21

133 12 9
                                    

Xavier sudah lama tidak bertemu Margaret. Mungkin sudah sekitar seminggu wanita itu tak menunjukkan batang hidungnya sama sekali. Xavier merasa patah hati, tentu saja. Ia merasa Margaret telah menolak cintanya sehingga ia memilih untuk tidak mencarinya lagi. Namun saat Xavier melangkah keluar dari Ruang Kerja Raja, ia melihat Margaret melintas di lorong. Lelaki itu terpaku seketika. Margaret datang dengan senyum hangatnya, membius Xavier untuk kesekian kalinya.

"Pangeran Xavier, ku kira kau sudah pulang. Apa kau baru saja menemui Yang Mulia Raja?" Tanyanya ramah, sama sekali tak mengungkit perihal surat yang telah Xavier berikan kepadanya. Detik itu juga Xavier merasa senang bukan main. Ia menganggap Margaret telah menerima perasaannya, padahal Margaret lupa membaca surat tersebut dan entah dimana surat itu sekarang.

"Aku belum pulang, Permaisuri. Pengajuan berkasku masih harus menunggu karena sedang dalam proses antrean. Pangeran Archer berkata bahwa berkasku akan diurus setelah Dewan Kerajaan selesai mengurus berkas perjanjian dengan Dunklestorm." Jawabnya tak kalah ramah. Hati Xavier berbunga - bunga.

"Baiklah, semoga berkasmu cepat selesai. Aku permisi." Margaret tersenyum sekilas lalu melenggang masuk ke dalam Ruang Kerja Raja bersama para jajaran pelayan yang setia mengikutinya. Xavier tak langsung pergi. Lelaki itu memilih menguping selagi pintu belum ditutup.

"Yang Mulia."

"Ada apa, Permaisuri? Bila kau letih, sebaiknya kau kembali ke paviliun sekarang. Aku masih punya banyak hal yang harus segera ku urus."

"Aku tidak mau kembali tanpamu."

"Jangan bilang kau akan melampiaskan kekesalanmu kepadaku. Akhir - akhir ini kau selalu menggerutu mengenai para pelayan."

Xavier tak bisa mendengar percakapan setelahnya karena pintu sudah kembali ditutup. Sedetik kemudian, ia melangkah pergi. Ia tak ingin melihat kemesraan mereka berdua atau ia akan kembali terbakar api cemburu.

***

Kenneth tak bercanda dengan ucapannya tadi. Urusannya memang sangat banyak sehingga Margaret benar - benar harus kembali sendiri. Tak disangka - sangka, ia berpapasan kembali dengan Xavier di dekat taman pembatas antara area Istana Raja dan Istana Ratu. Lelaki itu terkejut, tetapi Margaret jauh lebih terkejut.

"Kau masih disini, Pangeran Xavier?" Tanyanya spontan.

"Aku sedang mengamati indahnya Istana Dakota selagi aku bisa. Di semua taman yang pernah ku kunjungi, aku paling menyukai taman ini. Suasananya sangat tenang." Xavier memulai pembicaraan ringan di antara mereka berdua.

"Aku jadi ingat. Dulu disini ada jembatan kecil, tetapi Yang Mulia Raja sudah membongkarnya."

"Mengapa?"

"Karena dulu anak - anak sering bermain disini sehingga mereka selalu ingin menaiki jembatan itu. Jembatan tersebut licin karena selalu diguyur hujan dan salju. Suatu hari, Archer pernah terpeleset dari sana sehingga keesokan harinya, jembatan tersebut langsung dibongkar. Kolam kecil yang ada di bawahnya juga dihilangkan dan diganti dengan taman mawar, seperti yang kau lihat sekarang."

"Ya Tuhan, ternyata sejarahnya panjang sekali. Apa kita perlu mencatatnya di buku sejarah?"

Spontan Margaret tertawa mendengar candaan Xavier barusan. Lelaki itu juga ikut tertawa. Selera humor mereka memang buruk.

"Permaisuri, aku lupa belum memberitahumu." Ujarnya tiba - tiba. Mendadak, raut wajah Xavier menjadi serius sehingga Margaret berhenti tertawa.

"Apa?" Tanyanya bingung.

"Aku sudah bertemu dengan mertuamu. Dia persis seperti apa yang kau katakan kepadaku." Ujarnya hati - hati. Spontan senyum Margaret surut seketika.

"Maksudku, aku tidak sengaja bertemu dengannya di galeri seni yang ada pada ruang kreasi. Dia yang menghampiriku sendiri, jangan salah paham." Xavier segera meralat kalimatnya dengan cepat.

THE DAYS : Season 2 - Home Sweet HomeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang