8. Regret

7 3 0
                                    

Lelaki ber iris hazel itu menyerang tanpa henti, keduanya melebur dalam elemen yang membentuk hutan itu sendiri,

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Lelaki ber iris hazel itu menyerang tanpa henti, keduanya melebur dalam elemen yang membentuk hutan itu sendiri,

Tanah dengan bayangan, berbenturan dengan brutal, pedang dengan tombak, perpaduan yang amat merugikan sang elementalis tanah karena perbedaan jarak serangan.

Ditengah serangan demi serangan yang ia tangkis dan balas,

Kade terkesiap akan cahaya biru remang yang mulai membentuk ukiran ukiran simbol, memperjelas bentuk altar batu yang mulai di penuhi lumut.

Seakan altar itu bereaksi oleh pertumpahan darah yang berlangsung sengit di atasnya.
Kade menelan asumsinya, memaksa dirinya kembali fokus. Lelaki itu berkelit, menyerang, menebas, dan menikam.

setiap perhitungannya menjatuhkan lawan, berotasi dengan sempurna. Atas taktiknya, Lelaki itu berhasil ambruk dengan darah mengalir dari bibirnya. Kekalahan sudah jelas, tak dapat disanggah. Maka Kade buka suara, memberi kesempatan terakhir pada lawannya

"menyerahlah, aku takkan membunuhmu" ujarnya, musuh tetap punya hak untuk menyerah dalam duel yang adil, dan Kade tak pernah melupakan etika itu sejak pedang disematkan di tangannya.

Iris lelaki itu menentangnya, bangkit dalam kondisi yang tak dapat dikatakan baik. Lelaki itu menggenggam tombaknya, meludahkan darah dari mulutnya.

"kau akan mati, dan aku akan pulang hari ini" sanggahnya sarkas.
Iris hazel yang tampak semu itu membuat Kade menemukan dirinya sendiri dalam sosok itu, "kenapa..?" pertanyaan itu menggantung di udara lepas.

Sang elementalis tanah tertawa kasar,

"kenapa?" tanyanya seakan hal itu adalah lelucon konyol.

"k.au.. tak akann.. pernaah mengerti... pangeran.. kau tak punya orang.. yang harus.. kau.. lindungiii" ujarnya marah

Kade menatap lelaki itu nanar, lelaki ini hadir dengan mimpi yang sama dengan miliknya,tujuan yang serupa dengan miliknya, bagaimana mungkin ia dapat menggapai mimpinya dengan menginjak mimpi orang lain? Bagaimana ia menyelamatkan adiknya saat ia membunih adik adik, kekasih, keluarga orang lain?

Kedua tangannya yang menggenggam pedang mendadak kaku. Ia membiarkan saja saat ujung tombak lelaki itu mencoba menikamnya.

Ujung tombak itu telah menggores zirahnya saat sang elementalis tanah ambruk meregang nyawa di hadapannya, ia menoleh ke arah dimana Rhea berada, gadis itu telah membunuh sang wanita tumbuhan, mengaktifkan peraturan nyawa Quadron Minerva, terbunuh saat partnermu mati, peraturan itu.

Kade tak tahu ia harus merasakan apa saat ia menoleh pada lelaki yang baru saja mati di hadapannya.

Lelaki itu memegang kalungnya erat saat jiwa meninggalkan raganya, menyebut sebuah nama asing yang Kade yakin merupakan alasan lelaki ini berjuang dengan nyawa sebagai taruhannya, tetap teguh meski jiwanya diambang maut.

Dan untuk pertama kali dalam hidup, Kade membenci dirinya sendiri karena telah memilih menjadi bidak catur Edgar, menjadi kepanjangan tangan yang menghancurkan masa depan banyak orang.

Dan untuk pertama kalinya pula, Kade menggenggam tekadnya untuk melepaskan diri dari genggaman tangan Edgar, melindungi orang-orangnya sendiri, melindungi adiknya dengan nyawa dan darahnya sendiri.

Vote dan komen kamu udah kayak surat cinta buat aku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Vote dan komen kamu udah kayak surat cinta buat aku

#pasti kubales sumpah🩵

Quadron MinervaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang