01

3.4K 211 14
                                    

Disebuah tempat kolam renang umum kini terdapat banyak sekali siswa siswi murid SMA yang sedang berbaris mendengarkan ucapan guru olahraga yang sedang menjelaskan beberapa aturan dan penilaian yang akan diambil di depan mereka.

Hari ini adalah hari Kamis, hari dimana semua para murid kelas 10 diwajibkan hadir untuk melakukan pengambilan nilai mata pelajaran olahraga, yaitu Renang. Dan jika tidak hadir maka nilai mereka akan kosong dan akan berdampak pada penilaian raport.

"Sekarang kita mulai dari kelas 10 IPA 1."

Sang Guru berteriak cukup keras dan mulai memanggil satu persatu nama murid sesuai absen dan menilai gerakan renang para muridnya. Sedangkan yang belum dipanggil dipersilahkan menepi untuk menunggu gilirannya dipanggil.

Sedangkan di pojok kolam renang terdapat segerombolan murid laki-laki yang bercengkrama sambil memperhatikan dan sedikit menggoda para murid perempuan yang sedang bersiap menunggu gilirannya.

"Tiara sexy njir.." Ucap salah satu diantaranya.

"Mona juga, liat gunung kembarnya, menggoda cuy." Sahut yang lainnya.

"Nora juga, coba aja dia pacar gue. Ughh gak bosen gue ngeliatnya."

"Tapi si tomboy itu lebih menggoda, liat bentuk tubuhnya, walaupun dia tomboy tapi tubuhnya sexy."

Stt stt

Para siswi yang sedang berbaris langsung menoleh ketika mendengar siulan tersebut yang membuat mereka tersipu malu.

Dan ada salah satu diantara kumpulan para siswa disana yang sedari tadi hanya diam karena merasakan perasaan yang tidak enak, tapi dia masih dapat mendengarkan celotehan teman-temannya dan hanya bisa geleng-geleng kepala ketika mendengarkan ucapan cabul mereka. Dia tau jika semua teman-temannya ini memiliki pikiran yang semuanya berbau hal dewasa dan kotor, liat yang sexy sedikit saja langsung melek dan tergoda, bahkan yang lebih parahnya aset mereka bisa langsung berdiri.

"Gavalo Mahesa, siap-siap." Sang empunya nama langsung beranjak dari tempat duduknya ketika mendengar teriakan sang Guru yang memanggil namanya, dia adalah siswa yang tadi memiliki firasat yang tidak enak, berjalan menghampiri sang guru yang sedang fokus ke buku absennya.

"Semangat Bro!" Beberapa teriakan itu membuat Gava menoleh, mengacungkan jempolnya kepada teman-temannya yang memberinya semangat.

"Kamu di ujung sana Gava."

"Siap Pak."

Gava segera berlalu menuju tempat paling ujung sesuai perintah sang guru, menaiki tempat untuk melompat ke dalam kolam bersama beberapa murid yang akan berenang bersamanya ditempatnya masing-masing.

Pritt~

Bunyi pluit terdengar yang membuat mereka yang sudah bersiap langsung melompat menceburkan dirinya ke kolam renang, begitupula dengan Gava.

Tapi sepertinya Gava salah dalam melompat karena dadanya sangat terasa sakit ketika bersentuhan dengan air kolam, bahkan kedua kakinya tiba-tiba menjadi keram yang membuatnya langsung panik dan berusaha untuk berenang ke atas permukaan. Karena memang kolam yang saat ini digunakan untuk pengambilan nilai khusus laki-laki memiliki kedalaman sekitar 1.80 meter, tidak sebanding dengan tingginya yang hanya 170 cm.

Gava terus berusaha berenang tapi entah kenapa tiba-tiba tubuhnya menjadi lemas karena memang sedari tadi dia merasa panik sambil terus berenang tak beraturan yang menyebabkannya menelan banyak sekali air kolam, pandangannya juga menjadi kabur dan hanya bisa pasrah menanti siapapun yang menolongnya. Disaat dia sudah mulai menyerah tiba-tiba muncullah guru olahraganya yang berenang untuk menggapai tubuhnya yang secara perlahan mulai tenggelam ke dasar kolam.

Dalam hati Gava merutuki gurunya itu karena kenapa tidak sedari tadi menolongnya, kenapa harus menunggu dirinya berjuang dulu hingga kini tubuhnya menjadi tidak berdaya.

Apakah semua orang diatas sana termasuk gurunya menganggap jika dirinya sedang bercanda karena tenggelam? Yahh Gava menganggap mereka semua berpikir seperti itu, karena Gava memang di kenal sangat jago sekali dalam urusan berenang, bahkan satu bulan yang lalu dia menjadi perwakilan sekolahnya dalam ajang olahraga nasional antar sekolah se-Kota Tanggerang cabang olahraga renang, dan mensabet gelar juara 3, bukankah itu sudah termasuk prestasi.

Perlahan tapi pasti mata yang terlihat tajam dengan tatapan sayu itu tertutup sambil tangannya terus terulur untuk menggapai tangan gurunya yang mengarah kepadanya, tubuhnya juga semakin lemas hingga akhirnya sang guru berhasil menggapai tubuhnya.

"UWAHHH!"

Gava terbangun dari tidurnya dengan heboh hingga terjatuh dari bangku yang menjadi tempat tidurnya.

"Lah? Taman anjir." Bingungnya ketika melihat sekitar yang terlihat seperti taman, "Perasaan tadi di kolam renang dah?" Gumamnya semakin bingung. Dia merasa jika apa yang baru saja dia alami sangatlah nyata, tapi sepertinya itu hanyalah mimpi.

"Sialan ahh, mimpinya kaya nyata. Kan, gue jadi trauma berenang." Kesalnya saat kembali mengingat mimpinya barusan sambil mendudukkan dirinya di bangku taman, dia juga mengedarkan pandangan untuk melihat sekitar yang sangat sepi dan gelap.

"Jam berapa sekarang eyy." Ucapnya sambil meraba tubuhnya untuk mencari ponsel miliknya, tak menemukannya membuatnya beralih mengambil tas yang tergeletak di bangku sisi kirinya dan mulai menggeledahnya.

Tunggu!?

Ada yang aneh!

Gava merasa aneh dengan tasnya yang berbeda seperti biasanya, tas itu berwarna hitam, sedangkan miliknya berwarna ungu.

Yap ungu. Gava memang menyukai warna yang identik dengan warna janda itu. Entah kenapa dia menyukai warna tersebut, dia hanya merasa jika warna itu begitu cerah dan membangkitkan semangat dalam dirinya.

"Heh!!" Gava kaget sampai berdiri ketika dia melihat jika seragam yang di gunakannya juga berbeda dengan yang biasa dia pakai saat sekolah. Seragam yang saat ini dia gunakan terlihat mewah karena menggunakan rompi warna abu dan juga celana berwarna hitam. Sedangkan seragam yang biasa dia gunakan hanyalah seragam SMA pada umumnya, yaitu putih abu-abu.

"Ini gue kenapa sih? Kok jadi ngerasa aneh gini."

Herannya saat merasa bentuk tubuhnya juga terasa berbeda. Tubuhnya saat ini memiliki dada yang cukup bidang dan juga bentuk tubuh yang begitu bagus ketika baru menyadari saat kembali meraba tubuhnya sendiri. Bahkan dia dapat merasakan jika tubuhnya ini memiliki sixpack yang dulu sangat dia idam-idamkan. Karena tubuhnya yang dulu begitu sangat kurus kering kerontang seperti kekurangan gizi, tidak mempunyai pack diperutnya ataupun bisep di lengannya.

"Anjir aneh. Gue ini siapa sebenernya? Ini bukan gue." Gumamnya tidak percaya dengan apa yang terjadi kepada dirinya saat ini.

Berusaha untuk tenang akhirnya Gava kembali menggeledah tasnya untuk mencari sebuah ponsel, saat menemukannya dia langsung memeriksanya.

Dia juga melihat jam yang ternyata sudah menunjukkan pukul 9 malam, lalu membuka aplikasi kamera untuk melihat wajahnya saat ini.

"ANJIR INI SIAPA!!" Gava yang sadar sudah berteriak sangat keras langsung menutup mulutnya, melihat sekitar yang untungnya sepi, jika ramai maka orang akan berpikir jika dirinya saat ini gila karena berteriak malam-malam.

"Sumpah ini siapa woii! Ini beneran gue? Kok bisa?" Gava bertanya-tanya sambil terus melihat pantulan gambar di kamera depan ponselnya.

"Ini gue kenapa beda gini, apa maksudnya sih? Gue gak ngerti anjing!!"

Panik dan kesal, itulah yang Gava rasakan saat ini. Dia merasa tidak mengerti dengan apa yang terjadi kepadanya saat ini. Wajahnya berbeda dengan dirinya, ini bukanlah dirinya. Tapi siapa?, Pikirnya.

"Gue harus gimana ini. Gue gak tau ini gua lagi di raganya siapa woii." Ucapnya semakin panik sambil menatap sekitar dan mengusak rambutnya dengan kasar karena frustasi.

"Akhh sialan masa iya gua transmigrasi!!"

-TBC-

Mau lanjut?

PressureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang