Hasrat

69 10 2
                                    

Setelah pertandingan selesai aku lalu pulang bersama Jesan. Dia mengatakan ingin menghabiskan waktu lebih lama bersamaku di rumahnya. Ia kesepian. Selama perjalanan pulang Jesan sering sekali mengelus-elus pahaku dengan gerakan yang menggairahkan. Apa maksudnya.

Hingga ketika kami sampai dirumahnya, tanpa malu Jesan langsung memelukku dari belakang sehabis menutup pintu dan kami berjalan dengan posisi itu ke kamar Jesan. Setibanya di kamar Jesan aku langsung diciumnya, aku menghindar karena geli. Namun Jesan terus mengecup permukaan wajahku bahkan hingga ke leher.

Dibaringkannya aku di kasurnya yang sedikit berantakan, lalu ia mulai menenggelamkan wajahnya pada leherku. Ada apa dengan Jesan hari ini, apakah karena terlalu senang akibat kemenangannya. Atau ada alasan yang lain.

Kalung hitam yang nampak di leher Jesan segera ku lepaskan, Jesan tak bertanya namun ia hanya menatapku dan tak protes. Ketika hendak kembali mengecup perpotongan leherku, kutangkup wajahnya dengan kedua tanganku.

"Kenapa?" Tanyaku pelan. Dia tak menjawab. Namun perlahan ia tegak bertumpu dengan lututnya di atas kasur. Memperlihatkan celana pendek futsalnya yang kini menggembung di bagian selangkangan. Dia menyeringai sebelum kembali merapatkan tubuhnya denganku.

Ada desiran menyenangkan yang terasa di hatiku entah mengapa. Diikuti gelombang panas yang aku yakin kini memerahkan pipiku.

"Tiba-tiba saya jadi ga bisa kontrol nafsu. Apalagi lihat paha kamu. Kenapa celananya pendek banget hm?" Jesan berkata sambil mengecup-ngecup kecil bibirku. Tangannya menjalar merambati pahaku. Menelusup di balik celana. Aku merasakan geli. Apa mau pria ini? Aku belum mempersiapkan apa-apa.

"Mau ngelakuin itu sekarang?" Tawarku, sejujurnya aku juga mulai terangsang dengan melihatnya berpakaian futsal lengkap seperti ini. Rambutnya yang belum kering dari keringan dan mata sayu nya, jangan lupakan aroma maskulin yang membangkitkan gairah. Aku hanyalah manusia biasa.

"Boleh? Kamu mau?" Tanyanya sambil terduduk. Aku mengangguk. Dan Jesan segera akan kembali menerkam ku.

"Tunggu gua bersih-bersih dulu." Pintaku. Ia menatap mataku lama sebelum akhirnya mengangguk dan mempersilahkan aku untuk pergi. Aku hendaknya mempersiapkan semua yang kumiliki.

Setelah membersihkan diri aku kembali ke kamar Jesan dengan masih berpakaian lengkap. Ia telah menungguku, berdiri. Segera ia mendekat lalu memelukku dengan mesra, tangannya melingkar di pinggulku. Bibirnya lalu mulai melancarkan aksi berpangutan.

Berbekal dengan video-video kotor yang pernah kulihat, ku praktekkan itu semua pada Jesan. Menghisap bibir penuhnya dan bergantian lidah kami memasuki mulut masing-masing. Pengalaman malam itu adalah yang pertama bagiku, dan kali ini Jesan kembali melakukan itu dengan lebih baik.

Tangannya lalu turun meremas buah pantatku. Aku melenguh merasakan tangannya yang menyelinap masuk ke dalam celana pendekku. Lalu ciuman kami terhenti karena Jesan mulai menggerayangi leherku, menghisapnya bahkan ia gigit. Aku tau dia membuat tanda di sana.

Hingga aku di tidurkan, Jesan kemudian lebih leluasa. Di tatapnya aku dengan pandangan bernafsu, nafasnya membaru. Kemudian kembali ia daratkan bibirnya pada leherku. Tangannya menyingkap Jersey Ku hingga menampilkan seluruh bagian atasku. Mulutnya tanpa ragu langsung melumat putingku sesekali ia gigit.

"Aah Jesan!!" Desahku tak sanggup menahan kenikmatan yang menjalar ke seluruh tubuh. Kupegang kepalanya, sesekali meremasi rambut pendeknya menyalurkan kenikmatan. Mulutnya begitu liar menghisap kedua putingku bergantian. Diselingi dengan menghisap kuat area dadaku guna meninggalkan jejak.

Sedangkan di bawah sana selangkangannya yang keras ia gesekkan di pahaku. Sambil tangannya mengelus-elus kejantananku. Aku benar-benar dinikmati.

"Jesaanh, jangan digigit ah." Desahku saat ia menggigit putingku. Lalu mulutnya turun mengecupi perutku sebelum akhirnya ia tegak melepaskan bajunya. Otot-otot muda yang mempesona. Aku ikut menegakkan diri, melumat bibirnya dengan rakus kemudian turun ke lehernya demi melakukan hal yang sama. Membuat tanda.

Izinkan Aku Menciummu Sekali Lagi Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang