3

91 12 0
                                    

Mary memakan buburnya sedikit demi sedikit dengan tempo yang sangat lambat. Viktor menyuapinya dengan telaten sekalipun sejak tadi Mary memilih cuek kepadanya. Ia belum tahu bahwa sebenarnya Mary memang memusuhi orang se-Istana.

"Mary, kau harus mencoba bubur wortel. Kakek suka sekali dengan bubur wortel, kau pasti tahu itu. Bila perutmu sensitif, maka kau harus mencoba berbagai macam bubur supaya kau tahu bubur mana yang paling cocok di lidahmu." Viktor berusaha mengajaknya bicara, entah berhasil atau tidak.

"Tabib Beth yang mengatur menu makanku. Aku tidak bisa makan sembarangan." Ujarnya singkat. Spontan Viktor menatapnya lurus. Bukan karena ia memikirkan jawaban Mary barusan, melainkan ia terkejut karena Mary mau menyahuti ucapannya.

"Kakek tidak tahu soal itu, kakek meminta maaf. Namun tak ada salahnya kau bertanya pada Tabib Beth mengenai makanan yang ingin kau makan, apakah kau boleh memakannya atau tidak. Bahkan bila kau ingin memakan kue madu sekalipun, kau bisa menghancurkannya dengan garpu sebelum memakannya sedikit demi sedikit."

"Tak mungkin bisa. Ayah pasti melarangnya." Sahutnya cepat. Saat itu berhubungan dengan Kenneth, Viktor memilih untuk diam.

"Dimana kakakmu? Biasanya ia selalu datang kemari setiap pagi. Tadi kakek tidak melihatnya sama sekali. Padahal biasanya ia sangat mengkhawatirkan keadaanmu." Viktor kembali menyendokkan setengah sendok bubur kepada Mary. Bubur tersebut benar - benar halus, Viktor tak yakin apakah Mary bisa kenyang dengan makanan semacam itu.

"Kakak pergi berperang, itu yang ayah katakan."

"Berperang? Dengan siapa?" Viktor nampak terkejut disana.

"Entahlah, aku tidak bertanya." Ujarnya singkat. Viktor tak menanyakannya lagi karena ia tahu Mary tak tahu menanhu mengenai urusan Istana.

"Mary, apakah kau kenyang dengan makanan seperti ini? Bubur ini benar - benar encer dan halus." Tiba - tiba saja Viktor menanyakan hal tersebut karena ia prihatin melihat Mary yang terlihat kurus dan pucat.

"Terkadang aku merasa lapar, tetapi Tabib Beth belum memperbolehkan aku untuk memakan sesuatu yang berat. Ia berkata pada ayah bahwa ia perlu memantau kondisi pencernaanku terlebih dahulu." Mary menjawabnya dengan skeptis.

"Kakek tahu apa yang kau alami sangatlah berat. Kakek segera pergi kemari setelah Panglima Cedric menceritakan mengenai insiden yang kau alami. Kakek memang kerap berselisih dengan ayahmu, tetapi itu hubungan internal kami berdua. Hal tersebut tak mempengaruhi hubungan kita, Mary. Kakek peduli padamu. Kau bisa memberitahu kakek mengenai apapun yang terjadi padamu, Mary." Viktor mengusap pipi Mary sembari menyelipkan rambutnya ke belakang telinganya. Lelaki itu tersenyum sekaligus merasa bersalah karena saat ia melihat Mary, ia melihat wajah Margaret disana.

"Ayah pasti akan memarahiku bila aku merepotkan kakek. Kakek sudah tua. Seharusnya kakek banyak beristirahat." Ujarnya hati - hati. Viktor justru tertawa mendengarnya.

"Tidak seperti itu cara kerjanya. Kakek memang sudah tua, tetapi kakek mampu melakukan semuanya sendiri. Justru kakek bosan terus menerus di paviliun dan tak melakukan apa - apa. Mulai sekarang, kakek akan menemanimu disini selagi ayahmu turun ke Istana. Kakek akan membawa papan bermain supaya kita tidak bosan."

"Aku tidak bisa bermain catur."

"Kakek akan mengajarimu hingga kau mahir." Lelaki tua itu tertawa ringan sebelum menyendokkan bubur lagi ke mulut Mary. Untuk sekilas, hubungan mereka nampak baik - baik saja. Sebenarnya, Mary juga merasa kesepian disini. Satu - satunya alasan Mary mau bicara kepada kakeknya adalah karena ia menilai Viktor tidak menjahati ibunya sebagaimana Helena melakukannya dulu. Baginya, itu membuat sebuah perbedaan besar.

***

Kenneth berhasil menyelesaikan semua urusannya sebelum sore sehingga ia kembali ke paviliun sesegera mungkin. Sebenarnya masih siang hari saat Kenneth kembali ke paviliun, tetapi rupanya ia melihat Mary telah tidur pulas di ranjangnya sementara Viktor membaca buku di ruang kunjungan. Lelaki tua itu duduk di sofa yang berada lurus di depan pintu kamar Mary yang terbuka. Mungkin Viktor duduk disana supaya ia dapat mengawasi Mary dengan mudah.

THE DAYS : Season 2 - Home Sweet HomeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang