7 - Cemburu dan Jebakan

22 4 0
                                    

Yeva tengah menyantap bakso buatannya sembari menatap jam dinding yang sudah menunjukkan pukul 8 malam. Sampai saat ini, Yashvir belum juga pulang yang membuat Yeva semakin geram.

Yeva hampir menghabiskan bakso nya, namun tiba-tiba Yashvir muncul.

"Va, siapin gue baksonya dong. Laper banget, gue mau makan habis ini." ujar Yashvir sembari menatap Yeva yang tengah lahap memakan bakso itu dan membuatnya semakin ngiler.

Yeva berdiri dan meletakkan sendok garpu dengan agak keras hingga menimbulkan suara dentingan, "Ambil sendiri!!" ujarnya dengan nada tak enak dan beranjak masuk ke kamarnya.

Yashvir mengerutkan keningnya, "Lah kenapa deh tuh bocah? Kok marah? PMS kali ya?" tanyanya entah pada siapa.

Kemudian Yashvir pun segera mengambil semangkuk bakso dan melahapnya. Ternyata rasanya sangat enak. Yeva berbakat juga dalam hal memasak. Yashvir mengapresiasi ini.

*****

Pagi harinya, Yeva telah siap dengan pakaian rapinya juga jas putih yang ia sampirkan di tangannya. Ia keluar dari kamarnya dan melihat Yashvir yang tengah memanasi bakso.

"Mau kemana lo? Rapi amat?" tanya Yashvir.

"RS." balas Yeva singkat.

Yashvir terdiam sembari berpikir, "Masih kurang 3 hari nggak sih liburnya? Ngapain ke RS?" tanyanya.

"Gue masuk duluan."

"Kok lo nggak izin gue? Kata Papa, istri kalo kemana-mana wajib izin sama suaminya. Jangan lupa kalo kita udah suami istri ya, Va."

"Lo kemarin aja pergi nggak izin sama gue kan?" balas Yeva tak mau kalah. "Nggak cuma istri yang perlu izin, tapi suami juga!"

"Kan kemarin gue bilang ada urusan sebentar."

Yeva melipat tangannya di depan dada, "Urusan sama cewek lain, iya?" tanyanya tepat sasaran.

Yashvir mengerutkan kening, "Maksud lo apa sih, Va?"

"Jangan lo kira gue nggak tahu kalo lo kemarin dari tempat Arynta ya!"

Yashvir terkejut, namun ia sebisa mungkin untuk mengatur raut mukanya. Kemudian ia tertawa kecil, "Lo kenapa? Cemburu?" tanyanya bercanda.

Yeva menabok lengan Yashvir cukup kuat hingga sang empu meringis kesakitan.

"Ini bukan soal cemburu, Yash! Gue nggak mau bikin masalah sama keluarga gue maupun keluarga lo. Dengan lo jalan sama cewek lain di belakang gue, kalo ketahuan salah satu keluarga kita lo mau gimana, hah?!"

Yashvir terkekeh, kemudian ia menoel lengan Yeva, "Tinggal bilang cemburu susah amat sih," Ia malah semakin menggoda Yeva.

Yeva berdecak, "Terserah lo. Gue berangkat, bye!" ujarnya.

"Eh tunggu!" ujar Yashvir sembari mematikan kompor dan segera mengejar Yeva.

Yashvir menahan lengan Yeva, "Gue antar." ujarnya.

"Nggak perlu. Gue bisa nyetir." balas Yeva ketus.

"Mobil lo diparkir di belakang mobil gue. Gue nggak mau majuin mobil, jadi lo nggak boleh pergi. You only have two choices, doctor!"

"Shit!" umpat Yeva.

"Your mouth! Remember the punishment, Yeva!"

Yeva menghela napas, "Iya iya! Yaudah anterin gue." putusnya.

Yashvir tersenyum penuh kemenangan, "Gitu dong nurut sama suami." ujarnya.

*****

Pukul 3 sore, Yeva sudah pulang dinasnya, namun ia tak langsung pulang karena ia sudah ada janji dengan Xanne dan juga Shadira untuk ke cafe terlebih dahulu. Yeva sudah memberikan kabar pada suaminya. Awalnya Yashvir tak memberi izin, namun setelah dibujuk oleh Yeva dan diancam sedikit akhirnya Yashvir mengizinkan.

It's (Y)ouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang