Hal pertama yang ia lihat adalah cahaya yang terang, hingga Rhea harus menyipit sebelum menyadari kalau ia berada di ruangan beraksen kayu dan bau obat.
Ia mengernyit.
Tubuhnya sakit sekali, ia baru sadar kalau ia ada di ruang medis yang entah dimana, dan kade ada di sisinyaLelaki bodoh itu tidur di kursi yang jelas jelas tidak nyaman sama sekali,
Kenapa orang yang harusnya mendapatkan perawatan penuh malah berada di sini?Ia baru akan memaksakan tubuhnya yang menyebalkan untuk bangkit dan membangunkan Kade saat lelaki itu membuka mata, kaget,
"Kau baik baik saja?"
Serius, lelaki ini pasti buta"Kau jelas jelas tahu ini sakit.." bodoh, Rhea menahan dirinya untuk mengatakan kata terakhir,
"Tapi aku merasa lebih baik"Lelaki itu tersenyum lega.
"Kita di istana timur sekarang, maaf ya. Seharusnya kau bisa dapat perawatan yang lebih baik di mansionmu, Tapi kondisinya sedang buruk"Rhea mengerti, politik pasti gempar sekarang, dari sekian banyak orang yang tadinya menganggap keberadaan pangeran bukanlah hal yang harus dipertimbangkan, kini mulai was was,
Ada kekuatan yang cukup cerdik dan kuat hingga menjadi nomor 1 babak pertama, namun tak pernah keluar dari istana timur.
"Aku baru mengganti perbanmu, apakah terasa ada yang aneh?luka di punggungmu besar sekali" Ujar lelaki itu, memanggil seorang pelayan untuk membawakan obat obatan dan makanan.
Rhea mendelik "tunggu,apa?"
Kade mengangkat alisnya, menatap Rhea bingung "kau tak tahu punya luka sayat sebesar itu? Kupikir kau tahu"
Astaga, ia menatap pangeran ini tak percaya. Masa dia tidak mengerti?
"Kenapa kau yang mengganti perban di punggungku? Kenapa bukan tabib wanita atau pelayan atau siapalah gitu?!!"
Rhea sadar suaranya sudah meninggi, dan ia menutup wajahnya yang merah padam, malu sekali. "kau melihat tubuhku?!!"Gadis itu tak tahu bagaimana ekspresi Kade sekarang, "ah maaf, maaf, maksudku ya aku yang merawat lukamu, tapi bukan aku yang mengganti pakaianmu dan membersihkan tubuhmu, maksudku aku tak melihat semuanya, maaf" Rhea melirik Sang pangeran bayangan,
Wajah lelaki itu merah padam, dan menunduk dalam dalam. Ia meremas tengkuk dan lengan bajunya bergantian
"Tak ada tabib di istanaku, dan pelayanku semuanya tak bisa, dan aku hilang akal melihatmu berdarah darah, maaf aku tak memikirkan kesopanan atau izin darimu,
tapi sungguh aku tak punya maksud lain, aku benar benar hanya ingin merawatmu, seharusnya kita bisa ke mansionmu, tapi terlalu jauh dari ibukota, dan takutnya justru kenapa napa"
Pengakuan itu entah kenapa membuat Rhea gagal marah dan juga sedih, (meskipun malunya tetap mencakar cakar) separah itukah raja brengsek itu, mengatur kehidupan Kade? Tanpa tabib? Tanpa pelayan yamg kompeten?
Ia menelan amarah dan rasa malunya yang membubung tinggi.
Pelayan yang tadi pergi mengambil obat dan makanan telah kembali."kau hanya bawa semangkuk bubur?" Rhea bertanya, membuat gadis pendek itu mendongak, menampakkan matanya yang buta sebelah, sebelum menunduk dalam dalam, "maaf nona, akan saya ambilkan semangkuk lagi" ujarnya sebelum berbalik pergi.
Kade masih menatapnya dengan tatapan bersalah,
Mirip seperti anjing besar yang memelas,
Astaga, Rhea pasti sudah mulai gila"Buka bajumu" ujar Rhea akhirnya,
Membuat kade menatap matanya, dengan alis mata yang bertaut.Rhea merasa malu karena baru memahami kata katanya sendiri,
Ternyata tubuhnya yang sakit memengaruhi pikirannya jadi agak kolot."Maaf?"
"Ck, jangan berfikir aneh aneh, aku mau lihat luka lukamu, milikmu pasti lebih parah daripada aku" ujar Rhea cepat cepat "kau merawat aku, jangan jangan kau tak merawat lukamu"
"Ah" Kade tersenyum tipis,
"Aku baik baik saja"Kesal dan malas berbasa basi, Rhea menarik kerah kemeja lelaki itu,
Ia menendang jauh jauh etika kerajaan pada pangeran, pokoknya ia tak peduli lagi, situasinya gawat jadi seharusnya dimaklumi.Baru setengah kemejanya yang terbuka Rhea sudah melihat perban yang masih berdarah,
"Kapan terakhir kau ganti perban?"Melihat lelaki itu tak menjawab Rhea tahu orang ini suka melupakan dirinya sendiri.
Ia memaksa pangeran keras kepala itu untuk berbaring, bertepatan dengan pelayan yang datang dan meletakkan bubur di meja,
Sebenarnya Rhea malu, tapi karena pelayan itu tak tampak terkejut ia bernafas lega,
Rhea kan takutnya dia disalahpahami yang tidak tidak.Ia mengganti perban lelaki itu, membersihkan beberapa luka yang berdarah lagi,
Setelah itu keduanya melahap makanan masing masing,
Saling berhadapan namun tanpa bicara,Mereka tahu, topik yang akan mereka bahas setelah ini tidak ringan sama sekali, hati mereka mungkin ingin menikmati momen makan yang benar, sebelum kembali pada kenyataan
Vote dan komen kamu udah kayak surat cinta buat aku
#pasti kubales kokss🩵
KAMU SEDANG MEMBACA
Quadron Minerva
FantasíaQuadron Minerva adalah seleksi tahunan untuk menjadi bagian dari petinggi kerajaan, melalui permainan taktik, logika, dan kekuatan. Hanya orang orang terpilih yang mampu bertahan, Dari seleksi ini, puluhan orang hebat berdiri menjadi pilar kerajaan...