Sudah hampir satu jam Gava menerima hukuman yang diberikan oleh Haris, digantung dengan posisi terbalik yang talinya diikat langsung dari balkon ruang kerjanya dan tubuhnya dibiarkan menggantung tepat diatas kolam renang.
Sungguh Gava rasanya ingin menyerah saat ini juga, kepalanya kini sudah sangat terasa pusing dan tubuhnya juga seakan mati rasa terutama di bagian kakinya.
Sedangkan Haris yang memberi hukuman kini sedang duduk dengan santai sambil memakan apel dan menikmati tontonan yang tersaji di hadapannya.
"Nyatanya benar apa yang dikatakan oleh Denis, Anak ini sedikit berbeda." Batinnya sambil terus memperhatikan Anak tirinya yang terlihat pasrah tanpa berniat untuk membebaskan diri. Karena biasanya jika Haris memberikan hukuman kepada Anaknya itu maka dengan berbagai cara pasti Anak tersebut akan berusaha untuk melawan dan membebaskan diri, tidak seperti sekarang yang seakan hanya pasrah dan menerima hukuman yang dia berikan.
"Haris."
Bugh
"Dimana sopan santun kamu."
Gava meringis ketika kepalanya dilempar bola karet dengan cukup keras oleh Haris karena telah lancang memanggil Papanya Kava itu hanya dengan namanya saja tanpa ada embel-embel yang lebih sopan.
"Mangkannya lepasin dulu, gue-"
Bugh
Lagi, sebelum Gava menyelesaikan ucapannya dia kembali dilempar dengan bola tepat di bagian dadanya.
"Bahasanya."
Gava yang mendengar ucapan tersebut langsung menghela nafas panjang sambil berusaha untuk mengontrol pernafasannya yang kini tiba-tiba terasa sangat sesak.
"Lepasin.. dulu, dada Kava.. mulai sakit."
Haris hanya diam ketika mendengar ucapan Anak tirinya yang terdengar putus-putus.
"Kava.. mohon."
Rasanya Haris sangat puas ketika melihat penderitaan yang sedang dialami oleh Anak tirinya itu, seakan ada kesenangan tersendiri jika melihat Anaknya itu menderita dengan hukuman yang dia berikan.
"Jawab dulu dengan jujur, untuk apa kamu bertemu dengan seseorang dan berusaha ingin menghancurkan saya?" Gava yang mendengar itu berusaha menggeleng, melirik Haris dengan sudut matanya.
"Enggak.. itu fitnah.. dari Sky."
Sebenarnya Haris tau jika Anak bungsunya itu hanya ingin bermain dan mengerjai Anak tirinya ini, jadi Haris hanya ingin melanjutkan permainan yang telah di mulai olehnya.
"Saya akan melepaskan kamu sampai nyawa kamu sudah ada di ambang kematian."
"Fak, sialan banget sih ni orang." Batin Gava merasa kesal sambil berusaha menahan kesadarannya yang sudah berada diambang batas. Pernafasannya juga kini semakin terasa sesak dan juga kepalanya yang semakin terasa pusing.
"Ya Allah.. cabut aja nyawa saya sekarang juga.. jujur saya gak kuat."
Haris yang mendengar samar lirihan tersebut dan melihat jika Anak tirinya sudah tidak kuat menahan kesadarannya langsung memberi kode kepada bodyguard yang berada di balkon ruang kerjanya untuk melepaskan tali yang mengikatnya, dan karena itulah tubuh Gava terjatuh dengan keras ke dalam kolam renang.
Gava sendiri yang terjatuh hanya pasrah karena memang tubuhnya yang sangat lemas serta kakinya yang masih terikat membuatnya tidak dapat melakukan apapun, tersenyum saat melihat langit malam dengan taburan bintang yang begitu indah karena memang posisi jatuhnya saat ini menghadap keatas, dia juga berharap jika dikasih kesempatan supaya bisa kembali lagi ke tubuh aslinya, tapi jika tidak maka biarkan dia mati dengan tenang, dan sebelum kesadaran mulai merenggutnya Gava terkejut ketika melihat seseorang yang melompat ke dalam kolam sambil berusaha untuk menggapai tubuhnya, dan orang itu adalah,

KAMU SEDANG MEMBACA
Pressure
Teen FictionBercerita tentang Gavalo Mahesa yang berpindah jiwa ke raga seseorang yang bernama Kavanda Faderick. Gava tidak mengerti dengan apa yang sedang terjadi kepada dirinya, kenapa jiwanya bisa berpindah ke raga seseorang yang bahkan dia tidak mengenalnya...