13. Munculnya Sosok Mengejutkan

223 24 16
                                    


Yoriichi dan Michikatsu memasuki area pekarangan rumah dari Oyakata-sama. Di sepanjang jalan benar-benar dipenuhi oleh pohon-pohon bunga wisteria, membuat Michikatsu sedikit mengernyit.

Dia memang sudah tidak takut dengan bunga itu karena dirinya sekarang adalah manusia sepenuhnya. Namun saudara kembar Yoriichi itu masih belum terbiasa melihat puluhan pohon bunga wisteria di sekeliling jarang yang mereka lewati. Matanya belum terbiasa.

Mereka lantas sampai di sebuah rumah tradisional jepang. Tampak juga Tomioka Giyuu yang sedang duduk bersebelahan dengan Trio Kamaboko. Ketiga pemuda itu rupanya telah sampai lebih dahulu dibanding mereka.

"Oh, senpai!" Tanjirou melambaikan tangannya. Yoriichi mengulas senyum tipis sedangkan Michikatsu masih setia dengan wajah datarnya. Hanya saja Trio itu tentu saja sudah terbiasa dengan reaksi Tsugikuni bersaudara, tentu saja mereka tidak heran lagi.

Lain halnya dengan Giyuu. Pemuda berambut hitam itu masih belum terbiasa dengan kehadiran Michikatsu sebagai manusia di tengah-tengah mereka. Rasanya agak aneh, mengingat mereka dulunya berjuang mati-matian untuk membunuh iblis itu.

"Kalian bisa masuk, yang lain sudah menunggu." Giyuu berucap dengan nada datar. Yoriichi membalasnya dengan senyuman tipis sedangkan Michikatsu hanya menghela napas pelan.

Tampaknya perbuatannya di kehidupan terdahulu memang sulit di maafkan.

Giyuu menggeser Fusuma, membiarkan kelima orang itu masuk terlebih dahulu. Selepas memastikan bahwa seluruhnya aman, pemuda itu lantas menutup Fusuma.

Sebenarnya ia merasakan ada sesuatu yang mengintai mereka dari jauh, hanya saja karena ia merasa bahwa jaraknya belum cukup dekat, Giyuu memilih mengabaikannya.

"Kita bertemu lagi, Tsugikuni bersaudara." Gyomei menangkupkan kedua tangannya, membentuk gestur andalannya. Yoriichi membalas dengan senyum tipis, sementara Michikatsu tengah sibuk melempar tatapan tajam kepada Sanemi yang juga melempar tatapan serupa padanya.

Muichiro yang kini berada di sebelah Michikatsu menatap pemuda itu dengan seksama.

"Kau terlihat tidak semengerikan dulu." Michikatsu menoleh dan menatap mantan keturunannya itu. Diam-diam hatinya lega melihat reinkarnasi orang-orang yang ia bunuh telah hidup dengan baik di masa ini. Meski rasa bersalahnya jelas masih menumpuk.

Tangan Michikatsu bergerak dan menepuk-nepuk kepala pemuda yang lebih muda beberapa tahun darinya itu. Hal itu sukses membuat Muichiro tertegun selama beberapa saat.

Senyum kecil di bibirnya terulas, membuat Yoriichi diam-diam terkekeh ketika melihat interaksi keduanya.

Mereka terlihat seperti ayah dan anak.

"Tokito-kun terlihat sangat nyaman." Tanjirou berceletuk, membuat orang-orang di ruangan tersebut lantas kompak menoleh ke arah Michikatsu dan Muichiro.

Tentu saja kedua orang itu malah bingung. Disisi Michikatsu, pemuda itu agak bingung dengan reaksi orang-orang disekelilingnya. Bukankah wajar kalau mereka seharusnya sudah berdamai? Apalagi mengingat kelakuannya di masa lalu yang emm--tidak manusiawi, sepertinya meminta maaf dengan Tokito adalah pilihan paling baik.

Daripada mereka malah saling menebas lagi di masa ini.

"Emm, entahlah? Tapi, dia benar-benar berbeda dari sebelumnya." ucap Muichiro dengan nada ragu. Remaja itu masih menikmati usapan kecil di kepalanya, terasa selembut usapan yang diberikan ayah dan kakaknya ketika ia sedang susah tertidur.

Rengoku dan Gyomei yang melihat aktivitas keduanya lantas tersenyum. Mereka yang mengingat jelas bagaimana perjalanan hidup Muichiro di masa lalu ikut tersentuh, walaupun Gyomei sendiri tampaknya masih was-was dengan keberadaan Michikatsu.

Hello Again, Brother Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang