15

89 11 0
                                    

Archer datang ke paviliun orang tuanya malam itu. Saat ia datang, ia mendapati kondisi paviliun yang sepi. Ibunya sedang menyiapkan makan malam, sementara ayahnya sudah duduk di kursinya sembari berbincang dengannya. Archer tak langsung menghampiri mereka, melainkan melihat Mary dari ambang pintu kamarnya. Adiknya tersebut sedang tidur dengan tenang. Seingatnya tadi, ia mendengar bahwa Mary sudah sadar tadi pagi.

"Archer." Margaret memanggilnya sembari memberi kode untuk tidak mengganggu adiknya. Lelaki itu meninggalkan Mary begitu saja lalu menghampiri meja makan.

"Kau dari mana saja, Archer? Ibu tidak melihatmu sama sekali hari ini."

"Maaf, pagi ini aku ada urusan sehingga aku harus pergi ke Kantor Dewan Kerajaan. Dari siang hingga sore, aku menemani Pangeran Xavier. Tadi sore aku sudah kembali ke Blauer untuk mandi, sehingga aku baru bisa datang kemari sekarang." Jelasnya.

"Tak apa, duduklah." Sahut Kenneth cepat sehingga mereka berdua segera duduk lalu memulai makan malam dengan tenang.

"Ibu, apakah ibu sempat bertemu Xavier tadi?" Archer membuka topik pembicaraan malam itu.

"Ya, ibu bertemu dengannya tadi di galeri seni. Ibu kebetulan sedang berbincang disana bersama teman - teman ibu."

"Pantas saja." Archer menyuapkan makanan lagi ke mulutnya dengan tenang.

"Ada apa? Apakah ia mengatakan sesuatu?" Margaret menanyainya balik.

"Dia sempat menanyakan ibu tadi. Ia juga bertanya mengenai profil Godwhite. Xavier berkata ia ingin bekerjasama dengan banyak kerajaan."

"Orang bodoh." Celetuk Kenneth tiba - tiba. Spontan Margaret dan Archer terdiam sembari saling pandang.

"Banyak kerajaan yang masih belum stabil sehingga diam - diam mereka aktif berperang. Apabila ia menjalin kerja sama dengan banyak kerajaan, maka suatu saat akan ada kerajaan akan memintanya menjadi bagian dari kubunya sebagai bentuk dukungan. Apabila ia sudah terlibat dalam kubu, maka ia harus siap dimusuhi oleh semua lawan dari kubu tersebut, padahal secara teknis, ia tak terlibat dalam perang tersebut. Bukannya untung, ia justru akan merugi." Lanjutnya.

"Mungkin Xavier ingin mencari kerajaan yang sudah stabil, ayah."

"Bisa beri ayah contoh dari kerajaan yang stabil di daratan Greena selain Whitemouttier?" Sahutnya menohok. Archer menutup mulutnya detik itu juga.

"Lebih baik kau memberitahunya. Nampaknya Xavier masih belum paham mengenai hal - hal semacam itu, padahal aku sudah berekspetasi tinggi padanya. Usianya sudah 30 tahun lebih, ia sudah lama menjadi pangeran. Seharusnya Lennoc mengajarkan hal semacam itu padanya."

"Aku akan mencoba bicara dengannya, ayah." Ujarnya singkat supaya pembahasan tersebut tidak semakin jauh.

***

Pagi itu, Archer berjalan bersama Xavier di sekitar lorong Istana Raja. Dibanding semua pangeran yang pernah ditemui Archer, Xavier memang paling hangat di antara yang lain. Sekalipun jarak usianya dengan Xavier terpaut lebih dari dari 10 tahun, tetapi Archer menemukan kecocokan saat berbicara dengan lelaki tersebut.

"Xavier, kemarin ayahku sudah mengkaji isi dari perjanjian yang kau tawarkan. Ia menyetujuinya sehingga aku memasukkannya dalam daftar dokumen kerajaan. Namun hal tersebut membutuhkan waktu karena Dewan Kerajaan perlu waktu untuk membuat arsipnya. Jangan bosan - bosan berada di Dakota."

"Tidak sama sekali. Aku justru senang karena Yang Mulia Raja menyetujui penawaranku. Aku akan lebih sering berkunjung kemari dan bertemu denganmu. Semoga kau tidak sibuk."

Mereka berdua tertawa menanggapi pembicaraan tersebut. Mereka sudah akan berbelok sebelum mereka melihat rombongan raja datang. Sekali lagi, Xavier bisa melihat Margaret disana. Wajah wanita tersebut berseri - seri, Xavier merasa senang menatapnya.

THE DAYS : Season 2 - Home Sweet HomeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang