11. Kekacauan di Sekolah

249 24 2
                                    

Yoriichi mengambil bokuto miliknya. Pemuda itu lantas pergi ke sebuah Dojo di belakang rumahnya, tempatnya dan sang kakak  berlatih bersama sang ayah.

Pemuda itu tidak peduli dengan cuaca yang dinginnya hampir seperti akan mencekik, membuatnya bisa mati kapan saja. Dengan baju kaos putih beserta bawahan celana training biasa, Yoriichi mulai menggerakkan tubuhnya, memperagakan kedua belas teknik pernapasan matahari yang ia ciptakan.

Ruang Dojo mencapai suhu terendah hari ini, hal ini karena ruangan itu tidak menggunakan pemanas ruangan sehingga wajar saja suhunya menjadi sangat dingin ketika musim salju. Namun Yoriichi tidak peduli, dia terus menggerakkan tubuhnya, memantapkan gerakannya dan berusaha mencari celah kekurangan dari pernapasan buatannya itu.

Firasatnya yang semakin buruk membuatnya tidak bisa berdiam terus-menerus, apalagi kabar yang dibawa oleh Sanemi membuat Yoriichi semakin khawatir, pemuda itu takut serangan para iblis kali ini tidak bisa dibendung.

Pemuda itu berlatih sepanjang malam hingga subuh, memaksakan dirinya untuk terus bergerak, tanpa peduli bahwa ia bisa saja mati saat ini. Namun Yoriichi tidak peduli, baginya saat ini dia masih belum kuat, dia harus melatih dirinya lagi.

Akan ada bencana besar yang menantinya di depan.

∆∆∆

Michikatsu melihat adiknya, Yoriichi yang terlihat lebih diam dari biasanya. Mereka berempat kini berada di meja makan, sedang menikmati sarapan bersama ayah dan ibu keduanya. Akihisa memandang sang suami yang dibalas gelengan pun Michikatsu yang hanya bisa menghela napas pelan.

Sesuai sarapan, Yoriichi melambai ke arah sang ibu, segera menyusul sang kakak dan sang ayah yang sudah lebih dulu ke mobil. Tidak ada percakapan yang terjadi, bukan seperti hal yang biasanya. Michikatsu juga melihat sebuah benda panjang yang Yoriichi bawa, terbalut kain berwarna merah yang kentara.

"Ayah akan menjemput kalian sedikit terlambat, belajarlah yang rajin kalian berdua."  Michikatsu mengangguk sedangkan Yoriichi tersenyum tipis lalu mengangguk seperti sang kakak, membuat ayah mereka sedikit bingung namun memilih diam.

Tepat setelah keduanya keluar dari Mobil, Michikatsu segera menarik tangan adiknya ke dekat gerbang. Mereka memutuskan untuk berhenti sebentar.

"Yoriichi, sebenarnya ada apa?" Tanya Michikatsu dengan nada cemas. Dia tahu bahwa adiknya sedang tidak baik-baik saja, terutama sejak Sanemi memberi tahu keberadaan Muzan. Yoriichi sedikit lebih pendiam dari biasanya, membuat Michikatsu menjadi frustasi sendiri.

Yoriichi menghela napasnya, "Aku akan menceritakannya ketika kita sudah diruang latihan, disini tidak aman." Pemuda berambut merah itu menatap sudut tembok di ujung, terdapat gumpalan salju yang tidak normal.

Michikatsu mengangguk, mereka lantas memutuskan untuk pergi dan masuk kedalam kelas terlebih dahulu. Pagi ini Trio Kamaboko tidak menghampiri mereka seperti biasa, membuat Michikatsu sedikit heran. Biasanya ketiganya tidak pernah absen menyapa mereka di koridor kelas.

"Yah, mungkin ketiga anak itu sedang sibuk." Tebak Michikatsu. Yoriichi menelungkupkan kepalanya di meja, menarik perhatian Michikatsu yang ada disebelahnya.

"Yoriichi-san sedang sakit, Michikatsu-san?" Michikatsu menoleh lalu mengangguk pada Kanae.

Kanae mengangguk dan kembali duduk di tempatnya. Michikatsu lantas kembali menatap sang adik yang tampaknya sudah terlelapa, yah mau bagaimana lagi, sepertinya saudara kembarnya itu memang sedang lelah.

Hello Again, Brother Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang