Saat jam istirahat baru saja berbunyi entah kenapa terdengar suara keributan yang sangat heboh diluar kelas, mereka yang masih berada didalam tentu saja penasaran dan segera keluar untuk melihat penyebab dari keributan tersebut terjadi, suara pekikan dan juga teriakan yang menyuarakan decak kagum terus saling bersahutan yang kebanyakan adalah dari para siswi.
"Gila woii! dibawah ada Pak Haris, Duda kaya raya."
Gava yang mendengar suara teman cowoknya yang terdengar heboh langsung memutar bola matanya malas, dia pikir ada apa, ternyata cuma kedatangannya Haris saja. Bagaimana jika mereka tau jika ternyata dirinya merupakan Anaknya Haris, sudah dipastikan mereka semua semakin bertambah heboh ataupun syok saat mendengar kenyataan tersebut.
"Kantin gak Va?"
Gava menoleh dan menggeleng atas ajakannya Fery, "Gue bawa bekel."
"Tumben banget, bekel apaan tuh?"
"Gak usah kepo deh, udah sana pergi, noh udah ditungguin tuh sama anak-anak."
"Yaudah gue ke kantin dulu ya, kalo misalkan jam masuk nanti kita semua gak ada berarti kita lagi di tempat biasa. Kalo lo mau nyusul dateng langsung aja."
"Gak dulu, gue mau fokus belajar."
"Dih tumben banget,"
"Ya kan gue anak pinter, gak kaya lo."
"Yeah sia-"
"Woi Fery! Lama banget lo, ayo buru gue udah laper nihh."
Gava langsung tersenyum saat melihat perubahan wajahnya Fery yang terlihat kesal karena ucapannya telah dipotong oleh Bagus yang memang menunggunya di depan pintu bersama dengan yang lainnya.
"Aelah sabar napa."
"Kalo Kava gak mau yah gak usah dipaksa."
"Iya iya, bawel banget."
"Oh iya Va, lo lucu kalo lagi nangis."
Fery langsung berlari keluar kelas sambil tertawa menyusul teman-temannya meninggalkan Gava yang entah kenapa jadi salah tingkah, bahkan Gava juga langsung memegang kedua pipinya yang tiba-tiba terasa panas karena merasa malu dengan ucapannya Fery tadi.
"Sialan! Mau ditaro dimana muka gue." Ucapnya pelan sambil menelungkupkan wajahnya di kedua lipatan tangannya diatas meja.
"Ah bodoamat emang gue pikirin, mendingan sekarang gue makan."
Gava langsung mengeluarkan kotak bekalnya dengan kasar dan mulai menikmatinya, sesekali dia juga memperhatikan kelas yang hanya tersisa dirinya dan dua temannya yang juga sedang menikmati makanannya.
"Uhmm siapa nih?" Gava bertanya saat melihat notif pesan dari nomor yang tidak di kenal.
"Dia ngajakin ketemuan?"
Gava sejenak menghentikan acara makannya karena fokus membaca pesan yang masuk dan juga pesan-pesan sebelumnya dari nomor tersebut. Kalo dipikir-pikir dirinya juga tidak pernah mencari tau lebih dalam tentang Kava menggunakan ponsel tersebut, nyatanya di ponsel tersebut banyak sekali room chat milik Kava dengan orang-orang kenalannya, ah dia merutuki kebodohan karena terlalu fokus kepada keluarganya Kava hingga lupa mencari informasi lain tentang Kava dan juga permasalahan yang menyangkutnya.
"Dari semua chat yang gue liat cuma orang ini yang chatnya selalu dibales sama Kava."
"Apa dia ya orangnya yang udah bantu Kava selama ini?"
"Tapi kalo diliat dari pesan-pesan yang dikirim sih kayanya iya, apa gue iyain aja ya buat ketemuan langsung, kan gue bisa sekalian buat mastiin semuanya."

KAMU SEDANG MEMBACA
Pressure
Teen FictionBercerita tentang Gavalo Mahesa yang berpindah jiwa ke raga seseorang yang bernama Kavanda Faderick. Gava tidak mengerti dengan apa yang sedang terjadi kepada dirinya, kenapa jiwanya bisa berpindah ke raga seseorang yang bahkan dia tidak mengenalnya...