SANG MAYOR (09)

7.8K 464 11
                                    

Cerita ini hanya fiktif belaka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Cerita ini hanya fiktif belaka. Jika ada kesamaan nama tokoh, tempat kejadian ataupun cerita, itu adalah kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan.

•••

Alana terduduk didepan ruang sidang seraya membaca skripsinya. Pagi menjelang siang hari ini gadis itu sudah siap menghadapi sidang skripsi dengan memakai pakaian formal hitam dan putih serta sepatu hitam. Pagi tadi Alana sudah mendapatkan suntikan semangat dari Hanum dan Jemdral Saleh, namun tidak dengan Teddy. Alana mengerti, mungkin pria itu sangat sibuk dan belum sempat memberikannya semangat. Sebenarnya sudah, namun tadi malam.

"Gak usah belajar bego! Lo kalo belajar sekarang percuma gak bakalan masuk."

Alana melihat sekelompok pria yang juga temannya sedang bergurau. Ada benarnya juga, tidak akan masuk materi yang ia buat jika belajarnya sudah hampir mendekati ujian seperti ini. Akhirnya Alana menutup skripsinya dan memilih membuka sosial media diponselnya.

Drrrttt... Drrrttt...

Sebuah panggilan telpon dari nomer yang Alana belum simpan sampai saat ini. Teddy.

"Hallo, Alana. Gimana? Sudah selesai sidang?"

Teddy langsung membuka obrolan mereka dengan menanyakan masalah sidang skripsi Alana. Jika mendengar suaranya, Alana sudah mengira Teddy sedang terburu-buru.

"Belum, Mas. Ini lagi nunggu."

"Coba saya lihat."

Teddy mengubah panggilan menjadi panggilan video. Alana melambaikan tangan ketika melihat wajah manis Teddy yang sedang menaikkan kedua alisnya dan tersenyum. Benar, pesona Teddy memang bisa membuat siapapun yang melihatnya seperti tertarik, pria itu mempunyai medan magnet yang kuat.

"Cantik. Dari jam berapa itu make up nya?"

Alana tertawa kecil. "Lebay deh, cuma sebentar, Mas."

"Hehehehe, iya-iya. Alana semangat ya, fokus dan serius jawab pertanyaan dari penguji nanti. Saya gak bisa lama-lama ini, cuma mau kasih semangat aja untuk calon istri."

Entah Teddy sadar atau tidak, pipi Alana memerah karena malu.

"Iya, makasih, Mas. Mas Teddy juga semangat ya jaga Bapak."

Teddy mengepalkan tangannya tanda semangat dan tertawa kecil setelahnya.

"Wey, Alana."

Tiba-tiba seorang pria merangkul bahu Alana. Alana berusaha melepaskannya namun pria itu tetap tidak ingin melepaskan lengannya dibahu Alana.

Alana melirik Teddy yang juga menatapnya bingung. Ya, Teddy pasti bingung. Sebenarnya seperti apa kehidupan Alana?

Ketika Alana melihat layar ponselnya, Teddy sudah mematikan panggilan video mereka.

"Rese lo ah!"

Alana menginjak kaki pria itu dan pergi begitu saja meninggalkan pria tersebut kesakitan. Nama Alana dipanggil-panggil berkali-kali, namun gadis itu tidak ingin menggubrisnya.

Bagaimana nanti ia menjelaskannya pada Teddy? Apakah Teddy akan mempercayainya? Dari tatapan matanya saja Alana bisa melihat Teddy sangat marah. Pria mana yang tidak akan marah jika melihat calon istrinya dirangkul oleh pria lain?

"Gak boleh mikirin yang lain dulu. Mas Teddy bisa nanti, sekarang fokus sidang skripsi dulu."

Alana meyakinkan dirinya sendiri untuk tetap fokus pada apa yang akan mengujinya didepan. Urusan Teddy biarlah dirumah, lagipula Alana yakin pria itu tidak akan bisa memarahi Alana.

•••

Terik matahari siang ini tidak menurunkan semangat dan antusias para warga masyarakat untuk bertemu dan menyaksikan peresmian sumber air bersih di Banten oleh Mentri Pertahanan, Bapak Prabowo Subianto. Teddy tidak pernah jauh dari Bapak, mata elangnya selalu waspada dan menarik siapa saja yang menghalangi jalan Bapak.

Walaupun pikirannya kalut, Teddy tetap fokus. Alana benar-benar membuat dirinya ingin cepat-cepat pulang dan meminta penjelasan dari gadis itu. Apakah Alana sudah mempunyai teman dekat sebelum mereka dijodohkan? Mengapa pria itu sepertinya sangat dekat dengan Alana? Dan pikiran negatif lain menyerang Teddy.

Teddy menyaksikan bagaimana antusias para warga masyarakat termasuk anak-anak. Mereka berdesakan hanya untuk melihat Bapak, bersalaman, dan juga ramah tamah yang lain. Melihatnya, Teddy menjadi rindu dengan keluarganya.

Banyak warga yang ingin berfoto dengan Bapak, namun kondisinya sulit karena warga yang saling dorong. Akhirnya Teddy berinisiatif untuk membantu memfotokan mereka dengan Bapak.

"Sini saya bantu fotokan. Ibu berdiri disana samping Bapak." Titah Teddy.

Tidak hanyak Bapak Menhan, Teddy sendiri pun menjadi korban cubitan ibu-ibu serta remaja yang ada didekatnya. Dengan kondisi seperti itu, tidak ada yang bisa Teddy lakukan selain diam dan tersenyum.

"Jangan terlalu berisik ya, Bu. Nanti kebagian foto kok."

Teddy menenangkan masyarakat agar tetap tertib dan tidak berebut. Situasi seperti ini sudah sangat sering Teddy rasakan jika ia menemani Bapak kunjungan ke wilayah-wilayah, namun entah mengapa hari ini Teddy merasakan perubahan moodnya dari baik menjadi kurang baik.

"Sudah ya. Tolong kasih jalan untuk Bapak lewat."

Teddy membuka jalan untuk Bapak lewat dan meresmikan sumur bor itu. Senyuman terukir diwajah Teddy ketika melihat sejumlah anak-anak bermain air, rasanya ingin sekali kembali ke masa-masa kecil yang belum tau sama sekali tentang kerasnya dunia luar.

Tidak ingin melewatkan momen, Teddy mengeluarkan ponselnya dan memoto anak-anak tersebut. Senyum senang yang anak-anak itu pancarkan membuat hati Teddy terenyuh, teringat bagaimana tadi ia kalut melihat Alana dengan pria yang entah siapa. Mungkin Teddy harus bisa lebih berpikir jernih lagi atas kejadian tersebut dan mengajak Alana berdiskusi dengan kepala dingin.

•••

Jendral Saleh dan Hanum tak henti-hentinya mengucap syukur atas kelulusan anak kesayangannya. Alana lulus sidang skripsi dengan nilai yang sangat memuaskan, membuat kedua orang tuanya sangat bangga.

"Makasih ya, Bun." Alana memeluk Hanum, kemudian bergantian memeluk Jendral Saleh.

"Makasih ya, Yah."

Jendral Saleh mengelus-elus puncak kepala Alana dan menciumnya. "Jangan lupa bersyukur ya, Alana. Jangan cepat puas dengan apa yang sudah Alana capai. Tetap minta pertolongan Allah disegala jalan yang Alana ambil."

Alana mengangguk dalam tangis harunya. Tak disangka perjuangannya selama 4 tahun kuliah dengan segala batu terjal yang ia hadapi, akhirnya gadis itu lulus.

"Untuk merayakan kelulusan Alana, untuk makan malam nanti gimana kalau kita ke restoran temannya Ayah?" Usul Hanum.

"Boleh, Bun. Nanti Ayah hubungi dulu teman Ayah, karena restorannya suka penuh kalau tidak kita booking dulu."

Alana tersenyum. Gadis itu bersyukur terlahir dikeluarga yang penuh dengan kasih sayang, penuh dengan rasa cinta, pastinya rasa sayang dan cinta itu hanya dilimpahkan untuk Alana seorang.

Banyak anak-anak diluar sana yang ingin berada diposisi Alana, mempunyai keluarga harmonis dan saling menyayangi satu sama lain. Alana tidak henti-hentinya mengucap syukur atas segala nikmat yang Allah berikan untuknya.

Ya, Alana sangat bersyukur karena ia anak dari Hanum dan Jendral Saleh. Dan sekarang setelah ada Teddy, rasa syukur Alana bertambah, yaitu bersyukur mempunyai pasangan sekaligus calon suami seperti Teddy Indra Wijaya.

SANG MAYOR [LENGKAP]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang