10. Siapa?

291 29 0
                                        

"Huh~" Yoriichi menatap salju-salju yang mulai memenuhi seluruh area. Telapak tangannya saling menggosok, mencoba mengurangi rasa dingin yang menyergap tubuhnya. Meski begitu, tatapannya masih lurus kedepan, entah apa yang dia pikirkan.

Tanpa ia sadari, seseorang masuk ke dalam kamarnya, menyampirkan sebuah selimut cukup tebal. Hal itu mampu membuat Yoriichi tersentak dan langsung berbalik ke belakang.

Tsugikuni Akihisa, Wanita yang hampir menginjak kepala 4 itu tersenyum menatap putra bungsunya. Wanita itu lantas mengambil tempat tepat disebelah sang putra.

Yoriichi tersenyum. Dengan perlahan remaja itu membaringkan kepalanya pundak sang ibu, mengistirahatkan otaknya yang sejak tadi ia paksa bekerja. Kepalanya hampir pecah memikirkan begitu banyak kemungkinan sejak sebulan lalu.

"Nii-san dan Ayah sedang berada di ruang tamu dan bermain Shogi, kau mau melihatnya?" Yoriichi menggeleng. Dia ingin membiarkan Kakak dan Ayahnya itu Quality time dulu, pasalnya mereka berdua selalu seperti kucing dan anjing. Kakaknya yang keras kepala dan Ayahnya yang sama keras kepalanya.

Memang, kalau istilah sekarang buah jatuh sepohon-pohonnya.

Dan ya, dia juga ingin bermanja-manja dengan sang Ibu, sebelum sang ayah ataupun kakak kembarnya sendiri yang memonopoli sang ibu.

"Ibu, jika kita dihadapkan pada dua pilihan sulit, apa yang kita harus lakukan?" Suara Yoriichi berhasil memecah keheningan diantara Ibu dan Anak itu.

Akihisa tersenyum, "Rupanya putra Ibu tengah khawatir tentang sesuatu, pantas saja kakakmu ikut uring-uringan sejak sebulan lalu." Kekehan lembut keluar dari mulut Akihisa, begitupun dengan Yoriichi yang menanggapi candaan dari sang Ibu.

"Apapun yang kau pilih, percayalah pada dirimu."

Yoriichi kembali ke posisi duduknya semula, kini dia menatap sang Ibu yang tengah tersenyum lembut kepadanya.

"Setiap pilihan yang kau ambil selalu memiliki resiko, entah berakhir baik ataupun buruk. Hanya saja, jika kau selalu berpikir tentang berbagai kemungkinan yang belum terjadi tanpa mencoba, bukankah tidak ada yang berubah?" Yoriichi terdiam. Matanya bergetar, seluruh rasa goyah yang ia rasakan terasa runtuh seketika.

"Percaya pada dirimu sendiri. Jika niatmu baik maka hal baik juga yang akan kau terima pada akhirnya." Akihisa menepuk kepala sang putra dengan lembut.

"Ah iya, Ibu harus membuat makan malam, mau membantu?" Yoriichi mengangguk semangat dan segera mengikuti sang Ibu.

∆∆∆

Sekelilingnya gelap, hanya beberapa lampu yang dinyalakan, membuat suasana suram di tempat itu terasa semakin kental. Desain ruangan itu klasik, khas desain rumah jepang jaman dulu. Tak hanya suasana menakutkan, aura tempat itu pun terasa sangat berat, membuat manusia biasa yang tak sengaja masuk dapat langsung mati dalam hitungan detik.

Fusuma tergeser, menampakan sesosok Wanita dengan kimono putih beraksenkan Red Spider Lily yang segera memasuki ruangan itu. Wanita itu segera menunduk, seolah memberikan hormat kepada sosok yang berada di hadapannya.

"Maafkan saya, saya gagal melakukan tugas kali ini, Tuan." Suara wanita itu bergetar, seolah dirinya akan mati kapan saja jika salah bicara.

Helaan napas terdengar dari sosok yang berada di kegelapan, membuat sekujur tubuh wanita itu merinding, terlebih aura dari sosok tersebut mulai menekannya hingga wanita itu merasa tercekik.

Sedetik kemudian, teriakan histeris menggema di ruangan itu. Sang wanita menggeliat, menggaruk-garuk tatami dengan brutal, seolah berusaha melampiaskan rasa sakit yang dia rasakan saat ini.

"Koyuki, ini pertama kalinya kau gagal dalam misimu." Suaranya terdengar berat, membuat siapapun bergidik ketika mendengarnya.

"Ck, kau sama menyebalkannya dengan si gagal Muzan." Sosok itu kini berdiri. Ia menghempaskan tangannya, membuat Koyuki ikut terhempas dengan keras hingga menghancurkan dinding ruangan.

"Pergi dari ruanganku, segera bawa Michikatsu kepadaku. Kau tau bukan, apa akibatnya jika kau gagal kali ini?"

"Sa-ya tahu Tu-an." Dalam sekejap, Koyuki hilang, menyisakan sosok bermata Semerah darah yang kini menatap dari balik kegelapan.

"Tsugikuni Yoriichi, kali ini kau tidak akan bisa melindungi siapapun."

∆∆∆

"Oy! Kenapa orang ini juga ikut?!" Sanemi menunjuk Michikatsu yang sedang sibuk memakan Taiyaki. Disebelahnya Trio Kamaboko + Genya sedang memakan Ramen miliknya dengan lahap tanpa mempedulikan Sanemi yang sudah meledak-ledak sejak tadi.

"Gomen, Sanemi-san, tapi kakakku memang harus ikut." Yoriichi tersenyum canggung. Hanya ada mereka bertujuh saja yang ada di Cafe milik Kocho bersaudara.

"Ck, cepat bicaralah, aku sibuk." Balas Sanemi dengan ketus.

"Dih, dasar sok sibuk." Celetuk Michikatsu dengan tampang tanpa dosa. Hal itu tentu saja memancing amarah Sanemi yang memang pada dasarnya bersumbu pendek.

"NGWHAHAHA KAU MEMANG SOK SIBUK MATA MELOTOT!" Teriak Inosuke yang juga ikut mengompori. Anak itu bahkan sudah memukul-mukul meja saking kerasnya tertawa. Tanjirou, Zenitsu dan Genya hanya bisa bergidik ngeri ketika merasakan aura membunuh yang begitu pekat dari mantan Hashira Angin itu.

"Teme-" tangan Sanemi sudah siap untuk mengangkat pedang yang masih terselimuti kain hitam di sebelahnya sebelum Yoriichi menahannya.

"Tahan Sanemi-san, mereka hanya anak-anak." Decakan kasar terdengar.

"Ck, sebenarnya apa yang ingin kau bicarakan? Kau meminta Yoriichi dan tiga anak ini datang kan? Mengapa sekarang kau mengatakan dirimu sibuk?" Michikatsu memotong pembicaraan, kali ini dia menatap serius Sanemi.

Helaan napas Sanemi terdengar, membuat suasana yang awalnya ribut menjadi hening. Entah kenapa Yoriichi dapat menangkap kegelisahan di manik ungu pemuda itu.

"Aku melihat Muzan, kemarin."

Hening beberapa saat.

"Sialan." Yoriichi mengumpat. Pemuda itu mengusap wajahnya kasar.

'Apakah secepat ini?'


Hallo Minna-san! Apa kabarnya? Aku harap kalian baik-baik aja ya~ Maaf banget karena aku up terlalu lama haha, kayaknya aku harus bikin jadwal biar bisa lebih mendisiplinkan diri. Btw gimana alurnya? Mulai nggak jelas kah? Aku minta maaf untuk yang mengira begitu, karena cerita ini sepenuhnya adalah imajinasiku yang cukup absurd.

Oh iya, di Fanfiction ini, aku nggak menjadikan Muzan sebagai Villiannya. Ada yang bisa tebak siapa? Intinya dia masih ada di alur asli KNY ya, tapi aku ngga tau namanya, jadi bisa dibilang ini jadi OC ku si wkwkwk

Okedeh, itu dulu kayaknya. Terima kasih yang sudah mau membaca ceritaku yang acak-acakan ini.

Salam Hangat


San

Hello Again, Brother Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang