7. Hampir saja

268 35 11
                                    

Michikatsu dan Yoriichi memutuskan untuk segera pulang setelah rapat mendadak di Cafe. Mereka lantas berjalan menuju halte bus terdekat, bermaksud menunggu sang ayah yang berencana akan menjemput katanya.

Michikatsu melirik Yoriichi yang tengah termenung sambil sesekali mengepalkan tangannya, membuat Michikatsu menghela napas ketika melihatnya.

"Yoriichi," Yoriichi menoleh, mendapati kakaknya tengah menatap dirinya dengan teduh. Hal itu membuat Pemuda dengan Mark merah di dahi dan leher itu menunduk.

"Yoriichi," panggil Michikatsu sekali lagi, kali ini dengan nada yang lebih tegas. Matanya kini menatap manik yang sama dengan miliknya itu dengan sendu.

Mau bagaimanapun, Yoriichi tetaplah seorang remaja yang membawa ingatan sekaligus trauma masa lalu hingga ke masa depan.

Meski dia telah melewati banyak hal, ada begitu banyak hal juga yang dia sesali. Jika saja Muzan tidak membunuh Uta dan calon anaknya, jika saja ia bisa mencegah keinginan kakaknya untuk menjadi iblis, pasti hidupnya tidak akan pernah berakhir tragis. Dia lebih memilih menjadi orang biasa, ketimbang sang terkuat. Beban yang ia pikul terlalu besar.

"Dengarkan Nii-san. Aku memang Michikatsu yang sama, kakak yang sebelumnya menghianati adiknya sendiri. Namun kau tau? Di ambang kematianku, aku kembali mengingat semua tentang kenangan kita semasa kecil." Yoriichi tersentak, ia menatap Michikatsu yang tengah tersenyum lembut ke arahnya.

"Dari situ aku merasa bahwa kebencian dan rasa iri tidak berdasar itu tidak seharusnya aku miliki. Aku kakakmu, orang yang seharusnya melindungimu bukan malah membunuhmu. Aku bukan kakak yang baik."

"Tapi, kali ini aku berjanji padamu. Aku akan menjadi tamengmu, aku akan melindungimu sebagaimana kakak melindungi adiknya, begitupun dengan Okaa-san dan Otou-san, aku akan-"

"Kita, Kita yang yang akan melindunginya Nii-san." Michikatsu terkekeh dan mengangguk.

"Ya, kita akan saling melindungi."

"Oh, berapa romantisnya reuni antar saudara ini." Kedua Tsugikuni menatap arah suara. Tanpa mereka duga, sebuah kipas besi super tajam hampir saja mengenai mereka, membuat Yoriichi terlempar kebelakang dan Michikatsu terguling ke samping untuk menghindari kipas itu.

Sosok wanita itu tertawa, ia duduk di atas genting rumah dengan anggun. Kimono putih dengan aksen bunga Red Spider Lily menambah kesan 'Villian' dari wanita itu.

Michikatsu menatap adiknya, mencoba meneliti tubuh adiknya dari jauh. Yoriichi yang menyadari itu memberikan kode bahwa dia baik-baik saja membuat Michikatsu akhirnya bisa bernapas lega.

Michikatsu lantas menatap wanita itu, wajahnya sontak menegang ketika melihat bola mata si wanita yang terlihat tidak asing.

"Ini, bulan atas... 2?" Michikatsu sedikit terkejut ketika tahu bahwa iblis bulan atas dua bukanlah Douma atau reinkarnasinya, melainkan seorang wanita berambut putih dengan kipas besi ditangannya.

"Siapa kau?" Tanya Michikatsu dengan suara yang terkesan dingin. Auranya terasa berat, persis sama saat dia masih menjadi bulan atas satu, bahkan lebih kuat. Jika di bandingkan, terasa hampir setara dengan milik Yoriichi.

Wanita itu terlihat sedikit terganggu, namun raut wajahnya kembali seperti semula.

"Oh, rupanya Michikatsu sa- oh atau Kokushibo-san tanpa sangat penasaran terhadapku ya? Ohh aku sangat tersanjung." Gadis itu menggelengkan kepalanya sambil tersenyum membuat Michikatsu mengernyit.

'Ternyata sama gilanya dengan Douma.' gumamnya dalam hati.

"Nee, Michikatsu-san, aku akan memberi tahumu namaku, tapi dengan satu syarat." Gadis itu menyeringai. Sedetik kemudian, ia telah berada di belakang Michikatsu.

"Kau harus ikut denganku dan kembali menempati posisimu, bagaimana?" Wanita itu mengelus leher Michikatsu dengan sensual, membuat Michikatsu membeku. Begitu pula dengan  Trio kamaboko yang mengeryit jijik dari kejauhan. Tepat saat sebuah jarung suntik yang dikeluarkan wanita itu hampir mengenai leher Michikatsu sebuah-

TRANG!

-bilah pedang mengenai tangan wanita itu dan memutusnya, membuat serum itu terlempar dan pecah berkeping-keping. Wanita itu menatap Yoriichi dengan nyalang. Yoriichi menatap wanita itu dengan tatapan datar dan dingin, pun dengan aura yang terasa berat dan mengerikan.

Wanita itu bergetar ketika melihat tatapan Yoriichi. Sel-sel miliknya bereaksi dan memberikan ingatan sekaligus ketakutan mengenai sosok dihadapannya saat ini.

"Oh, senang bertemu dengan pemburu iblis legendaris seperti anda, Yoriichi Tsugikuni. " Wanita itu lantas mulai mundur dan menjauh, masih dengan tangan yang sudah buntung sebelah.

"Namaku Koyuki, kalian pasti sudah mengetahui tingkatan ku bukan?" Koyuki terkekeh, tangannya masih belum bisa beregenerasi.

"Mungkin kita akan lebih sering bertemu kedepannya, tuan-tuan. Oh iya, dia berpesan agar kau menyiapkan dirimu, Michikatsu-san. Kau pasti akan bergabung kembali di sisi para iblis." Wanita itu lantas berubah menjadi segumpalan salju yang kemudian meluruh menjadi air.

Yoriichi duduk bersimpuh di tanah, jantungnya hampir saja meledak. Jika saja dia terlambat tadi, maka-

"Yoriichi tenanglah." Michikatsu mengelus punggung sang adik. Beberapa saat kemudian Yoriichi mulai tenang dan berdiri kembali.

"SENPAI-TACHI!" Trio kamaboko segera menghampiri senior mereka. Ketiga bocah itu lantas mulai memeriksa keadaan keduanya.

"Senpai-tachi baik baik saja kan?" Tanya Tanjirou nada panik. Yoriichi menggeleng, begitupan Michikatsu. Bocah berambut merah itu menghela napas lega.

"Tanjirou, terimakasih untuk pedangnya." Yoriichi tersenyum tipis ke arah tanjirou dan dibalas oleh senyum secerah mentarinya.

"Senpai tidak perlu berterima kasih, itu adalah pedang Senpai. Lagipula pedang milikku yang dibuatkan Haganezuka-san juga masih tersimpan jadi pedang ini memang sepatutnya aku kembalikan kepada pemiliknya yang asli." Ucap Tanjirou. Yoriichi tersenyum lembut lalu mengelus lembut rambut merah milik sosok yang serupa dengan Sumihiko itu.

Yoriichi menatap kakaknya yang sedang mengomel ke arah Zenitsu dan Inosuke, membuat pemuda itu akhirnya ikut tersenyum karena merasa tindakan kakaknya itu lucu.

Diam-diam, Yoriichi menghela napas lega. "Yang tadi itu, hampir saja."


Holaa guys! Bagaimana kabarnya? Semoga kalian sehat selalu ya! Btw guys, part ini sebenernya mau aku up tadi pagi, tiba-tiba partnya hilang dan aku harus ketika ulang semuanya:)

Juga, aku minta maaf karena hampir nggak pernah up akhir-akhir ia ini. Seperti biasa, laporan, tugas dan UAS lagi banyak-banyaknya jadi aku agak kesulitan bagi waktu. Gomen ya guys...

Semoga kalian suka ya, aku bakal berusaha buat up lebih rutin lagi, maka dari itu Stay tune terus ya guys!

Salam hangat

San

Hello Again, Brother Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang