04

2.4K 229 15
                                    

Gava membuka matanya secara perlahan, dan rasa sakitlah yang dia rasakan pertama kali. Tubuhnya terasa remuk dan susah untuk digerakan, jadi untuk beberapa menit dia tetap dengan posisinya, tengkurap. Untung saja rantai yang mengikat kedua tangan dan kakinya sudah dilepas, jadi dia tidak perlu repot-repot untuk merengek minta dibukakan.

"Akhh sakit banget." Gava meringis sambil berusaha pelan-pelan menggerakkan anggota tubuhnya, "Ayo Gava lu bisa." Dia berusaha untuk duduk walaupun harus menahan sakit di bagian punggungnya, setelah berhasil sejenak Gava terdiam, melihat lantai putih diruangan ini yang terdapat banyak sekali titik cipratan warna merah yang dia yakini adalah darah, Gava juga baru menyadari jika ruangan ini ternyata bau sekali anyir darah.

"Gak mungkin kan ini darah gue?"

"Akhh." Gava merintih saat tangannya ingin bergerak ke belakang untuk merasakan luka di punggungnya, tapi karena terlalu sakit dia pun kembali menarik tangannya.

"Gini banget ya hidup gue." Gava bergumam sambil menelisik ruangan tersebut dan melihat banyak sekali peralatan yang dia yakini adalah alat untuk menyiksa para musuh ataupun tubuh yang dia tempati saat ini.

"Kava. Kenapa lo cuma ngasih kilasan balik tentang kehidupan lo."

Gava menghela nafas panjang, jadi tadi dia bermimpi tentang sosok Kava dari saat Anak itu masih kecil hingga tumbuh menjadi dewasa. Tapi di mimpinya itu hanya memperlihatkan tentang kehidupannya Kava yang sedang di siksa, hina, cemooh, caci maupun dihukum, dari hukuman paling ringan hingga berat oleh keluarganya.

"Nyatanya hidup lo berat banget ya," Gava merasa kasihan dengan tubuh yang dia tempati saat ini, tapi detik berikutnya dia langsung berdecih, "Dan sialnya sekarang gue yang bakal ngejalanin kehidupan lo."

"Setidaknya kasih gue petunjuk apa yang harus gue lakuin buat ngejalanin kehidupan lo."

"Gak mungkin kan gua bersikap seperti layaknya gue yang asli, nanti orang-orang yang kenal sama lo malah curiga sama gue."

Gava terus bergumam dengan nasib sial kehidupannya yang mungkin mulai detik ini tidak akan lagi tenang seperti kehidupannya dulu.

Ceklek.

Pintu terbuka yang membuat Gava langsung menoleh, dan dapat dia lihat seseorang yang malam itu membawanya paksa kini berdiri tepat diambang pintu. Gava tidak tau namanya, tapi orang ini sering muncul dimimpinya tadi dan selalu berada didekatnya Haris.

"Tuan muda, anda sudah dibebaskan."

"Lu pikir gue tahanan!" Gava berteriak walaupun suaranya terdengar serak.

Orang tersebut yang mendengar itu langsung menundukkan kepalanya sejenak dan kembali menatap Gava, "Tuan Haris meminta anda untuk ikut ke mansion utama, Tuan muda."

Gava mengerutkan keningnya, bepikir kenapa si Haris itu memintanya untuk ikut ke mansion utama sedangkan di mansion itu terdapat aturan mutlak, yaitu yang bukan merupakan keturunan langsung Faderick dilarang keras untuk menginjakkan kakinya walaupun hanya di halaman mansion.

Bagaimana Gava bisa tau? Yah jelas dari mimpinya tadi.

"Nama?"

"Maksud Tuan muda?"

"Nama, lo budek hah!"

Orang tersebut sejenak terdiam, merasa aneh dengan pertanyaan yang disampaikan oleh Tuan mudanya, tapi tak ayal dia pun menjawab, "Saya Denis Tuan muda."

Gava mengangguk yang membuat pria kisaran umur 40 tahunan itu menaikkan satu alisnya tidak mengerti, batinnya bertanya-tanya kenapa Tuan mudanya ini bersikap aneh bahkan menanyakan siapa namanya.

PressureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang