"Aish, rupanya mimpi itu masih terus muncul hingga sekarang." Yoriichi memijit pelipisnya, berusaha meredakan pusing karena dipaksa terbangun saat tidur. Mimpi mengerikan yang menghantuinya itu terus saja muncul setiap malam.
Mengabaikan semua itu, pemuda beranting hanafuda itu bangkit dan berjalan menuju kamar mandi, ia tidak mau membuat kakaknya memarahinya lagi karena terlambat bersiap-siap.
---------------
"Tumben kau cepat? Biasanya lelet seperti siput." Ejek Michikatsu ketika melihat adiknya turun dari tangga. Yoriichi merengut, ia mendecih pelan dan segera mengambil tempat di sebelah sang kakak. Tawa seorang wanita terdengar dari arah dapur begitu pula dengusan geli dari seorang pria yang tengah membaca surat kabar harian.
"Kalian ini kalau tidak berdebat sehari saja, pasti dunia akan runtuh." Wanita tadi, tepatnya Nyonya Tsugikuni menggelengkan kepalanya heran, kenapa kedua anak kembarnya ini tidak pernah bisa akur. Michikatsu yang selalu menjahili adiknya dan Yoriichi yang gampang merajuk saat sang kakak mulai jahil.
Yoriichi merengut, Ia lantas memeluk sang ibu, mencoba mencari pembelaan sedangkan Michikatsu memutar bola matanya, tapi diam-diam tersenyum tipis. Ia lantas menoleh ke arah sang ayah yang tengah serius membaca surat kabar sejak tadi.
"Ayah sedang membaca berita apa? Kenapa serius sekali?" Tuan Tsugikuni menoleh.
"Ada beberapa kasus penemuan mayat yang mati terbunuh belakangan ini. Tubuh mereka bahkan ditemukan dalam keadaan tidak sempurna, entah siapa orang bejat yang melakukannya." Gerutu pria itu sambil sesekali menghisap teh miliknya.
"Dan, ayah peringatkan kepada kalian berdua, jangan sekali-sekali keluar malam jika tidak ada urusan yang penting. Minimal bawalah pisau lipat, kita tidak tahu bahaya apa yang menanti, mengerti?" Kedua saudara kembar itu mengangguk. Mereka lantas memulai sarapan dengan diselingi canda tawa, suasana meja makan hari itu terasa sangat hangat.
Setidaknya lebih baik dari kehidupan sebelumnya.
Setelah sarapan, Yoriichi dan Michikatsu berangkat bersama sang ayah menuju sekolah. Mereka kini berada di tingkat kedua di sekolah menengah atas yang terletak di Tokyo. Keduanya kini tengah beriringan menuju kelas mereka, untung saja mereka satu kelas.
"Tsugikuni-senpai!" Anak kembar itu menoleh ke belakang. Tiga orang bocah berbaju SMA tengah melambai ke arah mereka. Satunya berambut merah dengan anting hanafuda yang serupa dengan milik Yoriichi, lalu ada si kepala kuning dengan rambut seperti bunga dandelion dan satu lagi si rambut hitam dengan ujung biru. Mereka bertiga menghampiri dua bersaudara itu.
"Selamat pagi senpai! Bagaimana kabar kalian?" Michikatsu mendengus sebal.
"Ada dua Tsugikuni disini bocah, siapa yang kalian tanya?" Anak beranting hanafuda itu menggaruk pipinya malu. Yoriichi mengisyaratkan pada sang kakak untuk bersabar.
"Maaf Michi-senpai, kami bermaksud memanggil kalian berdua hehe." Jawab Anak itu sedikit gugup, sebenarnya karena takut sih. Dibandingkan Yoriichi yang lebih ramah, Michikatsu tergolong ketus walaupun dia juga sama baiknya. Kata-kata pemuda berambut hitam dengan ujung merah itu cenderung pedas, bahkan Yoriichi sudah kebal menerima kata-kata itu.
"Kami baik, Tanjirou. Bagaimana dengan liburan kalian? Ah iya, jangan lupa kita ada latihan Kendo hari ini." Yoriichi tersenyum lembut ke arah ketiga anak itu, membuat mereka langsung memekik kesenangan, terutama si anak berambut hitam dengan bagian bawah berwarna biru.
"WOAH AKHIRNYA KITA BERTARUNG LAGI HAHAHA YOIICHI-SENPAI MICI- SENPAI AKU PASTI AKAN MENGALAHKAN KALIAN!" Tanjirou meringis melihat tingkah sahabatnya itu, sedangkan si rambut kuning bernama zenitsu kini menatap tajam sahabat berisiknya.
"WOY BABI, KAU SALAH MENYEBUT NAMA BODOH! KAU INGIN KITA DI GEPREK HAH INOSUKE?!"
Yoriichi menatap Michikatsu, keduanya lantas menghela napas bersamaan. Tanjirou masih mencoba melerai kedua sahabatnya yang hampir geluti di koridor.
"Bagus, teruslah bertengkar. Ku pastikan porsi latihan kalian akan ku tambah lima kali lipat." Ucap Michikatsu dengan nada sedatar triplek. Trio Kamaboko langsung diam.
Yoriichi tersenyum. "Yasudah, kalian bisa kembali ke kelas, jam pelajaran sudah mau mulai loh~" Ketiganya lantas mengangguk. Mereka segera berlari ke lantai tiga setelah berpamitan pada keduanya. Michikatsu memijit pelipisnya yang pening, agak tertekan dengan tingkah juniornya itu.
Yoriichi tergelak, ia lantas berjalan beriringan menuju kelas 3-A, kelasnya dengan sang kakak. Mereka disambut dengan Gadis berambut hitam panjang dengan hair pin berwarna pink di bangku dekat pintu.
"Oh, selamat pagi Yoriichi-kun, Michi-kun." Sapa gadis itu dengan senyuman. Tsugikuni bersaudara tersenyum membalas sapaan itu. Mereka lantas berjalan menuju bangku yang telah keduanya tempat selama setengah semester.
Jika boleh jujur, Yoriichi agak mengantuk sekarang. Pemuda itu merebahkan kepalanya diatas meja. Matanya sayup-sayup hampir terpejam. Michikatsu yang melihatnya sedikit menghela napas.
"Kanae berkata kalau jam pertama dan kedua kosong. Kamu bisa tidur, aku akan membangunkanmu ketika sudah istirahat." Michikatsu mengusap rambut merah adiknya, Yoriichi mengangguk. Ia menatap sebentar sang kakak dan tersenyum, lalu segera menutup matanya.
------------
"Oh, mimpi ini lagi." Yoriichi menatap sekelilingnya. Ia berada di sebuah rumah khas Jepang bergaya kuno. Di hadapannya ada dua orang kembar yang entah kenapa mirip dirinya dan sang kakak. Yang berbeda hanya si anak kecil berambut merah memiliki tanda seperti kobaran api di dahinya, sedangkan Yoriichi tidak. Keduanya tampak sedang cekcok.
Bagaikan film berurutan, seluruh rangkaian mimpi yang sudah ia alami sejak berumur sepuluh tahun itu kini membentuk sebuah alur, yang Yoriichi sadari adalah ingatannya di masa lalu. Ia mengingat seluruhnya, mulai dari dirinya yang diabaikan sang ayah hingga pertarungan terakhirnya bersama sang kakak sebelum mati.
"Yoriichi!" Yoriichi tersentak. Ia langsung bangun sambil menghirup napas dengan rakus. Seluruh warga kelas menatapnya dengan khawatir, termasuk sang kakak. Perlahan, Yoriichi kembali duduk di kursinya. Ia menatap sang kakak yang khawatir, sebuah senyum lembut terbentuk di bibir tipisnya.
"Syukurlah, ternyata Kami-Sama mendengarkan doaku." Lirih Yoriichi. Ia mengusap air matanya yang tanpa sadar turun. Michikatsu yang melihatnya kemudian menghela napas, ia lalu mengusap rambut sang adik.
"Apapun itu, jangan dipikirkan. Kamu akan baik-baik saja, mengerti?" Michikatsu tersenyum, Yoriichi membalasnya dengan anggukan. Keduanya memutuskan untuk berdiri dan menuju ke kantin.
'Aku tahu, kembalinya ingatanku sekarang memiliki alasan. Kuharap alasannya bukan karena eksistensi iblis yang masih belum hilang di zaman ini.'
Salam hangat
San-
KAMU SEDANG MEMBACA
Hello Again, Brother
FanficIblis telah musnah ratusan tahun lalu, dunia telah damai dan mulai berkembang. Seiring berjalannya waktu, perlahan kisah para pemburu iblis mulai dilupakan. Setidaknya itu yang Yoriichi tahu. Ia, Tsugikuni Yoriichi lahir kembali menjadi manusia di...