12. Hal yang mustahil terjadi

186 23 6
                                    

Yoriichi meneliti tubuh Tanjirou, pemuda itu bahkan membolak-balikkan tubuh adik kelasnya itu.

"Senpai, aku baik-baik saja." Tanjirou yang agak lelah dengan sikap panik Yoriichi akhirnya bersuara, membuat pemuda bermarga Tsugikuni itu akhirnya menghentikan aksinya. Helaan napas lega terdengar jelas.

"Syukurlah..."Yoriichi berucap penuh syukur. Pemuda itu lantas membuka pintu gudang, membuat atensi Michikatsu, Inosuke dan Zenitsu langsung terarah pada mereka.

Michikatsu menghampiri adiknya dan membolak-balikkan tubuh sang adik, persis seperti yang dilakukan Yoriichi pada Tanjirou sebelumnya. Setelah puas, Michikatsu lantas menghela napas lega.

Zenitsu dan Inosuke yang penasaran mencoba mengintip ke luar. Mata mereka membulat ketika melihat mayat-mayat bergelimpangan di luar gedung, yang pasti mereka tahu bahwa itu adalah iblis.

Mengapa tidak terbakar? Mungkin karena cuaca yang mendung serta salju yang masih turun menghalangi cahaya matahari untuk masuk sehingga memperlambat proses meleburnya para iblis itu. Yang penting leher mereka sudah putus, setidaknya tidak akan menjadi masalah kedepannya.

Tanjirou lantas menarik Zenitsu dan Inosuke masuk, menyusul kedua senpai mereka yang kini telah duduk di atas lantai.

"Tampaknya mereka sudah mulai bergerak." Ujar Yoriichi dengan nada dingin. Michikatsu yang tahu persis bahwa adiknya itu tengah menahan amarah hanya bisa menatap lekat pemuda itu. Dia sebenarnya mengalami hal serupa, namun jika dia ikut larut dalam kemarahan, siapa yang akan menenangkan sang adik?

"HEHH!" Teriakan Zenitsu mengalihkan atensi seluruh manusia di ruangan itu ke arah si pemuda berambut kuning. Ia tampaknya  tengah melihat sesuatu di ponselnya tersebut.

Tanjirou yang berada di sebelahnya lantas ikut melihat ponsel Zenitsu, "Beritanya sudah mulai menyebar ya?" Tanya Tanjirou. Michikatsu lantas ikut mengecek ponselnya, matanya sedikit membulat begitu melihat headline berita hari ini.

Sekumpulan mahluk aneh yang memakan manusia mulai muncul di Daerah Shibuya pagi (4/5) ini. Kepolisian penyidik dan peneliti menduga bahwa mahluk tersebut adalah manusia yang terinfeksi virus. Oleh karena itu, pemerintah menghimbau agar Masyarakat tidak beraktifitas di luar rumah dalam waktu lama. Para pene- continue

"Sudah separah ini ternyata." Gumam Michikatsu.

Pemuda itu tidak pernah berpikir bahwa dirinya yang dimasa lalu adalah bagian dari para iblis itu sekarang juga berada di posisi para manusia yang harus bertahan hidup dari serangan para iblis. Hatinya jelas terketuk, entah bagaimana hatinya yang dulu sampai bisa mengabaikan semua ini.

Iri dengki memang bisa membutakan siapapun.

Yoriichi menghela napas lemah, dia benar-benar merasa sakit kepala sekarang. Posisi mereka saat ini berbeda di masa lalu dan kemungkinan besar mereka semua akan sangat susah melakukan pergerakan untuk membasmi Iblis. Apalagi jika polisi mencium gerak-gerik mereka. Ini bukanlah Jepang dua ratus tahun lalu yang polisinya masih begitu sedikit, bahkan nyaris tidak ada.

Mereka harus menghadapi resiko lebih besar untuk menyelamatkan manusia, tanpa kontra dengan para aparat dan pemerintah.

"Senpai-tachi, Oyakata-sama meminta kita untuk berkumpul di rumah beliau, hari ini." Tanjirou menunjukan pesan yang tertera di ponselnya.

Yah, satu-satunya hal yang mungkin bisa mereka syukuri saat ini ditengah gentingnya situasi adalah adanya ponsel. Meski mereka rasa, mungkin saja mereka masih akan menggunakan sistem gagak Kasugai sebagai pengantar pesan, namun adanya ponsel sangat membantu mereka untuk berkomunikasi.

Kembali ke Yoriichi, pemuda itu menatap sang kakak juga menatapnya. Seolah berbagi sesuatu lewat tatapan, mereka berdua lantas mengangguk.

"Semuanya sudah dimulai, kita harus bersiap-siap.

--------------------

Seorang laki-laki berkulit pucat tengah berjalan di atas trotoar jalan dengan linglung. Wajahnya terlihat datar, namun tatapannya terasa tidak fokus. Ia hanya menatap sekeliling area jalan yang kini terasa sepi, mungkin efek berita yang baru keluar tadi pagi.

Sosok bertopi itu mengepalkan tangannya, ada perasaan yang tidak nyaman di hatinya begitu melihat kekacauan beratus tahun lalu kembali terjadi lagi, meski itu bukanlah akibatnya.

Tanpa di duga, sesosok Oni berlidah panjang muncul tepat di sampingnya, pria itu sempat kaget, namun begitu tangannya terulur, Oni tersebut langsung kaku. Tangannya perlahan mengepal, bersamaan dengan Oni tersebut yang akhirnya hancur dan meledak, membuat kemeja putih yang dikenakan pria itu ikut ternodai darah.

Pria itu lantas menatap tangannya, tatapan matanya berubah tajam. Siapapun tahu ada kemarahan di manik mata pria itu.

"Rupanya kemampuan ini juga ikut kembali, bersama dengan ingatanku." Helaan napas kasar terdengar dari mulutnya.

Pria itu melepaskan topinya, membuat rambut ikalnya terlihat. Wajahnya yang tampan ditambah kulitnya yang putih nyaris pucat, membuatnya terlihat seperti vampir di cerita fiksi.

Pria itu mengacak-ngacak rambut hitamnya, membuat rambut yang tadinya rapi itu menjadi acak-acakan. Mau bagaimana lagi, saking frustasinya dengan keadaannya sekarang, ia bahkan tidak tahu harus berbuat apa.

Hidupnya yang semula tenang mendadak kacau balau ketika seminggu lalu ia mengadakan seluruh ingatan masa lalunya. Masalahnya bukan karena ingatan yang mengerikan, namun kelakuannya dimasa lalu yang begitu tidak manusiawi membuat pria itu frustasi.

Ia benar-benar tidak tahu harus berbuat apa sekarang. Mencari para reinkarnasi para pemburu iblis? Yang ada mereka malah menebas lehernya setelah melihatnya. Pria itu masih ingat betul ketika ia bertemu dengan reinkarnasi Hashira Angin beberapa hari lalu, wajah pria berambut putih langsung menegang penuh amarah. Dan ya, pada akhirnya dia hanya bisa berlari seperti pengecut.

Tunggu, bukankah dia memang pengecut sejak awal?

"Kibutsuji Muzan?" Muzan, Pria berambut ikal itu menoleh kebelakang. Wajahnya yang sudah pucat berubah semakin pucat ketika menatap siapa orang yang berada di belakangnya.

"Kagaya..."




Minna-san, maaf sekali karena lama menghilang dari cerita ini sumpah aku nggak enak banget karena udah lama banget nggak up:) Aku lagi di fase stuck buat lanjut fanfic ini karena sumpah idenya mandet parah🙏😭 jadinya aku berakhir fokus di naskah lain dulu (minta maaf diatas materai 🙏) Tapi aku usahain bakal tetep lanjut fanfic ini sampai tamat, cuma bakal slow up, maaf ya sekali lagi.

Yups, seperti yang aku bilang, Muzan bukan Villian utama di buku ini, kenapa? Karena kalau menurutku, mungkin aja bakal sama kayak manga aslinya kalau Muzan yang jadi villiannya lagi:)

Btw apakah ada yang masih nunggu cerita ini buat up?

Salam hangat

San



Hello Again, Brother Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang