6

82 13 0
                                    

Mendekati natal, insiden pembunuhan di gereja terdengar semakin santer. Kenneth tak berkomentar apapun mengenai hal tersebut, tetapi ia membenarkan bahwa seluruh penghuni gereja telah tewas sehingga gereja St. Maria disegel untuk sementara. Namun yang menjadi pusat perhatian bukanlah siapa pelakunya, melainkan keberadaan Mary Days.

Keluarga kerajaan yang cenderung menutup diri semenjak kepergian Margaret dari Istana membuat orang - orang semakin menyorot mereka. Orang - orang merasa ada yang salah dengan Keluarga Days. Isu - isu lama keluarga tersebut mulai dikorek kembali sehingga Panglima Cedric memutuskan untuk mendatangi Istana. Ia ingin bicara kepada Kenneth, barang kali lelaki tersebut akan mengambil sikap atas insiden ini.

"Yang Mulia." Panggilnya pelan. Ia berdiri di lorong perbatasan antara ruang kunjungan dan ruang santai. Kenneth sedang duduk di ruang santai.

"Ced? Ada apa? Kemarilah." Kenneth sedikit terkejut melihat keberadaan Cedric disini karena ini adalah malam natal. Ralat, saat itu masih menjelang sore ketika Cedric datang berkunjung.

"Yang Mulia, aku membawa berita yang tak sedap. Orang - orang mulai bergunjing mengenai Keluarga Days, terutama saat Istana tak mengadakan festival natal seperti biasanya."

"Bukankah aku sudah memindahkannya di Gereja Glory?"

"Maksudku, ketidakhadiran keluarga kerajaan di festival tersebut, Yang Mulia. Aku juga mendengar rumor tak sedap mengenai Putri Mary. Orang - orang percaya bahwa Putri Mary sebenarnya sudah meninggal. Hanya saja, keluarga kerajaan berusaha menyembunyikan fakta tersebut karena mereka harus tetap menjaga reputasinya. Mereka juga mulai membicarakan isu miring mengenai generasi Keluarga Days sebelumnya."

"Omong kosong macam apa itu?" Kenneth tertawa miring sembari menggeleng.

"Selagi kita belum menemukan pelakunya, akan lebih baik bila orang - orang berpikir demikian. Aku sudah pernah berkata bahwa Mary berada di tempat yang aman. Percaya atau tidak percaya adalah urusan mereka. Lagi pula, aku tahu tajamnya mulut orang - orang. Aku tidak akan menunjukkan Mary di depan mereka di saat kondisinya sedang buruk seperti ini. Aku tidak akan membiarkan orang lain mengatai putriku."

"Apakah itu artinya kau tidak datang dalam ibadah natal besok pagi?"

"Apakah kau menerima perintah untuk mempersiapkan protokol keamanan keluarga kerajaan untuk datang ke gereja?" Kenneth memutar pertanyaan tersebut sehingga Cedric memilih untuk menutup mulutnya.

"Ced, kau tahu bahwa tak akan ada habisnya bila kita mendengarkan ucapan orang lain. Aku membiarkan orang - orang membicarakan keluargaku, bahkan mereka sampai mengorek - ngorek keburukan keluargaku terdahulu. Menurutku, tak ada kehidupan yang sempurna. Kebetulan, Keluarga Days adalah keluarga kerajaan sehingga semua perhatian terarah kepada kami. Aku tidak peduli apa yang mereka bicarakan. Secara sederhana, itu berarti nama keluargaku memang seterang itu sehingga tidak ada topik yang lebih menarik untuk dibicarakan selain Keluarga Days." Tandasnya tepat sasaran. Cedric tak mengatakan apapun lagi. Ralat, ia baru saja akan mengatakan sesuatu, tetapi kalimatnya tertahan karena ia melihat Mary keluar dari kamarnya. Gadis itu menguap panjang. Sepertinya ia baru saja bangun tidur.

"Selamat sore, Mary." Kenneth menyapanya.

"Selamat sore. Aku ingin mandi." Ujarnya datar.

"Jangan mandi. Udara di luar sangat dingin. Salju sedang turun dengan lebat."

"Lalu apakah kita tidak akan pergi ibadah? Ini adalah malam natal." Spontan Mary mengernyit. Cedric diam - diam melirik Kenneth, memperhatikan ekspresi lelaki tersebut karena pertanyaan Mary barusan adalah topik pembicaraan mereka sejak tadi.

"Pulanglah, Ced. Aku menitip salam untuk keluargamu. Selamat natal." Kenneth memberi kode kepada Cedric untuk segera pergi karena nampaknya ia akan terlibat adu argumen dengan Mary.

THE DAYS : Season 2 - Home Sweet HomeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang