Suasana di meja makan saat ini membuat Gava merasa risih, bagaimana tidak jika mereka semua menatap dirinya seakan kuman yang tidak layak untuk di dekati. Terlebih perempuan yang terlihat lebih muda darinya itu yang sedari tadi terus menatapnya dengan tatapan yang membuatnya merasa muak dan jijik. Jika diperhatikan sekilas tatapan itu terlihat polos, tapi jika diperhatikan lebih teliti Gava tau jika perempuan ini memiliki sifat licik tapi berhasil tertutupi dengan sikap polosnya.
"Ayo kita mulai makan siangnya." Intruksi dari Gibson membuat semuanya langsung fokus menyantap makanannya masing-masing, tapi sesekali mereka semua melirik Gava dengan tatapan benci dan jijik apalagi ketika melihat Anak itu yang terlihat sangat lahap memakan makanannya. Wajar, karena Gava dari kemarin semenjak sebelum dan sesudah berpindah jiwa belum mengisi perutnya samasekali.
"Oma aku mau itu." Suara lembut itu terdengar, Ambar menunjuk ayam goreng yang berada didepannya Gava yang memang sedari tadi sedang dinikmati oleh Anak itu. Tania sendiri yang mendengar keinginan cucunya langsung memindahkan piring tersebut ke dekatnya Ambar.
Gava yang melihat jika makanan kesukaannya berpindah tempat langsung mengerucutkan bibirnya tanpa sadar, yang berhasil membuat beberapa orang yang masih memperhatikannya cukup merasa aneh, karena bukannya terlihat lucu Anak itu malah terlihat menjijikan, terlebih bentuk tubuhnya yang terlihat manly, sangat tidak cocok untuk bertingkah seperti itu.
Gava yang merasa jika makanan kesukaannya itu tidak akan kembali lagi, dan dia juga yang gengsi untuk memintanya akhirnya memilih untuk mengambil sayur capcay dan juga telur dadar, untung saja Gava tidak pilih-pilih dalam hal makanan.
Selang beberapa menit akhirnya mereka semua menyelesaikan makan siang, dan setelah itu mereka juga memutuskan untuk bersantai di ruang keluarga sebelum pulang sambil menunggu Ambar yang saat ini sedang menyiapkan semua barang bawaannya yang akan di bawa ke mansionnya Haris, yah walaupun sebenarnya Anak itu tidak perlu melakukannya karena pasti semuanya telah di persiapkan oleh orang suruhannya Tania.
Sedangkan Gava memilih untuk mengistirahatkan tubuhnya di gazebo samping mansion sambil menikmati semilir angin yang menyejukkan. Menatap langit yang begitu terang sambil menerawang jauh.
"Gavalo Mahesa."
Gava yang mendengar seseorang memanggil namanya langsung menegakkan tubuhnya, menyadari jika dia berada ditempat yang berbeda, melihat sekitar yang terlihat begitu indah karena banyak sekali bunga-bunga yang bermekaran dengan warna yang berbeda, bahkan tidak jauh dari tempatnya saat ini terdapat danau yang begitu indah.
Gava yang sadar jika tadi ada suara pria yang memanggilnya langsung mencari sumber suara, melihat seseorang dengan pakaian hanfu berwarna putih dengan rambutnya yang tergerai panjang hingga pinggang, persis seperti drama kolosal cina yang sering dia tonton bersama teman perempuannya dulu jika jam kosong, duduk di ayunan dengan posisi membelakanginya.
"Siapa?" Tanya Gava sedikit berteriak karena jarak diantara keduanya cukup jauh, bahkan Anak itu berjalan secara perlahan menghampirinya untuk dapat memastikan dan melihat lebih dekat siapa orang tersebut.
Yang ditanya diam-diam tersenyum, berdiri dari duduknya dan secara perlahan membalikkan tubuhnya untuk bersitatap dengan Gava.
Gava sendiri yang melihat wajah orang tersebut langsung menghentikan langkahnya, terkesima karena melihat betapa tampannya seseorang yang ada didepannya saat ini.
"Kamu senang harapan kamu terwujud?" Gava menaikkan satu alisnya tidak mengerti, "Maksudnya?" Tanyanya ragu.
"Permintaan kamu beberapa hari yang lalu di depan air mancur." Gava yang mendengar itu langsung terdiam, berpikir permintaan dan air mancur apa yang di maksud.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pressure
Teen FictionBercerita tentang Gavalo Mahesa yang berpindah jiwa ke raga seseorang yang bernama Kavanda Faderick. Gava tidak mengerti dengan apa yang sedang terjadi kepada dirinya, kenapa jiwanya bisa berpindah ke raga seseorang yang bahkan dia tidak mengenalnya...