Jesan menjemput ku ketika hampir sore. Dengan bersetelan kaos abu-abu yang pas di badannya dan celana pendek di bawah lutut. Aku yang kebetulan juga mengenakkan kaos dan celana pendek berlari antusias ke arahnya.
"Kamu niru style saya." Ucap Jesan sambil tersenyum menatapku dari atas ke bawah. Aku terkekeh menghinanya.
"Style apanya, pakaian rumah doang juga." Aku naik ke atas motor, rapat-rapat ke Jesan.
"Tapi kamu aneh pake pakaian kaya gitu." Aku yang tengah membenarkan tempat dudukku langsung memfokuskan diri pada ucapan Jesan. Dengan cepat ku perhatikan pakaian yang ku kenakan, tak jelek, masih layak pakai.
"Aneh gimana?" Tanyaku, kekesalan tak dapat terhindar dari nada perkataanku.
"Aneh, kaya apa ya. Lebih..." Kulihat dari spion Jesan berpikir dengan senyum miringnya. Aku menunggu dengan penasaran.
"Lebih apa?" Tanyaku ketika Jesan tak juga bersuara.
"Lebih lucu." Ucapnya sambil menatapku dari spion, ia tersenyum menggodaku. Seketika ada sesuatu dalam diriku yang terasa panas, naik hingga ke pipiku. Bercampur dengan geli di perutku antara salah tingkah dengan mual karena ucapan receh Jesan.
"Muka kamu merah," Jesan tertawa puas melihatku. Ia menghidupkan motornya.
Aku ikut tersenyum sambil menepuk pundak Jesan, isyarat agar segera pergi.
Kami segera berangkat menuju kolam renang yang cukup jauh dari rumahku. Jesan sesekali masih tertawa sambil melihatku dari spion, berkali-kali ku naikkan alisku bertanya kenap ia tertawa namun Jesan langsung mengalihkan pandangan dengan senyum yang tersisa. Aneh sekali anak ini.
"Tumben ngajakin gua." Kataku, ini pertama kalinya Jesan mengajakku untuk pergi berdua ke kolam renang. Biasanya ia juga sering ke kolam renang namun selalu mengajak teman-temannya, enggan bila bersamaku.
"Ga mau?" Tanyanya.
"Ya mau. Tapi aneh aja. Lo ga pernah ngajak gua berenang sebelumnya." Ucapku cukup kencang.
"Suka berenang?" Tanya Jesan lagi. Aku terdiam sejenak memikirkan seberapa sering aku berenang.
"Engga juga. Berenang kalo lagi pengen aja." Jawabku. Jesan menganggukkan kepalanya, seterusnya kami hanya terdiam.
Kami tiba di kolam renang. Setelah membayar uang masuk, aku berlari kecil masuk dan langsung mencelupkan kaki ke dalam air. Sedangkan Jesan ia langsung membuka baju dan celananya. Menyisakan boxer ketat yang membalut selangkangannya. Aku menelan ludah.
Jesan terlihat sangat jantan. Bagaikan slow motion, Jesan yang sedang berlari hendak terjun ke kolam begitu sexy di mataku. Bagaimana otot-otot ditubuhnya mengkilat. Dadanya bidang, lengannya berotot dan perutnya samar-samar terbentuk kotak-kotak. Pahanya juga penuh otot. Tubuhnya kencang dengan otot remaja, tak heran lagi, dia kan suka olahraga.
Dan tak bisa ku pungkiri bahwa selangkangannya adalah suatu keniscayaan bagi mataku untuk melihat. Tampak menggunung besar tak begitu jelas karena warna boxernya hitam.
Mungkin karena kondisi kolam yang hanya ada dua orang pengunjung lain selain kami dia jadi berani begitu.
Suara air yang bercipratan karena Jesan terjun ke dalamnya cukup kencang. Dekat denganku sehingga percikan air mampu menggapai kulitku menjadikan baju dan celanaku sedikit basah. Aku langsung berdiri. Jesan yang tampak menikmati air kolam sambil berenang membuatku ingin segera menceburkan diri.
Di tempat Jesan tadi membuka pakaiannya, aku melakukan hal yang sama. Melepas kaos merahku dan juga celana di bawah lutut menyisakan celana pendek di atas lutut. Tubuhku tak besar, tak banyak ototnya layaknya tubuh Jesan. Namun ada otot-otot samar hasil olahraga ketika aku masih kelas 11-belum sibuk belajar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Izinkan Aku Menciummu Sekali Lagi
Ficção GeralTak ada yang perlu di perdebatkan lagi. Bahwa cinta itu melahirkan kedunguan, menciptakan khayalan dan membawa penyesalan. Bergelung sendu di putik-putik mawar Tetes jernihnya beringsut tawar Mengguyur lembut dara berkasih Cipta siasat, hasrat tersi...