32

113 10 0
                                    

Margaret mengerjapkan matanya perlahan. Ia merasa kepalanya sangat berat sehingga ia tak bisa bergerak dengan leluasa. Tubuhnya juga terasa kaku. Ralat, ia merasa sedang dibebat sehingga ia mengingat - ngingat apa yang baru saja terjadi. Namun ia tak bisa mengingat apa - apa.

"Bagaimana keadaanmu?"

Suara Kenneth membuayarkan pikiran Margaret. Wanita itu berusaha menoleh. Rupanya ia sedang berada di dalam kamarnya sendiri, di Monza. Kenneth tersenyum lalu duduk di tepi kasurnya.

"Apa yang terjadi padaku? Mengapa rasanya sakit sekali?" Tanyanya bingung. Kenneth hanya tersenyum mendengarnya.

"Kau baru saja mengalami gegar otak. Kau tidak ingat dengan serangan yang dilakukan Helena kepadamu?" Kenneth justru menanyainya balik. Margaret berpikir sejenak sembari terus berusaha mengingat - ngingat apa yang sebenarnya terjadi. Sedetik kemudian wanita itu memekik.

"Mary! Dimana Mary! Aku melihat Helena membanting Mary!"

"Tenang, Permaisuri. Tenang. Mary baik - baik saja." Ujarnya sembari mencegah Margaret untuk bangkit. Baru beberapa menit saja, Margaret sudah memegangi kepalanya yang terasa sakit.

"Sudah, tidurlah lagi. Aku akan memanggil Tabib Beth. Sebentar." Kenneth beralih begitu saja meninggalkannya sendirian. Namun itu hanya sebentar saja karena Archer masuk begitu saja. Ia duduk di tempat ayahnya duduk tadi.

"Ibu, bagaimana kondisi ibu?" Tanyanya pelan.

"Ibu pusing sekali." Hanya itu yang dikatakan Margaret. Tiba - tiba saja, lelaki itu mengambil tangan ibunya lalu menciumnya dalam - dalam. Margaret merasa keheranan dengan hal tersebut.

"Aku meminta maaf karena telah menuduh ibu berselingkuh. Aku merasa dihantui. Aku takut aku tidak sempat meminta maaf secara langsung pada ibu. Kami semua hancur tanpa ibu." Ujarnya mendalam. Margaret terdiam sejenak, kemudian ia tersenyum.

"Archer, tak ada yang tahu seberapa panjang umur seseorang. Ibu hanya berpesan, jadilah lelaki yang bijak dan netral. Dengarkan keluargamu terlebih dahulu, baru orang lain."

"Ya, aku akan mengingatnya." Archer juga ikut tersenyum. Lelaki itu memeluk ibunya begitu saja sehingga Margaret menciumi kening Archer beberapa kali.

"Kondisi Mary sekarang sedang tidak baik." Tiba - tiba Archer membahasnya, sesuatu yang ia yakini dengan pasti bahwa ibunya tak mengetahuinya.

"Ada apa dengan Mary? Apakah adikmu kambuh lagi?"

"Tidak, bukan itu. Kondisi kesehatan Mary sudah membaik. Ia sudah tidak sesak nafas lagi seperti dulu. Namun kondisi kejiwaannya sedikit mengkhawatirkan. Ia mengalami trauma parah pasca insiden kemarin. Ia membunuh ibu suri."

"Mary? Kau yang benar saja, Archer! Adikmu adalah anak yang sangat polos." Margaret terkejut bukan main.

"Aku serius ibu. Masalah ini bahkan dibuka secara umum oleh ayah sehingga Istana ini sempat ramai didatangi oleh banyak penyidik. Menurut kesaksian Mary, setelah ibu suri membantingnya, ia melihat ibu suri mengangkat kepala ibu lalu membenturkannya ke lantai. Mary ketakutan sehingga ia mengambil pisau buah lalu menusukkannya ke leher belakang ibu suri. Ibu suri tewas di tempat. Ada banyak saksi sebenarnya, tetapi melihat bukti visum memar di tubuh Mary membuktikan bahwa ibu suri memang benar membantingnya. Lagi pula, ada prajurit penjaga yang menjadi saksi atas kejadian tersebut. Mary dinyatakan tak bersalah karena pembunuhan tersebut terjadi atas dasar upaya pembelaan diri. Namun Mary menjadi trauma. Ia mogok makan. Ayah sudah mendatangkan biarawati dan konsultan psikis, tetapi efeknya belum terasa. Mary bahkan berteriak saat ia melihat pisau atau apapun benda yang menyerupainya."

"Ya Tuhan, Mary." Margaret tertegun mendengar cerita Archer. Hal tersebut benar - benar mengguncang pikirannya.

"Dimana adikmu sekarang? Panggil dia kemari." Lanjutnya lagi.

THE DAYS : Season 2 - Home Sweet HomeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang