayan pribadinya serta prajurit penjaga. Viktor tak menyapanya sehingga mereka terjebak dalam keheningan untuk beberapa saat.

"Bagaimana keadaanmu?" Tanyanya singkat, membelah kesunyian tersebut.

"Seperti yang kau lihat." Viktor menjawabnya dengan datar. Ralat, dua orang tersebut sama - sama datar.

"Apa surat wasiat ayah sudah mutlak? Apakah ada yang ingin ayah ubah?"

"Tidak ada." Sahutnya cepat. Viktor sama sekali tak tersinggung saat Kenneth langsung menanyakan hal tersebut. Semua orang tahu, Viktor sudah sangat tua. Ia memang akan meninggal sebentar lagi.

"Baiklah bila begitu. Aku tidak ingin membicarakan apapun lagi karena semuanya sudah ku atur. Perihal uang warisan yang akan diberikan kepada ibu, aku akan menangguhkannya."

"Mengapa?" Lelaki tua itu spontan melirik Kenneth dengan tajam. Tiba - tiba saja raut wajah Kenneth berubah menjadi serius.

"Istriku tidak akan bisa akur dengan ibu. Margaret mengalami serangan cemas saat ia melihat ibu berada di dekatnya. Aku memang telah memindahkan ibu ke sayap barat, tetapi rasanya tidak mungkin terus - terusan menahan mereka berdua untuk tidak saling bertumbukan. Buktinya saja beberapa hari yang lalu, ibu berani datang ke Witchave sehingga Margaret marah besar. Sebab itu, aku berencana untuk mengeluarkan ibu dari Istana." Tandasnya lugas.

THE DAYS : Season 2 - Home Sweet HomeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang