Aku hari ini berjanji dengan Jesan untuk membawa sepeda ke sekolah. Rencana kami hari ini adalah pergi menuju danau di pinggir kota dengan mengendarai sepeda. Ya, Jesan berubah, dia sering mengajakku melakukan banyak hal yang tak semua bisa ku turuti. Ia juga tak malu untuk bergaul denganku ketika di sekolah. Aku senang.
Ketika bel pulang sekolah berbunyi dengan nyaringnya, aku berlari meninggalkan kelas. Menuju ke parkiran, menghampiri sepedaku di bawah pohon nangka. Ada sepeda Jesan juga di sebelah sepedaku, berwarna hitam sedangkan sepedaku berwarna kuning. Tasku yang berat lalu ku gantung di depan sepeda.
Tak lama Jesan juga telah sampai di bawah pohon nangka. Ketika teman-teman yang lain sibuk keluar dari parkiran dengan motor yang bentukannya beragam, aku dan Jesan keluar dengan sepeda gunung yang sama-sama menenteng tas kami di depan.
Kami langsung pergi dari sekolah melewati jalan yang jarang dilalui, melewati hutan di sebelah barat sekolah. Jalur yang tak panas untuk menuju danau. Hari ini mataharinya terik sekali, untung Jesan tau jalan yang teduh. Kami melewati hutan rindang beriringan. Berdua saja, di jalan aspal yang tak selebar jalanan kota.
"Udah izin sama Mama?" Tanya Jesan, ku menoleh sekilas kepadanya sebelum kembali fokus bersepeda.
"Udah. Katanya kalo pulang nanti sekalian beli bawang putih di pasar kecil dekat danau." Jelasku.
"Pasar kecil dekat danau?" Jesan bertanya memastikan.
"Iya, kata mama bawang putih di sana besar-besar dan baru di panen." Aku sedikit keras berbicara lantaran angin mulai kencang berhembus menerpa. Membuat suaraku terdistraksi.
Untuk beberapa menit kami kembali terdiam memerhatikan pemandangan hutan yang mengkilat-kilat disengat sinar mentari. Jalanan yang kami lalui mulai menanjak, aku sampai berdiri mengayuh sepeda agar kuat. Lalu ketika jalanan sudah datar, di samping kanan, hamparan hutan hijau dengan sisipan warna coklat oranye dari daun-daun yang belum gugur membuatku ternganga sebentar. Memperhatikan keindahan ciptaan tuhan.
Aku berpaling menatap kedepan. Aku tertinggal dari Jesan yang telah berlalu cukup jauh. Ku kejar ia, di depan sana pohon berbatang besar dengan akar-akar menjuntai di antara dahan-dahannya menegaskan kesan mistis.
"Jesan!" Panggilku.
"Hm?" Sahutnya sambil menoleh.
"Lomba yuk siapa yang paling cepat sampe ke pohon beringin itu!" Aku berucap dengan sumringah seraya tangan kananku menunjuk ke arah pohon beringin di depan.
"Jangan." Balas Jesan. Aku mengkerut kan dahi, mendekatkan sepedaku ke arahnya.
"Kenapa?" Tanyaku. Jesan terdiam sejenak sebelum menoleh ke arahku.
"Saya pengen berdua sepedaan kaya gini." Katanya tanpa ragu, suaranya besar. Membuatku terdiam, ku alihkan pandangan enggan menatap Jesan.
"Nanti lama sampainya." Aku membantah keinginannya.
Dengan tenang ia kembali menatapku dengan sorot mata andalannya. "Engga tenang aja." Ucapannya kali ini lebih lembut. Aku hanya mengangguk percaya. Sehingga pohon beringin itu kami lewati bersama. Dalam diam yang menyenangkan aku seolah terkoneksi dengan Jesan.
Hingga ke jalanan yang benar-benar menutupi kami dari sinar matahari, lebat daun-daun pohon yang bersatu antara ranting dengan ranting lainnya. Meski setitik cahaya masih bisa tembus menyoroti kulitku dan Jesan dengan warna kuning. Jalanan juga sudah menyempit karena di pinggirnya telah ditumbuhi rumput liat menjalar dengan bunga-bunga merekah banyak berwarna ungu. Aku lagi-lagi terkesima.
"Cantik ga?" Jesan menanyaiku.
"Cantik."
"Beruntung kamu bisa lihat yang begini di kali pertama ke sini." Ucap Jesan, ia memelankan laju sepedanya. Menyamai kelajuan ku.
![](https://img.wattpad.com/cover/359858606-288-k590759.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Izinkan Aku Menciummu Sekali Lagi
Narrativa generaleTak ada yang perlu di perdebatkan lagi. Bahwa cinta itu melahirkan kedunguan, menciptakan khayalan dan membawa penyesalan. Bergelung sendu di putik-putik mawar Tetes jernihnya beringsut tawar Mengguyur lembut dara berkasih Cipta siasat, hasrat tersi...