Kapal akan segera berlayar
Keceriaan Tiko masih terbawa bahkan sampai kami meninggalkan Bazzar. Ia terus menceritakan keindahan yang dilihatnya ketika berada di udara, Saya suka melihat Tiko yang senang begini.
Melewati jalanan dengan menggunakan motor trail di siang hari yang amat murung membuat saya kedinginan, Tiko dibelakang sekiranya juga merasakan hal yang sama, berkali-kali ia menarik celana pendeknya agar dapat menutupi kakinya lebih banyak. Langit semakin mendung dan angin kencang tak pandang bulu menerpa dari mana saja.
Saya kembalikan motor tanpa spion itu ke persewaan, melanjutkan jalan-jalannya dengan benar-benar jalan menggunakan kaki. Dari tempat persewaan kami berjalan ke kawasan lapangan olahraga dekat kampus. Cukup jauh, namun beruntungnya cuaca tidak panas. Tiko sering termenung selama berjalan, saya memperhatikan dengan jelas bagaimana mata coklat dibalik kacamata itu larut dalam sesuatu yang nampak rumit.
Sekelebat sendu menyelimuti Tiko, keceriaannya seakan hilang ketika kami berjalan kaki. Pikiran saya menerka alasan-alasan dibalik kesenduan itu, apakah Tiko letih berjalan kaki? Atau bosan? Atau teringat kerjaan? Saya terus-terusan memikirkannya.
Sepanjang jalan, kami tak saling bercakap, rasanya aneh. Ketika langkah-langkah kami menjadi suara yang mengalun bersahut-sahutan sedang bibir kami terkatup rapat-rapat. Hingga kami sampai di jalan pinggir lapangan, disini lebih berangin. Pohon-pohon dengan batang tinggi menggugurkan daun-daunnya yang masih hijau, saya perhatikan lagi Tiko yang masih saja diam larut memikirkan sesuatu.
Saya mendekatinya, hingga rapat betul. Tiko sedikit tersentak ketika lengan saya bersentuhan dengan lengannya. Tatapan heran bercampur kaget saya dapatkan.
"Ada apa?" Saya tak tahan untuk bertanya. Suara rendah dan pelan itu saya ucapkan dengan tajam. Namun Tiko hanya menggeleng saja sambil menatap daun-daun gugur.
"Habis ini kita pake motor lagi. Saya pikir kamu masih suka jalan kaki." Kata saya dengan pandangan tajam menyoroti Tiko, ia menikmati daun-daun yang dibawa angin itu. Dan setelah saya berkata demikian, ia mengerutkan alis mencerna maksud ucapan saya. Sebelum matanya melebar menoleh.
"Gua masih suka jalan," katanya dengan senyum meyakinkan. Saya ingin menyanggah ucapannya dengan bertanya mengenai alasan dibalik kesenduan nya, namun Tiko cepat-cepat mengalihkan topik pembicaraan.
"Itu kayanya ada pertunjukan." Tuturnya dengan mata menyipit menatap ke arah lapangan, tak jauh dari temat kami. Di sana orang-orang berkerumun menyaksikan dua orang yang sedang duduk di bangku kayu, salah seorangnya memangku gitar.
"Pertunjukan Musik." Tebak saya asal.
"Nonton bentar ayo." Ajaknya, matanya yang cerlang itu memancarkan keinginan yang kuat, dan saya tak suka ketika Tiko menanyakan keinginannya pada saya. Kami membelokkan jalur perjalanan menuju kerumunan itu, kerumunan yang terkendali.
"Hari ini kemanapun kamu mau pergi atau apapun yang mau kamu lakuin saya bakal ikut. Saya ngerasa asing kalo kamu nanya terus ke saya soal keinginanmu." Saya menjelaskan sungguh-sungguh sambil menatap Tiko dengan senyuman, sebentar saja. Selanjutnya saya fokus ke depan, kearah kerumunan.
Saya sempat mengira Tiko tersinggung akan ucapan saya lantaran ia yang diam-diam saja dalam waktu lama, hingga kami bergabung ke kerumunan. Namun segera anggapan saya itu terbantahkan ketika Tiko mulai berbincang lagi dengan saya.
"Itu dua musisi yang gua sering lihat pertunjukan mereka di YouTube. Ga nyangka bisa lihat langsung kaya gini." Kekaguman membayang kuat di kilatan sorot mata Tiko, ia tajam menyaksikan.
Kerumunan yang terkendali ini diam berdiri, fokus menyaksikan dua orang musisi yang sedang berbincang ringan. Seorang wanita muda dengan pria gondrong pemain gitar yang saya tebak merupakan seorang mahasiswa tampak menarik, orang-orang khusyuk mendengarkan si wanita yang sedang membicarakan soal makna personal lagu yang sebentar lagi akan mereka mainkan.
![](https://img.wattpad.com/cover/359858606-288-k590759.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Izinkan Aku Menciummu Sekali Lagi
Ficção GeralTak ada yang perlu di perdebatkan lagi. Bahwa cinta itu melahirkan kedunguan, menciptakan khayalan dan membawa penyesalan. Bergelung sendu di putik-putik mawar Tetes jernihnya beringsut tawar Mengguyur lembut dara berkasih Cipta siasat, hasrat tersi...