Rutinitas baru mulai terbentuk dalam hidupku, sekarang lebih banyak waktu yang ku habiskan bersama Jesan. Di sekolah, kami sering ke kantin bersama atau kalau aku sedang malas di keramaian, maka kami akan tidur di perpustakaan bersama.
Selama itu pula aku lebih kenal dengan Jesan. Ia ternyata pria yang penuh perencanaan. Bahkan untuk tiga hari yang akan datang ia sudah jelas mau melakukan apa. Berbeda sekali denganku, aku bahkan tak tau apa yang akan aku lakukan dua jam yang akan datang. Dari Jesan aku sekarang mulai mengatur perencanaan bahkan untuk hal-hal yang kecil.
Hari ini sekolah diliburkan karena perbaikan jalan di sepanjang sekolah. Kami tak dapat masuk karena jalan masih basah, dari informasi yang dikabarkan, kami berlibur selama 2 hari. Untuk menjalani hari yang produktif, aku telah merencanakan apa-apa saja yang akan ku lakukan dari pagi hingga sore. Tak ada Jesan satupun di rencanaku, karena dia kemaren baru selesai bertanding futsal. ku pikir ia masih capek. Akan ku biarkan dia beristirahat.
Pagi hari, aku memulai dengan berkebun di belakang rumah. Ada buah naga yang ditanam Mama di sana, di sudut halaman belakang. Sudah besar-besar, bahkan menjuntai keluar pekarangan. Untuk batang yang panjang keberatan oleh buah-buah naga yang mulai besar, ku pasangkan galah menyangga.
Kemudian daun pandan yang pangkalnya sudah layu ku bersihkan dan sisanya ku rapikan. Di dalam pot-pot juga banyak tanaman, entah kapan Mama menanam ini semua. Aku menyiraminya. Lalu di sudut yang lain cabai dan tomat tumbuh subur, melihat rumput mulai tumbuh, aku pun mencabutnya untuk kemudian tanahnya ku gemburkan. Itulah kesibukanku di pagi hingga siang hari.
Aku beristirahat setelah sholat berjamaah dengan Mama. Memakan puding buah naga yang lembut. Sendirian di teras depan rumah. Meski panas, angin sepoi-sepoi tetap dapat kurasakan. Segar sekali.
Andre lalu tampak di luar pagar, berjalan melihatku dengan tangan melambai. Aku tersenyum, ia berjalan melewati pagar, dari tempatku, hanya dada keatas saja yang terlihat, lalu ia masuk dan kelihatan lah keresek berwarna hitam ia jinjing. Andre duduk di kursi sebelahku. Kresek yang dibawanya ia gantung di samping kursi. Aku lalu ke dapur mengambilkan puding untuknya.
"Panas ya," ucap Andre sembari mulutnya mengunyah puding. Aku mengangguk. Kresek itu ternyata berisi eskrim.
"Nanti pasti tiba-tiba hujan kaya kemarin." Sahutku. Eskrim yang dibawa Andre dalam kresek kini ku nikmati.
"Gimana lo sama Jesan?" Andre bertanya tanpa menatapku.
"Ya gitu." Jawabku sekenanya.
"Baik ya?" Aku mengangguk sambil tersenyum.
Andre menyuap lagi puding ke mulutnya, "tapi di sekolah anak-anak angkatan kita bahkan di angkatan kelas 11 ngiranya kalian temen deket. Bahkan ada juga yang bilang kalian sepupuan. Gua cuman ketawa aja dengerin mereka." Aku mendelik penasaran.
"Kami digosipin?" Tanyaku. Andre menjawab dengan tidak yakin "Ya," aku tak percaya, benarkah?
"Wah terkenal juga ya gua." Aku bertutur sambil tersenyum memikirkan bagaimana orang-orang menggosipkan ku.
"Si Jesan itu banyak fansnya." Andre berkata dengan suara sinis. Sepertinya ia tak suka aku menyebut diri terkenal, dasar pendengki. Aku jadi khawatir gosip-gosip itu akan menciptakan ketidak nyamanan di antara kami. Terlebih dari sisi Jesan.
"Hati-hati ntar ketahuan." Ucap Andre pelan. Aku tau maksudnya.
"Iya, gua hati-hati." Aku meletakkan stik eskrim di dalam bungkus plastik. Lalu membuangnya ke tempat sampah keranjang samping tempat duduk.
"Susah ntar kalo orang-orang mulai curiga." Sambung Andre. Aku menatapnya dengan pandangan meyakinkan. Aku tak suka kalau Andre meragukan keputusanku begini.

KAMU SEDANG MEMBACA
Izinkan Aku Menciummu Sekali Lagi
Ficção GeralTak ada yang perlu di perdebatkan lagi. Bahwa cinta itu melahirkan kedunguan, menciptakan khayalan dan membawa penyesalan. Bergelung sendu di putik-putik mawar Tetes jernihnya beringsut tawar Mengguyur lembut dara berkasih Cipta siasat, hasrat tersi...