17 - Gagal Liburan

16 2 0
                                    

"Gimana, Dok, kondisi istri saya dan bayinya?" tanya Yashvir dengan nada panik saat dokter telah selesai memeriksa Yeva.

"Kondisi ibu dan bayinya saat ini baik-baik saja. Bayi nya kuat kok. Tapi mohon dijaga kondisi ibunya ya, Pak, jangan biarin dia banyak pikiran, jangan stress, jangan capek-capek dan jangan dibolehin buat lari-larian lagi." ujar Dokter menjelaskan.

"Tapi tadi kenapa dia sampai kesakitan begitu ya, Dok?" tanya Yashvir lagi.

Dokter itu tersenyum, "Nggak papa itu wajar. Ibu hamil kalo mengalami benturan apalagi kasusnya lari-lari terus jatuh pasti merasakan sakit di perutnya. Tapi syukurlah benturannya tadi tidak keras, jadi bayinya baik-baik saja." ujarnya. "Ada yang ditanyakan lagi, Pak?" tanyanya lagi.

"Tidak, Dok. Terima kasih."

"Sama-sama. Ibu Yeva bisa pulang kalau cairan infusnya habis ya, Pak." ujar Dokter lagi.

"Baik, Dokter."

Setelah kepergian Dokter, Yashvir menghampiri Yeva. Perempuan itu masih diam, wajahnya sedikit pucat dan ekspresinya menunjukkan masih sangat kesal pada Yashvir.

"Va, aku kan udah bilang jangan lari-larian. Kasian anak ki—"

"Aku mau pulang ke Jakarta." potong Yeva cepat.

Yashvir mengerutkan keningnya, "Kamu ngomong apa sih? Iya 2 hari lagi kita pulang ke Jakarta."

"Aku mau malam ini juga, Yashvir! Aku nggak sudi ya nginep di hotel punya mantan kamu itu!" sinis Yeva.

Yashvir memejamkan matanya dan menarik napas dalam untuk meredakan amarahnya. "Va, aku bahkan nggak tahu itu hotel punya bokapnya Mil—"

"BOHONG! KAMU PASTI BOHONG, YASHVIR!" ujar Yeva sedikit berteriak. "Kamu pasti tahu kan disini juga lagi ada Millie makanya kamu tiba-tiba banget ajak aku kesini?!" lanjutnya.

"Va, aku nggak pernah mikir kaya gitu ya. Millie emang mantan aku tapi nggak semua tentang dia aku tahu termasuk tentang hotel itu."

"Aku mau pulang hari ini pokoknya."

Yashvir tersulut emosi, namun lagi-lagi ia menarik napas dalam dan menenangkan pikirannya sendiri agar tak kelepasan membentak Yeva.

"Va, jangan egois. Dokter tadi bilang kamu nggak boleh capek. Sedangkan kita baru tadi pagi datang kesini. Aku niat ajak kamu kesini buat jalan-jalan dan refreshing bukan buat berantem kaya gini." ujar Yashvir se-pelan mungkin.

"Tapi nyatanya kamu yang ajak berantem!" balas Yeva.

"Oke, kita pindah hotel malam ini juga." putus Yashvir.

"Aku mau pulang ke Jakarta, kamu denger nggak sih?!" kesal Yeva.

"Kamu egois ya, Va? Kamu sampai masuk rumah sakit kaya gini nggak kasian sama anak kita? Alhamdulillah dia kuat, kalo kamu maksa pulang ke Jakarta sekarang nggak menutup kemungkinan kamu kecapekan dan masuk RS lagi. Kamu mau?!" Yashvir terus berusaha mengatur nada bicaranya agar tidak menyakiti hati Yeva. Namun lama-lama ia gemas sendiri karena Yeva yang terus menerus menentangnya. "Sekarang yang kamu pikirin jangan diri sendiri aja. Kamu boleh marah sama aku, terserah. Tapi pikirin anaknya." ujarnya lagi.

Yeva menangis, ia melirik perutnya kembali dan mengusap lembut disana. "Maafin Mama ya, Nak. Maafin Mama." ujarnya pada calon anaknya.

"Aawhhhh!!" Yeva merintih kesakitan lagi karena perutnya yang sedikit kram.

Yashvir teringat bahwa Mamanya pernah bilang kalo bayi bisa denger kalo orang tuanya sedang berantem. Mereka bisa merasakan dan ikut mendengar. Maka jika ibunya sedih atau marah bahkan emosi, bayi pun bisa memberikan respon.

It's (Y)ouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang