7. The one waiting

12 4 0
                                    

Cakrawala telah sepenuhnya menggiring mentari kembali ke peraduannya, menyisakan bulan yang meninggi di lazuardi, bersisian dengan gemintang yang bertaburan acak

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Cakrawala telah sepenuhnya menggiring mentari kembali ke peraduannya, menyisakan bulan yang meninggi di lazuardi, bersisian dengan gemintang yang bertaburan acak.

Mereka telah bergerak mengikuti rasi bintang, kadang dalam bayangan, atau sesekali berlari bersisian, hingga kini ia menghentikan langkah, menatap sekelilingnya.

“seharusnya sudah sampai” gumam kade menatap langit, memastikan kebenaran pernyataannya.

“tapi tak ada apapun disini. Kau yakin ini benar?”

Para bayangan menggeram resah dalam benak Kade “hati hati, ada yang aneh dengan tempat ini”
Ujarnya menelaah sekitar menganalisa tiap pergerakan sekecil dedaunan yang berjatuhan.

“HAHAHAAHAHAHAHAHHAHAHAHAHAHAHAHHAHAHHAHAHAHHAHAHAH”

Sebuah tawa yang melengking panjang menggema di sekitar mereka, Rhea segera memanggil tombak apinya, memunggungi Kade, bersiaga untuk kemungkinan terburuk.

“pangeran bayangan, aku telah menunggumu.... tidak seperti orang orang itu yang terkecoh dengan jejakmu, aku sudah menunggu disini... diatas altar kemenanganku.

Hari inii... aku akan mengambil kepalamuuu... dan menggapai kemenanganku”

Suara yang berserakan seperti dedaunan hutan itu terus bergerak, berpindah tanpa pola.

Kade menarik belatinya, melemparnya lurus untuk kemudian mendengar jeritan melengking dari pohon yang segera berubah bentuk, menyeringai sebagai sesosok wanita dengan sulur mencambuk sekitarnya
Wanita itu menjilat bibirnya, menyeringai sembari mencabut belati yang melukai lengannya.

“aku mengerti mengapa yang mulia raja menitahkan kami semua untuk membunuhmu, pangeran. Ia benarrrr.. kau berbahaya....” lidahnya yg bersulur sulur dan bercabang mendesis panjang

“tapi tenang saja, pangeran. Aku akan membuatmu mati dengan menarik.”
Wanita itu bergerak secepat desir angin untuk mengincar Kade, tapi ia terlambat,
karena sejak tadi Kade telah melebur dalam bayangan, menyisakan ilusi yang berdiri di permukaan.

“sayang sekali nona, aku tahu kau ingin sekali melawan partnerku” Rhea menghujami wanita itu dengan bola bola api, tersenyum riang,

“tapi sayang sekali, kau akan melawanku saja”

Kade sempat mendengar wanita aneh itu memaki marah, tapi ia tak punya waktu untuk memikirkannya, ia percaya pada keputusan Rhea yang bersikeras melawan wanita itu. Lagipula ia telah menemukan partner wanita mage itu, sang elementalis tanah.

Vote dan komen kamu udah kayak surat cinta buat aku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Vote dan komen kamu udah kayak surat cinta buat aku

#pasti kubales sumpah🩵

Quadron MinervaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang