Gava menatap sekitar dengan bingung karena tidak tau sedang berada dimana dia sekarang, terlebih dengan pakaiannya kini yang berubah menjadi serba putih.
"Apa ini di surga?" Tanyanya sambil menggaruk kepala, lalu dia memutar tubuhnya dan terkejut dengan apa yang dia lihat di hadapannya saat ini.
"Beneran di surga woii!! Akhirnya gue berhasil mati dan masuk surga yeayy."
Gava bersorak dengan girang dan berjingkrak-jingkrak saking bahagianya karena ternyata keinginannya untuk mati akhirnya bisa terwujud.
Kenapa Gava berpikir kini dia sedang berada di surga? Itu karena pemandangan yang dia lihat saat ini, karena tepat didepan sana terdapat gunung dan juga air terjun yang mengalir langsung ke danau yang sangat luas, taman bunga yang tak kalah luas dengan berbagai macam jenisnya dan juga berbagai macam pohon yang tumbuh di sekitar menambah kesan yang sangat sejuk.
Akhirnya Gava memilih untuk berlari kecil menuju danau, duduk di pinggirannya dan menikmati pemandangan yang tersaji dihadapannya, tatapannya juga tertuju kepada satu-satunya burung merpati yang kini sedang singgah di batu ditengah danau untuk meminum air.
"Tempatnya indah banget ya Kak."
Gava yang sedang fokus langsung tersentak dan reflek menoleh ketika mendengar suara cempreng Anak kecil.
"Lo siapa?" Tanyanya sedikit terkejut ketika melihat sosok Anak kecil kisaran 3 tahun dengan pakaiannya berwarna putih yang senanda dengan dirinya sedang menatap kepadanya.
Tangan yang lebih kecil langsung terulur untuk memperkenalkan diri, "Kenalin Kak, aku Kava."
Gava terdiam, menatap lekat wajah si kecil dan memperhatikan setiap detail bentuk wajahnya karena merasa tidak asing, saat mengingatnya dia langsung melebarkan matanya dan reflek memundurkan tubuhnya.
"Kavanda Hermosa?" Tanyanya tidak yakin, tapi anggukan yang diberikan Anak dihadapannya membuat Gava menatapnya semakin tidak percaya.
"Kakak tidak ingin menjabat tangan aku?" Pertanyaan itu terdengar seperti rengekan yang membuat Gava tanpa pikir panjang langsung menyambutnya.
"Gue Gavalo Mahesa."
"Salam kenal Kak."
"Sial, senyumnya indah banget." Gava membatin karena kagum dengan senyuman yang diperlihatkan oleh Kava kecil yang begitu sangat indah, bahkan jika diperhatikan lebih teliti nyatanya Kava kecil terlihat sangat menggemaskan. Pipi gembulnya yang dihiasi warna merah, bibir tipisnya yang juga berwarna merah, tak lupa matanya yang sangat indah. Sangat cantik walaupun sebenarnya Kava adalah seorang laki-laki.
"Kenapa Kakak ada disini?" Si kecil membuka suara sambil mendudukkan dirinya dan merapatkan tubuhnya dengan Gava.
Sejenak Gava melirik kebawah untuk melihat gerak-gerik yang ditunjukan Anak tersebut, lalu tersenyum karena merasa lucu dengan tingkahnya yang kini sedang menyenderkan kepalanya di bahunya.
"Kalo kamu sendiri kenapa ada di sini?"
"Uhmm kalena aku suka ada disini. Disini menyenangkan."
"Ternyata cadel."
"Kalo Kakak?" Kava bertanya sambil mendongak dengan matanya yang berkedip-kedip lucu yang membuat Gava langsung mengigit pipi dalamnya karena merasa gemas.
"Anak selucu ini kenapa harus dapet keluarga setan kaya Faderick."
"Kakak juga gak tau, tiba-tiba Kakak ada disini." Gava menjawab dengan nada yang lebih lembut setelah membatin karena merasa miris dengan kehidupan yang dialami oleh Kava.

KAMU SEDANG MEMBACA
Pressure
Teen FictionBercerita tentang Gavalo Mahesa yang berpindah jiwa ke raga seseorang yang bernama Kavanda Faderick. Gava tidak mengerti dengan apa yang sedang terjadi kepada dirinya, kenapa jiwanya bisa berpindah ke raga seseorang yang bahkan dia tidak mengenalnya...