10. We had to live

5 3 0
                                    

Kade tidak lagi dapat merasakan tangan kirinya, segala penyesalan dan amarah membakar relung dadanya, semua orang ini adalah orang orang yang paling tidak ingin ia lukai, rekan rekannya, pedang dan tombak yang pernah menghunus ke arah musuh bersam...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kade tidak lagi dapat merasakan tangan kirinya, segala penyesalan dan amarah membakar relung dadanya, semua orang ini adalah orang orang yang paling tidak ingin ia lukai, rekan rekannya, pedang dan tombak yang pernah menghunus ke arah musuh bersamaan dengan pedangnya, kini terarah kepadanya.

Mereka tidak tahu apapun, tapi siapa yang dapat Kade salahkan? Ia menggeram, semuanya telah berputar salah, rencananya, tujuannya, semuanya terasa samar tak berarti oleh rasa pedih dan kelu yang menggerogoti kulitnya.

Untuk apa ia terlahir? Mengapa takdir harus memilihnya? Mengapa tidak Edgar saja sejak awal? Mengapa? Mengapa? MENGAPA? Semua pertanyaan itu meledakkan kepalanya berkeping keping.

“PANGERANNN! Kita harus bertahan!!”

Kade memfokuskan irisnya, mengumpulkan kembali kesadarannya. Tidak, ada beberapa hal yang masih dapat ia selamatkan, sebentar, bertahanlah sebentar lagi saja.

Lalu semuanya akan berakhir, semuanya akan baik baik saja.

"HEI PANGERAN SINTING, KITA HARUS HIDUP"
Kade terkekeh
kata kata gadis itu diantara hidup mati benar benar menghiburnya.

Setidaknya ia bisa menunda kematiannya sedikit lebih lama.

Quadron MinervaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang