Rhea memutuskan untuk pergi mendaftar karena ia juga butuh waktu untuk berfikir keras dan menguatkan hati.
Ia menyembunyikan wajahnya sepanjang perjalanan, dan sampai ke Dewan utama Quadron Minerva dengan baik, ia sangat bersyukur karena kerajaan dan politik tak bisa ikut campur akan keputusan orang orang dewan penyelenggara Quadron Minerva,
meskipun Edgar si raja licik itu bertindak curang, membuat kesepakatan dengan para pemain dibelakang layar, ia tak bisa mencurangi anggota dewan yang telah diikat oleh sumpah netral kepada negri.
Ia berhasil mendaftar dengan aman selamat sentosa dan menepuk bahu anggota dewan yang menuliskan surat² milik mereka saking bersemangatnya.
Rhea menyusuri jalan jalan yang dipadati rakyat, memperhatikan mereka lamat lamat, menatap poster poster besar Quadron Minerva yang ditempel di sepanjang jalan.
Ia melihat orang orang kaya yang berjalan angkuh, melewati jalan kumuh dengan kereta kuda kebanggaan mereka, lalu melihat rakyat miskin yang kelaparan, toko toko kumuh mereka, dan para pengemis yang berkeliaran,
Ia memberi sekeping perak pada anak kecil yang menabraknya, satu satunya yang tersisa di kantongnya,
Banyak anak kecil yang menghampiri Rhea setelahnya, tapi ia tak bisa memberi apapun dan menggeleng sedih.Apakah akan berbeda jika Kade yang menjadi raja?
Pikirannya berkecamuk, apa yang akan kade lakukan jika ada di posisinya?
Rhea akan membantu Kade mengambil kembali posisinya sebagai raja, Ia sudah pernah berjanji untuk mewujudkannya jika waktunya tiba.
Meskipun semua ini terasa konyol dan terburu buru, jantungnya berdetak tak keruan,waktu waktu ini adalah mimpinya dengan Kalea, mimpi yang mereka simpan rapat rapat sejak kejadian kelam di ruang pusaka kerajaan.
gadis itu menatap langit, "kalea bodoh, aku tak sepintar kamu, meskipun kamu sudah menyusun banyak rencana, aku belum tentu bisa melakukan semuanya, kau pasti tahu itu" bisiknya pada angin malam,
Rasanya ia belum cukup membantu Kade.
Tanpa sadar ia telah sampai di mansion kecilnya, tidak besar memang karena ia hanya hidup sendirian tanpa keluarga, ia hidup dengan 1 pelayan, 1 koki dan 1 tabib. Ia hidup cukup dengan gajinya sebagai kesatria, dan tak ada yang berani mengkritiknya karena ia memang tak memiliki keluarga dan hanya berpegang pada jabatannya.
"Kau kemana saja? Kami dengar kau berdarah darah setelah babak pertama?" Karel, si tabib mengomelinya saat ia muncul dari jendela ruang obat
"Jangan lebay, aku masih hidup" Rhea mencari cari tanaman obat pereda nyeri di laci ruangan itu
"Ya ya ya, kalau mati kau harus tulis wasiat, kasihan aku kalau kau mati dan gagal bayar gaji" ujar lelaki itu tertawa,
Rhea terkekeh, Karel memang matre, tapi Rhea tahu lelaki itu baik.
"Kau mau pergi lagi?" Karel membantu rhea membungkus beberapa obat yang ia minta,
"Aku harus kembali ke istana timur, aku mau bawa pangeran kesini, tapi nanti keadaan semakin rumit, kondisinya juga sedang tidak baik, membawa kalian juga sulit sekali, bawa diri saja nyaris antara hidup mati. anggaplah istirahat bagi kalian"
Karel mangut mangut, "rumornya memang lagi panas, kalau diantara warga mereka bertanya tanya sehebat apa pangeran yang selama ini tak berniat keluar dan membantu negara itu, sisanya rumor baik tapi aku tak mendengar kabar lainnya, apa ada kabar yang ditutup tutupi?"
"Bangsawan yang pasti sedang panas, politik mungkin cukup geger apalagi para peserta" komentar Rhea memasukkan semua bahan obat ke dalam ransel
"Kau tak mau menginap sehari? Medley dan Rona pasti khawatir, beristirahatlah 1 malam saja, ini sudah jam 11, setidaknya kau makan dengan benar malam ini dan besok, minta rona bawakan bekal"
Rhea ingin menolak, tapi ia membenarkan kata kata Karel, mereka sudah hidup 1 rumah ber 4 selama 1 tahun,
ia tahu Rona pasti akan sedih jika tahu ia pergi tanpa pamit, dan Medley akan mengomel jika tahu ia sudah mampir tapi tidak 'diurus' dengan benar.
Benar saja, medley segera menyeretnya ke kamar mandi dan menyiapkan baju tidurnya di depan kamar mandi, menyeret Rona ke dapur untuk memasak bahan apapun yang ada dan jadilah mereka berempat makan bersama di meja makan, di lingkungannya, dan diantara teman temannya yang setia.
Namun di tengah makan malam yang ramai itu, Rhea tak bisa berhenti memikirkan Kade, apakah ia sudah makan disana? Apa dia tidur dengan benar? Apa dia khawatir karena Rhea belum kembali?
Ck sudah besar saja meresahkan.
Rasanya ia seperti punya 1 anak lagiKomen dan vote kalian sangat berarti🩵
Chapter ini didorong oleh para reader yang sangat memotivasi aku buat menulis lebih banyak lagi,
Seberharga itu kalian guys🩵🩵
KAMU SEDANG MEMBACA
Quadron Minerva
FantasyQuadron Minerva adalah seleksi tahunan untuk menjadi bagian dari petinggi kerajaan, melalui permainan taktik, logika, dan kekuatan. Hanya orang orang terpilih yang mampu bertahan, Dari seleksi ini, puluhan orang hebat berdiri menjadi pilar kerajaan...