2. Ternyata tidak sendirian

388 35 2
                                    


Setelah latihan Kendo, Yoriichi dan Michikatsu memutuskan untuk pulang ke rumah mereka. Berbeda dari biasanya, Yoriichi lebih banyak diam. Hal ini tentu saja sedikit aneh bagi Michikatsu yang sudah terbiasa dengan sifat cerewet adiknya, walau sang adik hanya begitu pada dirinya saja.

"Sejak kejadian dikelas tadi, kamu lebih banyak diam." Yoriichi menoleh ke arah sang kakak yang sedang duduk dengan tenang di dalam bus. Pemuda itu menghela napas pelan.

"Hanya hal kurang penting, setidaknya untuk sekarang." Pungkas Yoriichi. Michikatsu skeptis, ia lumayan curiga dengan sikap adiknya itu. Lihatlah pemuda berambut merah itu sekarang. Ia sedang mengurut pelipisnya yang terasa sakit.

"Kamu sedang sakit, ayo ke dokter setelah ini." Ucap Michikatsu yang sedikit khawatir. Yoriichi menggeleng, ia menolak dengan halus. Tiba-tiba, sebuah pertanyaan melintas di benaknya

"Nii-san, apa kamu percaya reinkarnasi?" Michikatsu menoleh. Ia terdiam sebentar lalu menjawab.

"Percaya tidak percaya, tapi pasti mungkin terjadi." Ucapnya sambil mengulas senyum tipis yang terkesan misterius.

"Tapi apapun itu, siapapun aku dimasa lalu itu tidak penting. Aku hanya peduli dengan masa kini, apa yang aku miliki sekarang, apa yang ingin ku lindungi. Yang lalu biarlah terlewat." Ucap Michikatsu dengan mantap. Yoriichi mengangguk. Kakaknya benar, ia tidak boleh terlalu terpaku pada masa lalu.

BRAK!

Bus berhenti mendadak, Supir tampak sangat panik. Michikatsu dan Yoriichi saling berpandangan. Entah sadar atau tidak, Yoriichi merasa bahwa Indranya meningkat tajam sejak ingatannya kembali. Ia bisa melihat tepat di depan mereka ada sesosok mahluk misterius yang tampak seperti manusia tapi memiliki lima tangan. Dan yang lebih mengejutkan lagi, ia bahkan bisa melihat hingga ke organ dalam mahluk itu!

Penumpang lain tampak panik, mereka sudah hampir turun tapi teriakan Yoriichi membuat mereka terdiam.

"JANGAN ADA YANG TURUN! MAHLUK ITU BERBAHAYA! TETAP DI DALAM BUS!" teriak Yoriichi dengan tegas. Auranya menekan para penumpang yang hampir protes.

"Pak, jalan saja." Ucap Michikatsu yang membuat Yoriichi melotot kaget.  Sang kakak mengabaikan.

"Tabrak saja dia pak, sosok itu bukan manusia. Memangnya kalian ingin dia  menghancurkan pintu dan memakan kalian disini? Tabrak saja, dia tidak akan mati." Ucap Michikatsu dengan nada tenang namun berbanding terbalik dengan auranya. Si sopir mengangguk, ia menabrak sosok dengan kecepatan diatas rata-rata, membuat para penumpang memekik.

Mereka terlihat shock saat melihat mahluk itu masih bisa berjalan setelah tubuhnya terlindas bus, diam-diam seluruh penumpang lega karena mereka baik-baik saja, tidak terkecuali Yoriichi dan Michikatsu. Walaupun mereka terlihat tenang, tapi percayalah bahwa jantung mereka hampir copot saking kagetnya.

"Oni..." Lirih Yoriichi, Michikatsu terkekeh.

"Emm, kita bicarakan nanti di rumah." Yoriichi mengangguk.

.................

Yoriichi duduk di atas ranjangnya. Mereka baru selesai makan malam tadi. Ia tentu saja tidak menceritakan kejadian yang baru saja terjadi pada ayah maupun ibunya, takut kedua orangtuanya itu khawatir. Michikatsu membuka pintu kamar sang adik, lalu berbaring begitu saja di ranjang si pemilik tanpa permisi.

"Ada yang ingin kamu tanyakan?" Tanya Michikatsu.

"Apa kakak juga sudah mengingat semuanya? Maksudku kehidupan terdahulu kita?"

Michikatsu bangun dan berdiri. Ia mengambil sesuatu di laci kamar. Dengan langkah cepat, ia menodongkan sebuah gunting ke arah leher sang adik. Yoriichi tentu terkejut. Ia menatap sang kakak yang menatapnya dingin, persis seperti beberapa ratus tahun lalu, saat pertarungan terakhir mereka.

Tangan Yoriichi bergetar. Kilasan masa lalu yang menyakitkan kembali berputar di otaknya. Hal itu mampu memberikan serangan mental yang sedikit fatal bagi Yoriichi.

Fakta bahwa ia pernah menjadi pemburu iblis terkuat di dunia memang benar, namun tidak dipungkiri bahwa dia hanya manusia biasa. Ia bisa mengalami trauma, sakit hati, marah ataupun benci. Seluruh ingatan masa lalunya cukup mampu untuk membuat remaja itu mengalami serangan panik.

"Kau pikir aku tidak mengingatmu, adik?" Michikatsu menekan gunting itu ke leher Yoriichi. Air mata menggenang di pelupuk mata si rambut merah.

Daripada takut mati, Yoriichi lebih takut sang kakak membencinya lagi seperti kehidupan terdahulu yang
menjadi iblis dan ia yang harus membunuhnya. Sudah cukup kehidupan di masa lalu saja yang begitu. Kalaupun harus terulang, Yoriichi lebih memilih untuk mati.

Michikatsu terkekeh dan menarik Gunting itu lalu menaruhnya kembali di atas meja. Pemuda itu duduk di sebelah sang adik. Yoriichi menoleh ke arah sang kakak. Jadilah mereka sekarang berhadap-hadapan.

Michikatsu mengusap air mata yang menggenangi pipi sang adik. "Itu aku, dulu. Kokushibo, iblis bulan atas satu yang membunuhmu. Orang yang termakan rasa iri dan malah membenci sang adik yang harus ia lindungi."

"Kakak paling buruk, tidak seperti si bocah merah yang selalu menjaga sang adik walaupun dia sudah menjadi iblis." Michikatsu menunduk,  Ia menangis. Yoriichi memeluk sang kakak, menepuk pelan punggung itu.

"Tidak, Nii-san tidak bersalah, semuanya memang sudah menjadi takdir. Nii-san tadi juga berkata kalau yang lalu biarlah, sekarang kita ada di masa depan. Aku sudah melupakan itu, aku hanya takut Nii-san membenciku lagi setelah mengingat semuanya..." Kini giliran Yoriichi yang menangis. Sejujurnya tangannya bahkan masih bergetar karena takut sejak tadi.

Michikatsu tersenyum. Ia melepas pelukannya.

"Kali ini, baik sebagai Kokushibo maupun sebagai Tsugikuni Michikatsu, aku akan tetap melindungimu bahkan dengan nyawaku." Ucap Michikatsu dengan nada tegas. Yoriichi terkekeh, sebuah kilatan penuh keteguhan juga tampak di matanya.

"Bukan hanya kamu, tapi aku. Kita akan saling melindungi, apapun resikonya, apapun bahayanya. Mari kita hadapi bersama Nii-san!" Yoriichi berucap dengan nada penuh keyakinan. Michikatsu mengangguk.

Keduanya berakhir membicarakan banyak hal random sampai tengah malam, melupakan berbagai peristiwa yang mereka alami hari itu.

Bagi keduanya, melindungi satu sama lain sudah cukup. Yoriichi pun yakin, meski Muzan kembali sekalipun, kali ini ia akan mampu mengalahkannya. Karena Yoriichi kali ini tidak sendiri, tapi dia memiliki sang kakak di sisinya.



Hallo! Gimana chapter kali ini? Semoga kalian suka ya! Jangan lupa tinggalkannya jejak kawan-kawan~

Salam Hangat

San-

Hello Again, Brother Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang